Universitas Sumatera Utara
bercerai berubah menjadi lebih lunak dan kalem, walaupun pada akhirnya ada yang
mencabut gugatan maupun tetap melanjutkan perkara.
3. Yang tadinya ragu dan tidak yakin
pasangannya akan berubah menjadi lebih tenang usai dimediasi dan menjadi yakin usai
membuat surat perjanjian yang di tanda tangani oleh mediator sebagai saksi.
2 Hj. Wardiyah,
S.Ag 1.
Menjadi membaik setelah mediasi, jika sebelum mediasi mereka tidak saling bertegur
sapasetelah mediasi mereka sudah bisa saling ngobrol walaupun tetap saja perkaranya di
lanjutkan.. 3
H. Armansyah, Lc. MH
1. Mau berbicara satu sama lain usai dimediasi,
padahal saat mengajukan gugatan mereka terlihat saling berdiam diri.
4 Drs. Said
Safnizar, MH 1.
Perubahan sikap dapat dilihat dari mereka mau mencabut perkara atau tidak. Jika
mereka mencabut perkara maka itu tandanya mereka telah berdamai, dan sikap mereka
untuk bercerai telah berubah.
Sumber : Hasil wawancara dan Pengamatan Penelitian
4.1.8 Hambatan – Hambatan yang dihadapi Hakim Pengadilan Agama
Kisaran dalam Melakukan Mediasi.
Berdasarkan tujuan penelitian tentu saja selama proses mediasi, selama hakim mempersuasi, dan hakim berusaha mengubah sikap para pihak yang di
mediasi tentu mengalami hambatan. Hambatan yang mengganggu proses mediasi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara dan onbservasi yang peneliti lakukan peneliti menemukan hambatan – hambatan yang dialami oleh mediator.Hambatan tersebut
adalah sebagai berikut.
Informan I
Nama : Wafa’, S.Hi
Tanggal Wawancara : 7 April 2015
Tempat : Ruang Hakim Wanita Pengadilan Agama Kisaran
Pukul : 10.50 WIB
Ketika menjalankan tugasnya menjadi mediator dalam kasus perceraian, tidak semua hal berjalan mulus dan sederhana.Tidak jarang sikap dari para pihak
juga membuat mediator menjadi ikut terpancing emosinya.Setiap mediator selalu berusaha untuk berkomunikasi dengan baik namun perbedaan penerimaan dan
juga tanggapan masih tidak bisa di hindarkan.Mengajukan gugatan ke pengadilan merupakan sebuah cerminan bahwa seseorang sedang berada dalam sebuah
masalah.Oleh karena itu emosi para pihak yang di mediasi juga mudah terpancing dan kadang tidak terkendali.
“Jadi tanggapan dari setiap pasangan itu berbeda, tergantung bagaimana cara mediatornya dan setiap mediator berbeda caranya, karena tidak ada
pedoman baku untuk melakukan mediasi ya jadi bisa bisa sendiri. Ya mananya orang lagi ada masalah jadi pandai pandai mediatornya biar
suasananya nyaman tenang dan tidak emosi, tidak jarang juga pasangan yang di mediasi itu emosi.”
Dalam beberapa kasus perceraian yang di mediasi, tidak jarang Ibu Wafa’ juga terpancing emosinya melihat sikap salah satu pihak yang di mediasi. Apalagi
naluri Ibu Wafa’ sebagai seorang wanita yang melihat sikap suami yang tidak bertanggung jawab dan menyakiti istrinya baik secara fisik ataupun
mental.Namun Ibu Wafa’ menyadari bahwa sikap seperti itu salah, karena pada dasarnya mediator tidak boleh memihak dan memojokkan para pihak yang sedang
dimediasi.Mediator harus bersikap netral dalam memediasi masalah perceraian. “Kadang kalau hakimnya perempuan kesel juga kita liat pihak yang
misalkan suaminya mabuk di siksa segala macam kebawa juga kita kesal,
Universitas Sumatera Utara
tapi sebenarnya gak boleh, gak boleh kita memojokkan atau berpihak pada satu orang tetap aja kita harus sama perasaan kita ke mereka.”
Hambatan lain yang dihadapi oleh para mediator adalah para pihak yang di mediasi tidak mengetahui apa itu mediasi dan tujuan dari mediasi ini. Sehingga
pada saat mediasi, mediator harus menjelaskan lagi apa itu mediasi dan tujuan mediasi ini. Para pihak masuk ke ruang mediasi dan menjalani mediasi karena
disarankan oleh majelis hakim saat mengahadiri sidang perceraian mereka.Setiap pasangan yang keduanya hadir pada sidang pertama harus mematuhi untuk
mediasi. “Sebenarnya mereka banyak yang tidak tahu apa itu mediasi, jadi ketika
kedua belah pihak hadir maka langsung di perintahkan oleh majelis hakim untuk mediasi.Kita mediasi mau ngobrol aja, mau curhat aja di ruang
mediasi itu. Jadi kalau sidang pertama tidak datang maka nanti akan di panggil lagi untuk memanggil suaminya. Karena ini proses persidangan
maka semua harus mematuhi untuk mediasi.”
Perbedaan prasangka setiap pasangan juga juga menjadi salah satu hambatan yang dihadapi oleh Ibu Wafa’, para pihak yang di mediasi akan menilai
buruk terhadap pasangannya sehingga akan sulit bagi mereka menerima penjelasan yang disampaikan saat mediasi berlangsung. Mediator juga tidak
mengetahui apakah hubungan mereka membaik atau tidak setelah mediasi. Masalah lain yang dihapai oleh para mediator adalah saat para pihak yang di
mediasi mencabut perkara hanya karena salah satu pihak, misalnya suami tidak bisa memenuhi tuntutan istrinya sehingga ia memilih mencabut perkara, bukan
untuk rujuk tetapi untuk menghindar dari tanggung jawab. “Masih ada juga yang begitu, tapi ya itulah semua itu tergantung dari
mediatornya, namanya suami istri yang sedang ada dalam masalah.Prasangka mereka buruk terhadap para pasangannya.”
Informan II
Nama : Hj. Wardiyah, S.Ag.
Tangal Wawancara : 7 April 2015
Tempat : Ruang Hakim Wanita PA Kisaran
Waktu : 12.05 WIB
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses mediasi, tidak jarang mediator mengalami hambatan. Ibu Wardiyah pun pernah mengalami hambatan dalam memediasi pasangan yang akan
bercerai. Hambatan yang dialami Ibu Wardiyah biasanya beliau harus menghadapi sikap ingin menang sendiri dari pihak yang di mediasi, pihak yang dimediasi
merasa bukan dirinya lah yang bersalah namun pasangannya. Ketika hal tersebut terjadi, Ibu Wardiyah mempertimbangkan kembali bagaimana keadaan para pihak
yang sedang di mediasi. Jika keadaan masih belum begitu sulit dan masih bisa di perbaiki maka Ibu Wardiyah menyarankan untuk memperbaiki namun jika
keadaan antara kedua belah pihak sudah begitu rumit dan keputusan untuk bercerai sudah dipilih, makaIbu Wardiyah juga tidak bisa menghalanginya.
