Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Struktur Organisasi Pengadilan Agama Kisaran
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pengadilan Agama Kisaran
Universitas Sumatera Utara
Sumber: www.pa-kisaran.net
4.1.3 Proses Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dengan judul komunikasi persuasif hakim pengadailan agama kisaran dalam memediasi masalah perceraian, penilitian ini dilakukan berdasarkan
teknik maupun metode yang telah di jelaskan pada Bab II.Untuk mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, semua data di kumpulkan
dari informan yang telah dipilih. Informan utama dalam penelitian ini adalah Hakim PA Kisaran yang telah memediasi masalah perceraian minimal selama 3
tahun. Penelitian ini juga memiliki informan tambahan untuk memperkuat data yang telah di kumpulkan, informan tambahan dalam penelitian ini adalah suami
istri yang telah di mediasi dalam perkara perceraian di PA Kisaran. Selain melakukan wawancara kepada setiap informan terpilih, peneliti juga
melakukan observasi di PA Kisaran untuk melihat setiap kegiatan dan aktivitas baik aktivitas pegawai PA Kisaran maupun kegiatan setiap orang yang
mengajukan gugatan ke pengadilan. Dilakukannya wawancara juga observasi di PA Kisaran untuk menjawab semua tujuan penelitian ini.
Ketika peneliti datang ke PA Kisaran untuk menyerahkan Surat Ijin Penelitian, peneliti datang ke receptionist yaitu kak nur. Setelah menyerahkan
surat penelitian kak nur menjelaskan bahwa Ketua Pengadilan Agama Kisaran Dsr. H. Munir, SH, M.Ag sedang dinas ke Jakarta. Sehingga peneliti harus
menunggu selama 1 minggu hingga pak Munir kembali dari dinas luar kota nya dan menunggu perijinan penelitian di PA Kisaran.
7 April 2015, peneliti di hubungi oleh kak nur dan memberi tahu bahwa izin penelitiannya telah di setujui dan peneliti di perbolehkan untuk mengambil
data yang di perlukan dalam penelitian ini. Jam 09.00 WIB peneliti tiba di PA Kisaran dengan cuaca yang cukup cerah, lalu peneliti menemui ka knur dan di
beri daftar nama hakim yang bersedia di wawancara untuk penelitian ini. 4 hakim yang bersedia untuk wawancara yaitu Bapak Said Safnizar, Bapak
Armansyah, Ibu Wafa’, dan Ibu Wardiah. Informan pertama yang peneliti wawancara yaitu Ibu Wafa’, wawancara dilakukan di sela – sela jam sidang.
Sebelum memulai wawancara peneliti berkenalan dan berbincang dengan bu wafa’ dan bu wafa’ banyak menceritakan pengalamannya selama menjadi hakim
Universitas Sumatera Utara
hingga kasus calo perkara yang ada di PA Kisaran hingga suasana kota yang cukup berbeda dari kota sebelum bu wafa’ di mutasi.
Selama proses wawancara menyambut baik peneliti dan menjawab semua pertanyaan secara jelas.para hakim juga menceritakan pengalamannya selama
menjadi mediator. Menangani masalah rumah tangga yang berbeda – beda dengan watak yang berbeda – beda pula. Selain mediasi teknik kaukus juga banyak
digunakan dalam proses mediasi, hal ini di anggap sangat membantu untuk meredam konflik yang ada di ruang mediasi atau untuk mencegah konflik yang
akan terjadi. Setiap hari datang ke pengadilan peneliti bertemu dengan banyak orang
disana, terlebih ketika peneliti melakukan observasi untuk mendapatkan informasi tambahan.Peneliti datang ke pengadilan dan duduk di ruang tunggu
sidang.Tempat yang setiap harinya ramai karena banyak orang duduk disana menunggu sidangnya, baik sidang perceraian ataupun sidang hak waris.Dengan
duduk dan berkumpul dengan duduk daan berkumpul dengan mereka peneliti mendapatkan banyak cerita tentang masalah rumah tangga mereka.