“Harus kita perhatikan Kadang kadang ada itu nanti yang mau menang sendiri. Kayak membela dirinya sendiri, misalnya bapak, tetap dibilangnya
sayang tapi tetap gak di nafkahinya. Nanti dirumah ibu nya jualan untuk menghidupi anak ini jadi tetap kita perhatikan yang kayak gitu, tapi nanti
kalau kita lihat yang udah parah kali, diapun kayaknya udah tersiksa kali lah mungkin, ya jadi gagal lah kita buat tapi kalau dia masih ragu ragu
nanti kita kasih kesempatan.”
Ibu Wardiyah pun menuturkan, tidak jarang dirinya menjadi sasaran para pihak yang dimediasi dalam melampiaskan emosinya. Salah seorang dari mereka,
misalkan saja si istri yang yang merasa kesal dan emosi dengan pernyataan suaminya dan ketia Ibu Wardiyah mencoba menengahi atau menenangkan, si istri
justru memarahi dan tidak jarang juga memaki Ibu Wardiyah. Sebagai medior,Ibu Wardiyah harus bersikap sabar dan tenang ketika menghadapi situasi tersebut,
karena bila mediator pun tidak tenang dan turut terbawa emosi, maka yang ada justru akan memperburuk keadaan. Ketika dalam kondisi seperti itu pun, Ibu
Wardiyah tetap mencoba memberi nasehat kepada para pihak yang di mediasi. Untuk menciptakan suasana yang kondusif, Ibu Wardiyah selalu dengan tegas
meminta kepada pihak yang dimediasi untuk berbicara ketika diberikan kesempatan dan tidak memotong ketika pihak yang satunya sedang berbicara.
“Dia marah dengan suaminya di lampiaskannya ke kita “ibu kan gak merasakan, ibukan perempuan juga”, kan emosi kita kan kalau kita
turutkan emosi kita kan udah kita bilang “keluarlah kau”. Tapi gak kan itulah yang kita tahan. Kita bilang lah “jadi kayak mana, satu satu lah dulu
Universitas Sumatera Utara
ya, jangan jawab menjawab disitu. Bapak dulu saya Tanya ya bapak aja yang jawab jangan ibu jawab juga, nanti ibu juga gitu kalau ibu saya Tanya
bapak gak boleh jawab ya pak ya”, kalau udah jawab menjawab kayak pajak lah nanti jadinya rame.Jadi kita buat gitu, kita dengarkanlah dulu
kata penggugat ini, baru dia cerita begini begitu.
Tidak jarang juga, ada beberapa pihak yang menurut Ibu Wardiyah sulit untuk terbuka ataupun tidak mau bercerita sama sekali mengenai masalah yang
melatarbelakangi keputusan mereka untuk bercerai. Pihak yang dimediasi merasa sudah menjelaskan semuanya didalam catatan berkas ketika mengajukan gugatan
cerai. Untuk mengatasinya, Ibu Wardiyah selalu menegaskan kepada pihak yang dimediasi bahwa dirinya hanya mau tahu mengenai kejadian yang sesungguhnya
langsung dari kedua pihak. Pihak yang dimediasi pun sering bersikeras meminta kepada Ibu Wardiyah untuk membaca saja berkas yang sudah ada padanya,
namun Ibu Wardiyah selalu berusaha sabar, tidak menuruti emosi kedua pihak yang dimediasi. Apabila Ibu Wardiyah pun turut tidak dapat mengatur emosinya,
maka akan sulit bagi dirinya untuk menyampaikan pesan kepada pihak yang dimediasi dan pihak yang dimediasi pun akan sulit menerima makna pesan yang
disampaikan oleh Ibu Wardiyah. Ada juga yang bilang “baca ibu lah situ” bilang gitu pula dia, ya kalau
gitu saya bilang “ saya gak mau baca, saya gak mau periksa perkara ini, saya mau tau apa yang terjadi”, “ udahlah itu kan udah di tulis disitu” kan
kalau dengar gitu emosi kita kan, kalau kita turutkan udah kita bilang “udah keluar ajalah kau”, tapi kan gak boleh kita gitu, namanya kita mau
nasehati ya kan.”
Proses mediasi dilakukan hanya boleh ada mediator dan kedua pasangan yang akan dimediasi. Jika salah satunya berhalangan hadir, maka proses mediasi
tidak dapat dilaksanakan. Hal ini juga merupakan salah satu hambatan yang pernah dihadapi oleh Ibu Wardiya. Pihak yang akan dimediasi mengkuasakan
semuanya kepada kuasa hukumnya. Pihak tersebut enggan dimediasi dengan alasan apapun yang di katakan oleh pasangannya dia menerima semua itu dengan
lapang dada dan tidak ada pembelaan sedikit pun. Meskipun begitu, Ibu Wardiyah juga memberikan nasehat kepada orang tersebut dan nasehat tersebut pun
terkadang hanya ditanggapi seadanya oleh pihak yang dimediasi. Itulah kesulitan yang sering dialami oleh Ibu Wardiyah.
Universitas Sumatera Utara
“Yang tadi ibu mediasi itu dia pakai kuasa hukum, seharusnya kalau kita mediasi itukan orangnya langsung tapi udah di kuasakan. “udahlah saya
terima apapun yang di tuduhkan istri saya” di bilang kuasa hukumnya “tapi selama ini juga bapak tidak memberi nafkah sampai anaknya umur 20
tahun” terus di blang bapak itu “udahlah buk, apa yang di tuduhkan istri saya ya saya terima, selama ini saya beri nafkah tapi udahlah biar Allah aja
yang tau”. Ya kita nasehatin juga lah yak an “ sekalipun cerai tapi anak itu tetap tanggung jawab ayahnya, untuk nafkahi anaknya walaupun di asuh
sama ibunya nanti anak itu bisa dendam sama kita” “iya iya saya tau”.
Informan III
Nama : H. Armansyah, Lc. MH
Tangal Wawancara : 10 April 2015
Tempat : Ruang Mediasi Pengadilan Agama Kisaran
Waktu : 10.39 WIB
Dalam menangani mediasi percereraian memang lebih sulit jika dibandingkan dengan mediasi masalah perdata umum. Menurut Pak Armansyah,
masalah yang dihadapi dalam perdata umum jelas dan tampak, misalnya saja masalah hutang piutang, pihak yang satu merasa belum dibayar hutangnya dan
pihak yang satunya lagi mengakui hal tersebut. Penyelesaian masalah tersebut hanyalah bagaimana antara pihak yang memiliki hutang dengan yang memiliiki
piutang bersepakat dalam menyelesaikan hutang piutang tersebut. Sementara dalam mediasi perceraian, masalah yang dihadapi rata – rata menyangkut masalah
perasaan yang notabennya sulit untuk dilihat dan dihapus bekasnya. Ini menjadi kesulitan tersendiri bagi Pak Armansyah dalam memediasi. Sulit untuk
digeneralisasikan permasalahannya karena menyangkut perasaan. “ Kalau dalam perceraian tidak begitu karena ini melibatkan perasaan.
Kalau kita tanya bagaimana ‘oh iya Pak saya mengakui saya sudah memukul istri saya’, insyaf dia tapi kan istrinya sudah terlanjur terluka
perasaannya, ini kan bukan utang piutang di bayar pun dia kan nggak bisa lupa. Bagaimana proses mediasi perceraian dengan perdata biasa tidak
bisa kita generalisasikan karena ini juga menyangkut perasaan”
Konflik pun sering mewarnai proses mediasi. Emosi dan amarah dari pihak yang mediasi mudah meluap – luap ketika mereka membeberkan keburukan dan
kesalahan masing – masing pasangannya ketika menjalani rumah tangga bersama.
Universitas Sumatera Utara
Dalam keadaan seperti ini, Pak Armansyah biasanya tetap menjaga tutur katanya agar tetap halus dan sopan untuk menenangkan kedua pihak yang dimediasi,
setelah itu Pak Armansyah pun menasehati keduanya untuk menahan ego dan emosi masing – masing. Pak Armansyah juga selalu menegaskan kepada kedua
pihak yang dimediasi bahwa dalam mediasi ini dilakukan bukan untuk mengumbar keburukan ataupun kesalahan masing – masing pasangan, melainkan
untuk mencari win win solution agar keduanya senang dan tidak jadi bercerai. Pak Armansyah juga mengungkapkan, tidak selamanya proses mediasi
berjalan lancar. Terkadang Pak Armansyah menawarkan kepada pasangan yang akan bercerai ini untuk merundingkan keputusan tersebut dengan keluarga, karena
Pak Armansyah menilai, keluarga merupakan orang terdekat dari pasangan tersebut. Setelah berunding dengan keluarga barulah Pak Armansyah memediasi
pasangan tersebut. Ada juga yang setelah berunding dengan keluarganya masing – masing, namun mereka masih tetap enggan untuk berbaikan, sehingga Pak Arman
pun memulai proses mediasi. Setelah mediasi pertama pun tidak jarang ada beberapa pasangan yang masih enggan untuk berbaikan, sehingga menyebabkan
proses mediasi yang terus berluang. Proses mediasi yang berulang – ulang pun dapat menghambat keberhasilan proses mediasi, dikarenakan proses yang terus
terulang dapat membuat pasangan yang dimediasi tersebut jenuh dan putus asa karena merasa sudah tidak ada lagi titik tengahnya.
“ Ada pernah itu mediasinya ditunda sampai beberapa kali. Bagaimana kalau kalian mediasi dulu ke keluarga di rundingkan dulu ‘iya Pak’ pulang
lagi mereka tapi belum baikan ini, seminggu kemudian dimediasi lagi gak juga, ya diulang lagi mediasinya, pernah ada yang begitu dan akhirnya
ngga berhasil juga”
Informan IV
Nama : Drs. Said Safnizar, MH
Tangal Wawancara : 10 April 2015
Tempat : Ruang Wakil Ketua Pengadilan Agama Kisaran
Waktu : 11.55 WIB
Universitas Sumatera Utara
Menjadi mediator bukanlah hal yang mudah dilakukan, dibalik usaha yang telah dilakukan untuk membantu para pihak yang di mediasi meyelesaikan
masalah dan mencari jalan keluarnya, akan timbul pertanyaan tentang kebehasilan mediasi untuk menunjukkan kredibilitas seorang hakim. Menurut Pak Said
mediasi masalah perceraian sangan sulit keberhasilannya karena mediasi masalah perceraian menyangkut soal perasaan para pihak yang di mediasi. Pak Said
merasa bersyukur ketika ia berhasil memediasi masalah perceraian, namun dibalik itu ada rasa kekhawatiran ketika mereka kembali ke lingkungannya dan timbul
kembali masalah yang sama, semakin buruk ketika mereka mengajukan lagi gugatan ke pengadilan.
“Kadang timbul pertanyaan berapa yang berhasil, mediasi itu sulit berhasilnya karena menyagkut soal hati dan perasaan. Jadi kalau mediasi
itu berhasil ya kita bersyukur kan. Tapi nanti kalau dia udah kembali ke lingkungannya mulailah lagi masalah – masalah itu muncul kan tidak
mungkin baik terus. Ada nanti yang udah baik 4 atau 5 bulan udah ribut lagi ngajukan lagi.”
Bagi seorang mediator ia perlu untuk membangun persepsi pada para pihak yang di mediasi bahwa mediasi ini penting, meskipun beberapa pasangan merasa
enggan untuk melakukannya karena telah di mediasi di keluarganya. Hal ini banyak terjadi di kampung, karena ikatan kekeluargaan masih kuat. Sehingga jika
ada masalah dalam rumah tangganya, biasanya akan di damaikan di kampung oleh keluarga hingga kepala lingkungan. Sehingga jika mediasi di kampung gagal dan
meraka memutuskan untuk mengajukan gugatan ke pengadilan, oleh karena itu meraka merasa tidak perlu lagi melakukan mediasi di pengadilan.
“Kadang ada yang datang dari kampung bilang kami udah di mediasi pak di kampung, ya disini harus tetap di mediasi lagi.”
Menurut Pak Said keadaan ruang mediasi yang nyaman akan membuat suasana rileks dan santai, seharusnya suasana ruang mediasi tidak boleh
memperlihatkan suasana kantor, jika para pihak yang di mediasi memasuki ruang mediasi ia seperti istrahat sebentar dari pikirannya. Jika suasana rileks dan dan
sejuk maka akan memperngaruhi perasaan para pihak yang di medeiasi sehingga dia lebih mudah untuk bercerita. Namun di Pengadilan Agama Kisaran ruang
mediasi belum sesuai dengan yang diharapkan, ini karena tidak ada anggaran dari
Universitas Sumatera Utara
Mahkamah Agung untuk ruang mediasi jadi mengubah ruang mediasi ini merupakan inisiatif pengadilan.
“Jadi saya kalau di sigli itu, saya buat ruang mediasinya dindingnya gambar gambar pedesaan gambar orang disawah, ada AC, dindingnya
tertutup semua, di dinding gambar di kampung ada gambar anak bermain sama ayahnya, gambar anak lagi lari lari, ada kayak gtu disana, dan di
aceh budayanya mereka tidak duduk di kursi jadi lesehan. Jadi mediasi itu ruangannya gak boleh menampakkan kantor, jadi ketika orang masuk situ
dia harus sejuk, karena kalau masuk ke ruang sidang ini sakit kepala dia terutama takut sama hakim, yang kedua marah. Tapi kalau dia masuk ke
ruang mediasi seakan akan dia seperti istirahat sebentar, sebenarnya mahkamah agung tidak ngasih anggaran ke kita jadi kita usaha sendiri.