Salah satu orang yang membuat peneliti cukup miris melihatnya yaitu S, umurnya masih 19 tahun, saat itu ia menunggu untuk sidang keduanya di
pengadilan, ia datang bersama teamnnya dan anaknya, ia duduk dengan anaknya yang masih berusia 1 tahun 8 bulan dan pada saat itu ia sedang hamil 3 bulan. Ia
bercerita kepada peneliti kenapa ia mengajukan gugatan ke pengadilan dan menceraikan suaminya. Dia menikah diusia muda karena hamil sebelum menikah.
Namun setelah pernikahan suaminya masih suka keluar dan jarang pulang terkadang suaminya pulang kerumah orang tuanya. Sekalipun memiliki anak
namun suaminya tidak menafkahi S walaupun hanya sekedar untuk membeli susu anaknya. Akhir – akhir ini juga banyak yang memberitahunya kalau suaminya
punya wanita lain, awalnya S tidak percaya sampai akhirnya dia melihat sendiri. Itu yang membulatkan tekadnya untuk mengajukan gugatan ke pengadilan.Ia
bercerita kepada peneliti bahkan meskipun sudah mengajukan gugatan seperti ini suaminya tidak peduli. Sekarang yang S pikirkan hanya bagaimana membesarkan
anaknya dan bekerja agar ia bisa mencukupi kebutuhan anaknya. Sudah tidak mungkin jika ia mengaharapkan suaminya.
Universitas Sumatera Utara
Suasana berbeda terlihat setiap harinya, bertemu dengan banyak orang baru dan dengan masalah yang berbeda. Berkumpul sekedar untuk menunggu
sidang dan berbagi cerita. Ada yang berbicara bersama dan tertawa sekedar untuk mengurangi kegugupan karena menunggu sidang. Bahkan tidak jarang mereka
menertawai nasib mereka sendiri karena sama sama berakhir di pengadilan. Ada yang saling bercerita sambil menangis.Ada yang datang sendiri, bersama teman
atau bersama orang tuanya. Peneliti juga mendapatkan sedikit kendala untuk mendapatkan informan
tambahan, karena jarang sekali pasangan suami istri datang di persidangan sehingga tidak bisa dilakukan mediasi. Bahkan tidak jarang peneliti mendengar
mereka berkata “ Bagusan gak datang suami kakak dek, biar cepat putus perkaranya. Kalau dia datang terus jadi lama, mau berapa kali sidang. Abis waktu
kesini aja”. Beberapa pasangan yang telah di mediasi juga peneliti temui untuk meminta bantuan sebagai informan peneliti namun mereka tidak bersedia.
Setelah menunggu selama dua minggu maka akhirnya peneliti mendapatkan informan yang bersedia di wawancarai, informan pertama yang
peneliti temui yaitu Nina. Ia datang sendiri pada hari itu Nina duduk di barisan paling depan ruang tunggu sidang. Awalnya peneliti tidak tahu kalau suaminya
Nina datang, karena suaminya duduk di Mushollah sambil menunggu panggilan sidang. Setelah keluar ruang mediasi peneliti menemuni Nina di parkir belakang
PA kisaran, saat itu Nina sudah mau pulang karena harus bekerja.Peneliti tidak lupa untuk meminta kontak Blackberry Messanger Nina agar memudahkan
peneliti ketika hendak menghubungi Nina kembali, agar dapat membuat janji kapan sekiranya peniliti dan Nina dapat bertemu untuk melakukan wawancara.
Kemudian peneliti bertemu informan kedua, bernama Epi. Peneliti di kenalkan kepada Epi oleh seorang pegawai PA Kisaran. Kemudian peneliti
membuat janji untuk bertemu dengan Epi pada hari dilaksanakannya jadwal sidang ketiga Epi. Sebelum persidangan dimulai, peneliti berbincang – bincang
dengan Epi, disitulah Epi bercerita kepada peneliti mengenai kehidupan rumah tangganya. Epi juga mengenalkan peneliti dengan temannya bernama Ibu Suryani
yang pada hari itu juga sedang menunggu sidang pertamanya.
Universitas Sumatera Utara
Ibu Suryani menjadi informan tambahan ketiga peneliti, ia bercerai karena suaminya menikah lagi dengan wanita lain. Melalui mereka, peneliti mendapatkan
informasi tambahan seputar mediasi yang mereka lakukan di PA Kisaran.
4.1.4 Karakteristik Informan