Jadi begitu lah seharusnya ruang mediasi itu. Jadi kalau di Amerika di Australi dia di sediakan minum jadi kalau orang kesitu gak terasa kalau di
kantor jadi kalau orang masuk pun rileks. Jangan kayak disini pakai kipas angin aja udah. Kan kayak gitu kan. Jadi harus memang sejuk suasanya.
Jadi memang ada kadang kadang pengadilan yang inisiatif membuat ruangan itu senyaman mungkin bagi orang mediasinya.”
Tabel 4.5 Klasifikasi Hambatan – Hambatan yang dihadapi Hakim Pengadilan Agama Kisaran dalam Melakukan Mediasi
Tujuan Penelitian No. Nama Informan
Hambatan – Hambatan yang dihadapi Hakim Pengadilan Agama Kisaran dalam Melakukan
Mediasi
1 Wafa’, S.Hi
1. Perbedaan tanggapan dari pihak yang di
mediasi. 2.
Emosi yang kurang bisa di kendalikan oleh para pihak yang di mediasi.
3. Terbawa perasaan sebagai perempuan ketika
memediasi. 4.
Para pihak yang akan di mediasi tidak mengetahui apa sebenarnya mediasi
5. Prasangka yang buruk terhadap pasangannya.
2 Hj. Wardiyah,
1. Terkadang ada salah satu pasangan yang
ingin menang sendiri
Universitas Sumatera Utara
S.Ag 2.
Emosi salah satu pihak yang tidak terkendali sehingga marah – marah saat dimediasi
3. Selalu memotong atau membantah pernyataan
dari pihak yang lainnya saat membuat pernyataan
4. Mediasi di wakilkan oleh kuasa hukum.
3 H. Armansyah,
Lc. MH 1. mediasi lebih banyak melibatkan perasaan
sehingga untuk mediasi perceraian lebih sulit di bandingkan perkara lain
2. Konflik dan Amarah yang mewarnai jalannya komunikasi dalam mediasi juga dapat
menghambat proses mediasi 3. Proses mediasi yang secara terus menerus
terulang mudah membuat pihak yang dimediasi merasa jenuh dan putus asa.
4 Drs. Said
Safnizar, MH 1.
Mediasi perceraian sulit di damaikan karena menyangkut perasaan.
2. Pasangan yang akan bercerai enggan dimediasi
di pengadilan karena merasa sudah dimediasi oleh keluarga dan lingkungan sekitarnya.
3. Ruang mediasi yang kurang memadai
Sumber : Hasil Wawancara dan Pengamatan Penenliti
Informan Tambahan
1. Epy Wahyuni
Suami : Ajianto
Usia : 31 Tahun
Pendidikan : SMA
Anak : 1. Zivy Muhammad Fathin
Status : Cerai Gugat
Universitas Sumatera Utara
2. Suryani
Suami : Azrai
Usia : 39 Tahun
Pendidikan : SD
Anak : 1. Nur Sya’adah 2. Arba’in
Status : Cerai Talaq
3. Marina Setiawati
Suami : Muhammad Faisal Sinaga
Usia : 28 Tahun
Pendidikan : S1
Anak : 1. Meisya Anindya Naufal
Status : Cerai Gugat
Informan Tambahan 1
Nama : Epy Wahyuni
Tanggal Wawancara : 29 April 2015 Pukul
: 11.51 WIB Tempat
: Ruang Tunggu Sidang Pengadilan Agama Kisaran Peneliti bertemu dengan kak epy di PA Kisaran, kak epy merupakan
informan tambahan pertama yang peneliti wawancara.Pada awalnya peneliti dikenalkan oleh salah satu pegawai PA Kisaran, karena setelah hampir tiga
minggu peneliti belum menemukan orang yang bersedia untuk di wawancara.Peneliti telah janji bertemu di pengadilan untuk wawancara sembari
menunggu panggilan sidang kak epy. Melalui pembicaraan yang peneliti lakukan dengan kak epy peneliti
mengetahui kak epy memiliki seorang anak laki – laki bernama Zivy Muhammad Fathinhasil dari pernikahannya dengan suaminya. Kak epy telah menikah sejak
januari 2009.Setelah 6 tahun pernikahan kak epy mengajukan gugatan perceraian
Universitas Sumatera Utara
ke Pengadilan Agama Kisaran Karena masalah rumah tangga yang sudah tidak bisa di selasaikan.Saat ini untuk membiayai hidup anaknya kak epy bekerja di
sebuah toko yang menjual keramik. Hingga proses perceraian berlangsung, suami kak epy juga masih sering
menelepon juga sms untuk membujuk agar kak epy mengubah keputusannya. Kak epy juga menunjukkan isi sms yang di terima dari suaminya kepada peneliti.Tidak
jarang suami kak epy menunggu di pinggir jalan untuk melihat kak epy lewat saat pulang kerja dan memastikan bahwa kak epy pulang sendirian.
Sambil menunggu waktu sidang kak epy bercrita tentang pengalamannya, masalah di dalam rumah tangganya semakin pelik karena suaminya sudah tidak
lagi menafkahi kak epy dan anaknya karena malas bekerja.Sementara kebutuhan rumah tangga sudah tidak bisa di tutupi dengan pengahasilan kak epy.Setelah
menunggu selama tiga tahun akhirnya kak epy mengajukan gugatan ke pengadilan. Pada saat wawancara kak epy membertitahu kalau pada hari ini
adalah sidang ketiganya, pada hari itu kak epy di minta membawa saksi, sambil menunggu wawak abang ibunya kak epy untuk menjadi saksi, pada saat di
telepon wawaknya sedang berada dirumah sakit menunggu istrinya yang baru selesai di operasi. Namun hingga panggilan sidang kak epy, wawaknya tidak
kunjung datang sehingga sidangnya harus di tunda. Kak epy menjalani mediasi di pengadilan karena suaminya tidak ingin
bercerai dengan alasana masih cinta kepada kak epy dan anaknya, namun ia tidak menunjukkan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Kak epy juga
menjelaskan selama proses mediasi suasana mediasi cukup nyaman, hakim juga bersikap baik sebagai mediator tidak seperti hakim saat di ruang sidang. Namun,
karena ada suami kak epy, ia jadi merasa kurang nyaman, apalagi dengan sikap suaminya yang tidak ingin bercerai.
“Suasana mediasi ya nyaman, karena kan hakimnya ngomongnya juga santai gak kayak di ruang sidang. Tapi ya jadi malas juga karena ada suami
kakak.Apalagi dia gak mau cerai sama kakak.”
Berdasarkan hasil wawancara, mediator mampu berkomunikasi dengan baik, juga berbicara tentang hal baik.Tidak menyalahkan atau memihak satu orang
Universitas Sumatera Utara
saja. Selama proses mediasi mediator juga membantu untuk menemukan jalan keluar juga menyarankan untuk memikirkan kembali perceraiannya, namun kak
epy tetap pada keputusannya untuk tidak mau lagi menjalani rumah tangga yang keadaannya tak kunjung membaik.
“Ya, menurut kakak hakimnya mampu berkomunikasi dengan baik, ngomongnya pun baik baik aja kok dek. dia membantu ngasih jalan keluar,
di bilang sama hakimnya dek kalau bisa jangan cerai, ya tapi kakak udah gak mau sama dia.”
Dengan mengajukan gugatan ke pengadilan sudah menunjukkan keinginan kak epy untuk bercerai namun hakim tetap memberi nasehat untuk memperbaiki
kembali rumah tangganya.Namun kak epy menganggap nasehat yang diberikan tidak sesuai dengan harapan kak epy.Ia menjalani mediasi karena itu prosedur
pengadilan bukan untuk memperbaiki dan menyelesaikan masalah dalam rumah tangganya.
“Ya hakimnya memberi nasehat, tapi gak pas rasa kakak karena bukan itu yang kakak harapkan, kan udah kakak bilang kakak tetap mau cerai.”
Mediator juga memberi informasi tentang dampak perceraian kepada kak epy, namun keputusannya untuk bercerai sudah tidak bisa di ubah.Mediator juga
memberitahu dampak perceraian, meminta kak epy untuk mempertimbangkan kembali rumah tangganya karena kak epy telah memiliki anak dan masih berusia
5 tahun.Namun alasan itu juga tidak dapat mengubah keputusannya untuk melanjutkan perceraian. Karena kak epy telah merasa kecewa dengan
pernikahannya, memperbaiki juga tidak akan bisa menyelesaikan masalah rumah tangganya.
“Di kasih tau sama hakimnya, tapi kakak kan udah siap cerai.Apalagi kakak udah punya anak.Zivy pun masih kecil.Tapi kakak pikir ya mau
sampai kapan kayak gini terus mumpung dia masih kecil kakak masih bisa tanggung jawab.Nanti lama lama pun jadi makin ribet masalahnya,
bukannya selesai.”
Menurut kak epy, lokasi mediasinya sudah cukup nyaman, namun karena hatinya yang sudah tegang sebelum mediasi maka ia sudah tidak merasakan
kenyamanan di tempat mediasi. Setelah mediasi kak epy sudah merasa lebih baik dan lebih lega karena masalah dan semua perasaannhya sudah di sampaikan di
Universitas Sumatera Utara
dalam proses mediasi, tidak seperti keadaan sebelum di mediasi karena menyimpan perasaan yang tidak bisa di sampaikan.
“Nyaman dek tempatnya, walaupun hatinya tegang sambil tertawa.ya udah merasa baik abis di mediasi.Tapi ya udah gak seperti biasanya.”
Pada saat kak epy di mediasi juga terjadi konflik karena karena emosi.Mediator meminta untuk tenang dan menawarkan mediasi di tunda dan
memberi waktu berfikir kepada kak epy dan suaminya. Namun kak epy menjelaskan untuk tetap melanjutkan proses perceraian dan tidak ingin kembali
rujuk dengan suaminya. Keputusan kak epy membuat suaminya marah, untuk menenangkan mediator meminta suami kan epy untuk menerima keputusan kak
epy, karena kesempatan yang di berikan kak epy tidak di manfaatkan dengan baik oleh suaminya. Mediator menawarkan untuk menunda proses mediasi karena
melihat kak epy menangis saat mediator meminta kak epy utnuk mengingat kembali masa – masa saat mereka berjuang mempertahankan masalah rumah
tangganya meski banyak masalah yang di hadapi. Namun hal itu juga tidak bisa mengubah keputusan kak epy, karena ia tetap merasa sudah tidak bisa
melanjutkan rumah tangga yang telah di jalani selama 6 tahun ini. “Memberi nasehat kalau waktu emosi kan., karna kan dia tetap gak mau aja
dek., jadi pun hakimnya minta kakak mikir mikir lagi ya kakak gak mau sih, udah kakak bilang kakak mau cerai aja. Malah suami kkak marah –
marah.Ya terus di bilang sama hakimnya lah hargai keputusan kakak, selama ini kan abg udah di kasih kesempatan tapi gini – gini aja.ya terus
dia bilang lah alasannya yang banyak itu.
Eh, tapi kakak nangis juga loh dek waktu di mediasi itu. Kan bapak itu bilang inget – inget dulu kalian pernah susah sama – sama ini kenapa ada
masalah gini kok gak coba di pertahankan lagi. Ya kakak pikir pun kakak udah gak bisa.”
Setelah menjalani proses mediasi hubungan kak epy dan suaminya tidak membaik, karena kak epy juga tidak melihat ada perubahan dari suaminya
meskipun kak epy telah memberikan kesempatan berulang kali. Kak epy juga merasa mempertahankan rumah tangganya tidak akan merubah apapun.
“Gak membaik dek, ya gitu gitu aja.Dia nya pun gak mau berubah padahal kakak udah ngasih kesempatan berapa kali makanya kakak pikir mau
ngapain lagi lah.Di pertahankan pun gini – gini aja.”
Universitas Sumatera Utara
Setelah mediasi kak epy tidak merasa ada perubahan yang terjadi pada perasaannya.Karena tidak ada perubahan pada suaminya kak epy malah merasa
benci kepada suaminya.Keputusan untuk cerai tidak dapat di rubah, kak epy juga tidak punya keinginan untuk bertemu dengan suaminya.Oleh karena itu kak epy
tidak ingin mencabut gugatan perceraiannya dari Pengadilan Agama Kisaran. “Gak ada perubahan, yang ada makin benci lah dek karena dia pun gak
mau berubah. Jadi kakak tetap mau cerai aja gak mau jumpa sama dia lagi. Kakak gak mau cabut gugatannya. Udah capek kakak kayak gini gini aja.”
Informan tambahan II
Nama : Suryani
Tanggal Wawancara : 29 April 2015 Pukul
: 14.15 WIB Tempat
: Warung Bakso dan Mie Ayam Mas Badri Peneliti bertemu dengan ibu suryani di Pengadilan Agama Kisaran.Ibu
suryani dan kak epy berteman.Sehingga kak epy memperkenalkannya kepada peneliti dan meminta ibu suryani untuk membantu peneliti.Ibu suryani bersedia
untuk di wawancara dan wawancara dilakukan di sebuah warung bakso sambil makan siang.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti mengetahui bahwa perkara perceraian yang di ajukan ke pengadilan merupakan cerai talaq yaitu permohonan
cerai di ajukan oleh suami ibu suryani. Menurut penjelasan ibu suryani, ia di ceraikan oleh suaminya karena suaminya telah menikah lagi, dan istri mudanya
sedang hamil, oleh karena itu istri mudanya meminta nikah resmi sehingga suaminya menceraikan ibu suryani. Ibu suryani juga setuju untuk cerai karena ibu
suryani tidak mau di madu sumainya.Ia merasa lebih baik sendiri daripada melihat ia dimadu.
Ibu suryani telah memiliki 2 orang anak perempuan bernama nur sya’adah berusia 12 tahun dan anak laki – laki bernama Arba’in berusia 11 tahun. Pada saat
ini anak anak tinggal bersama ibu suryani.Ibu suryani dan suaminya menikah
Universitas Sumatera Utara
selama 15 tahun.Untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya maka ibu suryani bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dengan gaji Rp 900.000 sebulan maka
ibu suryani merasa itu tidak dapat menutupi kebutuhan ia dan juga anak – anaknya. Apalagi anaknya sudah mulai membutuhkan biaya yang besar untuk
sekolahnya, selama ini suaminya hanya memberi uang jajan untuk anaknya senilai Rp 300.000 sebulan.Dengan alasan ini maka ibu suryani datang ke persidangan
pertamanya. Ibu suryani bersedia untuk di mediasi bukan untuk membicaran masalah
rumah tangganya, melainkan ia hanya ingin membicarakan tanggung jawab suaminya kepada anaknya setelah perceraian. Ia hanya berharap setelah mereka
bercerai ia dapat membantu membiayai sekolah dan kebutuhan anaknya, mengingat penghasilannya sebagai pembantu rumah tangga tidaklah besar.
Namun hakim tetap membicarakan untuk memperbaiki rumah tangganya. Selama proses mediasi ibu suryani merasa tidak nyaman karena ia merasa
kesal ketika melihat suaminya. Tidak dapat di pungkiri karena ibu suryani masih ingat bagaimana suaminya mengantarkan ibu suryani pulang ke ruamh orang
tuanya, sehingga ia masih emosi jika melihat dan mengingat apa yang dilakukan suaminya. Ibu suryani mau melakukan mediasi karena di sarankan untuk mediasi
oleh hakim saat perrsidangan. “Gak nyaman lah dek, kan ketemu sama suami kakak, kayaknya kkak emosi
aja liat dia. Tapi ya itu tadi kakak di suruh mediasi ya masuk ajalah.” Menurut ibu suryani mediator mampu berkominikasi, karena pada saat
berbicara di dalam proses mediasi mediator menyampaikan hal yang baik – baik, juga tidak menyalahkan salah satu pihak. Namun mengingat tujuan mediasi ibu
suryani bukan untuk memperbaiki masalah tuamh tangganya melainkan untuk membicarakan masalah anak – anak. Maka ibu suryani meminta supaya proses
mediasi tidak berjalan lama dan mediator menyetujui permintaan ibu suryani. “Ya bapak itu bagus kok dek ngomongnya, gak nyalah - nyalahin juga. Tapi
tadi kakak bilang pak jangan lama – lama ya mediasinya..kata bapak itu iya.”
Universitas Sumatera Utara
Selama mediasi ibu suryani juga di bujuk agar tidak cerai namun keputusan itu sudah ia terima. Ibu suryani juga menjelaskan kepada mediator masalah apa
yang sebenarnya mereka hadapi karena yang di tulis di berkas gugatan hanya alasan suaminya agar bisa mengajukan gugatan tersebut ke pengadilan.Alasan ibu
suryani di ceraikan oleh suaminya karena suaminya telah menikah lagi dan istri mudanya sedang hamil.Ibu suryani juga berpikir bahwa jika di kembali juga tidak
akan memperbaiki keadaan. “Iya dek, di bilang bapak itu kalau bisa jangan cerai lah buk, di pikiri dulu,
gak enak loh jadi janda gak punya suami, Cuma ya kakka bilang ajalah keadaan sebernarnya kalau dia udah nikah lagi, istrinya juga lagi hamil
sekarang, dia juga ngajukan gugatan karena istri barunya minta nikah sah jadi dia harus ceraikan kakak dulu.
Kemaren itu di bilang sama suami kkak kalau kakak aja yang disuruh ngajukan karena kalau cerai perempuan yang ngajukan lebih cepat putus
daripada laki laki yang ngajukan, Cuma ya kakak gak mau. Kalau memang dia mau kami cerai ya dialah yang ngurus.
Anak – anak kakak juga udah gak di kasih uang sekolah sama dia, yak an anak – anak itu masih tanggung jawab dia, kan dia bapaknya.”
Dalam mediasi ibu suryani juga menyampaikan maksud dan tujuan melakukan mediasi ini, namun mediator tetap membujuk untuk memperbaiki
hubungan ibu suryani dengan suaminya agar tidak jadi bercerai.Mediator menyampaikan untuk mempertimbangakan masalah anak – anak dan pandangan
masyarakat tentang janda.Ibu suryani menjalani mediasi karena mempertimbangkan kepentingan anak – anaknya.Meskipun ibu suryani dan
suaminya telah bercerai anak – anak juga tetap menjadi tanggung jawab merek.Karena selama ini ibu suryani menilai uang yang di beri suaminya tidak
cukup untuk kebutuhan sekolah anak – anaknya. Dalam mediasi ini juga mediator memberi saran kepada ibu suryani untuk hadir pada sidang kedua untuk
mengajukan hal itu kepada majelis hakim, karena soal nominal yang di sepakati akan dibicarakan di dalan sidang.
“Ya itu lah dek, kata hakimnya rujuk aja, di pikiri lagi. Cuma kan kaka bilang sama hakimnya kalau kakak mau mediasi ini bukan karena kakak
mau rujuk sama dia, kakak Cuma mau minta tanggung jawab dia ke anak – anak. Anak kakak dua masih kecil – kecil masih sekolah masih butuh biaya.
Udah tanggung jawab dial ah biayain anaknya.
Universitas Sumatera Utara
Kalau mau kakak semua yang biayain ya gak cukuplah gaji kkak dek, kakak aja kerja jadi pembantu, gaji kakak sebulan Cuma cukup untuk makan kami
aja.Cuma tadi di bilang hakimnya ya memang anak – anak itu tanggung jawab bapaknya, kebutuhan anak – anak harus di penuhi sekalipun kami
cerai, tapi kalau soal nominalnya berapa nanti bilang aja ke majelis hakimnya biar jelas semua biayanya. Kalau bapak keberatan sama jumlah
yang d ajukan ya nanti di bicarakan lagi waktu siding ke dua. Makanya kakak ini di sidang kedua disuruh datang sama hakimnya, nanti kalau kakak
gak datang susah lagi dapat hak anak – anak kakak.
Bayangkan lah dek, anaknya udah pada sekolah, yang 1 SD yang 1 SMP, masak dikasih uang jajan sebulan anak dua itu Cuma 300ribu. Jaman kayak
gini uang segitu ya gak cukuplah, kakak yang nambahin, bukannya gak iklas tapi kayak mana lah kakak gak pening, makan aja kami udah susah
malah dia lepas tanggung jawab gitu.”
Mediator memberi informasi tentang dampek perceraian, dampak buruk nya bagi anak – anak, namun ibu suryani tetap berpikir untuk bercerai saja, itu
merupaka jalan keluar terbaik, karena selama ini suaminya juga tidak bertanggung jawab kepada anak – anaknya. Ibu suryani juga menjelaskan jika selama berada di
ruang mediasi ia merasa tidak nyaman karena merasa emosi saja jika meliha suaminya.
“Ya dikasih tau dek, nanti kalau cerai anak – anak mau kayak mana. Ya kakak bilanglah, udahlah pak, ada bapaknya aja anak – anak ku gak di
urus, gak ada pun kan sama aja. Di ruang mediasi gak nyaman dek, suasana nya gak enak, bawaannya emosi aja aku di dalam”
Setelah mediasi ibu suryani merasa sedikit lega karena ia sudah menyampaikan apa yang selama ini menjadi masalahnya dan anak – anak karena
hanya itu alasan ia hadir di sidang dan mau menjalani mediasi. Ibu suryani juga menuturkan bahwa ia merasa sedih saat mediasi walaupun ia tidak tau alasannya.
“Ya udah lumayan lah dek, udah ngomong juga kan kayak mana soal tanggung jawab dia, Cuma itu aja alasan ku mau ikut mediasi. Tapi tadi
aku nangis juga.Sedih rupanya di dalam itu.Ntah cemana perasaanku lah, gak ngerti.”
Pada saat mediasi berlangsung ada konflik yang terjadi antara ibu suryani dan juga suaminya.Untuk menenangkannya maka mediator memberi kesempatan
berbicara bergantian jika ingin memberi penjelasan. Namun karena ibu suryani merasa apa yang perlu ia sampaikan sudah ia bicarakan maka ia mengusulkan
untuk mengakhiri mediasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
“Ya kalau udah emosi kakak apa suami kakak, di bilang bapak itu. Buk sabar dulu biar bapak ngomong dulu, nanti ibuk juga jelasin.Tapi kalau
udah marah aja kayak terakhir tadi ya jadinya kakak bilang udah aja mediasinya.Di bilang hakimnya iya dek.Makanya kami keluarnya cepat.”
Dalam mediasi mediator juga menawarkan alternatif lain kepada ibu suryani untuk memberikan ijin poligami, tetapi bukan dengan nada yang serius, mediator
sambil bercanda meyanpaikan hal seperti itu kepada ibu suryani. Meskipun mediator menawarkan untuk rujuk dan ibu suryani tetap menolak, namun
mediator tetap meminta untuk ibu suryani memikirkan kembali. “Di bilang rujuk aja, apa gak poligami aja ya sambil ketawa bapak itu
ngomongnya, kakak bilanglah gak mau. Kan bapak itu udah tau kakak gak mau rujuk.Tapi di bilang juga pikir – pikir dulu.”
Setelah menjalani proses mediasi ibu suryani tidak merasa ada perbaikan dari hubungannya dengan suami masih teta[p sama seperti sebelumnya, hal ini
dikarena kan ibu suryani masih mengingat apa yang dilakukan suaminya kepadanya. Ia masih merasa sakit hati terhadap perlakuan suaminya, saat
suaminya begitu saja memulangkan ia kerumah orang tuanya dengan dalih ingin mengajak jalan – jalan. Tidak dapat di pungkiri bahwa orangtua ibu suryani juga
kecewa terhadap sikap suaminya.Namun pada akhirnya orangtua ibu suryani mencoba menerima.
“Ya gak baik, gitu –gitu aja dek. Mau ngapain baik lagi, sakit kali hatiku kayak gitu dia. Kakak kan gak tau waktu kakak mau di pulangkan kerumah
mamak kakak, katanya kami mau jalan jalan aja rupanya kami kerumah mamak kakak terus tiba – tiba dia bilang sama mamak kakak kalau dia
datang mau mulangkan kakak baik – baik. Kayak gitu apanya baik – bauk coba, kakak gak tau apa apa malah langsug d pulangkan gitu aja.
Emosi kali kan kayak gitu, ya kami berantem lah jadinya, mamak kakak nangis aja. Cuma di bilang yaudah kalau gak bias di pertahan kan lagi. Ku
terima lah anakkku kau pulangkan, Cuma itulah kata mamak kakak.”
Menjalani mediasi tidak merubah perasaan perasaan ibu suryani kepada suaminya, ia merasa semakin membenci suaminya karena sikap yang di tunjukkan
oleh suaminya seolah suaminya bangga karena akan menceraikan ibu suryani. Karena pada saat mediasi suaminya hanya tersenyum saja seakan tidak ada
masalah yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
“Ya gak lah. Makin benci yang ada aku sama dia. Tadi ku tengok mukanya kok bangga kali kayaknya dia mau cerai sama ku. Senyum – senyum
gitu.Aku pun udah jadi jijik nengoknya.”
Mediasi juga tidak merubah keputusan suaminya juga ibu suryani untuk tetap melanjutkan proses perceraian. Harapan ibu suryani hanya dengan mengikuti
mediasi ini maka suaminya dapat memenuhi tanggung jawabnya kepada anak – anaknya.
“Gak dek, kakak mau cerai aja, Cuma kakak mau hak anak kakak itu lah di penuhi dia, kan dia bapaknya.”
Informan tambahan III
Nama : Marina Setiawati.
Tanggal Wawancara : 30 April 2015 Pukul
: 12.10 WIB Tempat
: Rumah Makan Lgian Peneliti bertemu dengan kak nina di pengadilan Agama Kisaran setelah kak
nina selesai mediasi. Setelah keluar ruang mediasi peneliti menemui kak nina di parkir belakang Pengadilan Agama Kisaran, karena pada saat itu kak nina hendak
pulang dan kembali bekerja sebagai tenaga honorer. Pada saat menemui kak nina di parkir, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti menemui kak nina, kak
nina bersedia membantu peneliti untuk di wawancara. Namun kak nina berkata untuk tidak bisa melakukannya hari itu juga. Kak nina memberi kontak BBM
Blabkberry Messanger. Terlihat kak nina takut karena disitu ada suaminya dan menunggu kak nina untuk mengantarkan pulang walaupun membawa sepeda
motor sendiri. Setelah pertemuan tersebut peneliti menghubungi kak nina untuk janjian
bertemu, kak nina bersedia bertemu pada jam istrahat kantor dan bertemu di rumah makan Lgian. Dari pembicaraan dengan kak nina peneliti mengetahui, kak
nina telah memiliki seorang anak perempuan bernama Meisya Anindya Naufal berusia 9 bulan. Kak nina dan suami menikah sejak tahun 2013, baru 2 tahun
Universitas Sumatera Utara
penikahan kak nina mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan Agama Kisaran karena masalah rumah tangganya sudah tidak dapat di selesaikan lagi. Meskipun
ia dan suami sudah di mediasi oleh keluarga namun juga tidak berhasil. Alasan mendasar perceraian ini adalah karena kak nina mengetahui jika
suaminya menggunakan narkoba dan juga sering keluar tengah malam. Suami kak nina juga tidak jujur soal gaji yang diterima. Oleh karena itu kak nina merasa jika
ia sudah tidak bisa lagi berumah tangga dengan suaminya. Sebelum mengajukan gugatan ke pengadilan kak nina dan suaminya sudah 3 bulan pisah rumah denga
suaminya. Selama proses mediasi kak nina merasa tidak nyaman karena disitu ada
suaminya, bukan karena sikap mediatornya. mediator dapat membuat suasana santai walaupun tetap serius tetapi tetap saja kak nina merasa hatinya tidak
nyaman jika ada bersma suaminya. “Gak nyaman dek, kan ada suami kakak juga disitu. Sebenarnya sih
suasana nya santai ya walaupun serius juga kan, hakimnya juga baik yang mediasi kakak itu tapi kan karena hatinya udah gak nyaman ya jadinya gak
nyaman juga lah.”
Kak nina menilai jika selama proses mediasi berlangsung mediator mampu berkomunkasi dengan baik, kak nina memberi penilaian seperti karena kak nina
merasa jika mediator mampu menangkap pesan dari kak nina dengan baik sehingga ketika berbica anata kak nina dan juga mediator merasa nyambung.
Mediator juga mampu membuat kak nin nyaman untuk menyampaikan semua yang ia rasakan, sehinggan kak nina leluasa bercerita tentang masalah rumah
tangganya kepada mediator. “Ya, hakimnya mampu berkomunikasi dengan baik dek. Nyambung lah gitu
kan kalau ngomong. Dia pun tau caranya biar kakak sama suami kakak mau cerita masalah kami.”
Kak nina juga menjelaskan kepada peneliti jika selama proses mediasi, mediator membantu menemukan jalan keluar dari masalah mereka dan memberi
solusi untuk tetap mempertahankan ruamh tangga yang baru di bina selama 2 tahun ini. Namun dengan semua yang telah disampaikan oleh mediator juga tidak
Universitas Sumatera Utara
mempu mengubah keputusan kak nina. Selama mediasi, mediator juga menjadi penengah jika terjadi salah paham antara kak nina dan suaminya.
“Ya membantu ngasih solusi, jadi penengah pas mediasi itu kami ada salah paham. Cuma cerai ini kan udah jadi keputusan terakhir kakak dek.“
Mediator juga memberika nasehat kepada kak nina namun kak nina merasa bahwa nasehat itu tidak sesuai yang diharapkan, mediator meminta untuk
mempertimbangkan kembali perceraian ini, untuk rujuk dengan suami karena anak mereka juga masih kecil akan lebih baik jika di urus bersama, usia anak yang
masih 9 bulan harus di pertimbangkan kembali agar tidak ada penyesalan dikemuadian hari. Namun kak nina tetap pada pendiriannya karena kak nina
merasa jika selama ini ia sudah cukup mempertahankan rumah tangganya namun keadaannya tidak kunjung membaik sehingga ia merasa sudah tidak bisa
menjalaninya. Mengajukan gugatan ke pengadilan merupakan jalan terakhir yang di ambil kak nina.
“Ya gak dek, kan kalau mediasi di minta sama hakimnya untuk rujuk, di pertahankan lagi rumah tangganya, sayangkan pernikahannya juga baru
sebentar, anaknya juga masih kecil, sementara kan sebelum ini udah nyoba untuk di pertahanin tapi kakak udah gak bisa. Makanya kakak ngajukan
gugatan ke sini.”
Dampak dari perceraian juga telah di beritahu kepada kak nina. Hakim menyampaikan beberapa hal yang harus di pertimbangkan termasuk anak. Tetapi
kak nina tetap pada keputusannya. Karena ia merasa jika di pertahankan juga tidak akan membaik. Sebelum memutuskan untuk mengajukan gugatan kak nina telah
menarik ulur keputusannya. Memikirkan baik buruknya dari perceraian ini. Namun kak nina berpikir cepat atau lambat masalah seperti ini tetap akan di
hadapi. “Ya ada dek. Tapi kan ini udah keputusan kakak, kayak mana pun nantinya
kakak tanggung sendiri. Mau kesini juga butuh pemikiran panjang loh dek, tarik ulurnya itu lama.Makanya kayak manapun akhirnya nanti ya bakal
kakak hadapi.”
Menurut kak nina lokasi untuk mediai sudah cukup nyaman, namun tidak dapat di pungkiri jika suasana hati sangat memperngaruhi perasaan nyaman atau
tidaknya ia di tempat tersebut. Kak nina tetap merasa lebih baik setelah
Universitas Sumatera Utara
melakukan mediasi ini. Karena satu tahap dari proses perceraiannya telah di lewati. Walaupun semuanya belum selesai namun kak nina tetap merasa cukup
lega. Jika semua proses telah selesai dan perceraian nya sudah di sah kan oleh pengadilan maka ia akan merasa lebih baik dari sekarang.
“Lokasi nya nyaman dek, Cuma hatinya aja yang gak nyaman sambil tertawa.lebih baik sih iya perasaan kakak, kan udah 1 tahap di lewati.
Cuma kan perkaranya belum selesai, mungkin kalau udah selesai nanti jadi lebih baik lagi.”
Selama proses mediasi yang di kalukan kak nina, juga ada konflik dan perselisihan yang terjadi namun mediator membantu menenangkan. Mediator juga
meminta kak nina untuk memikirkan kembali keputusannya ini mengingat suaminya tidak mau jika rumah tangga mereka berakhir namun kak nina tetap
pada keputusannya untuk tidak mau kembali rujuk dengan suaminya. Suami kak nina sempat emosi mendengar keputusan kak nina. Lalu mediator menenaangkan
dan menasehati supaya suami kak nina menghargai keputusannya. Supaya keadaan tidak semakin rumit, kak nina menyampaikan kepada mediator bahwa ia
tidak mau rujuk lagi, mediator tidak bisa memaksa kak nina untuk mengubah keputusannya. Karena sebagai mediator hakim hanya bertugas mendengarkan dan
membantu bukan untuk membuat keputusan, hakim juga tidak bisa memaksa dan tidak boleh memihak. Oleh karena itu dengan kak nina bersikap tidak mau rujuk
lagi maka hakim memutuskan bahwa mediasi ini gagal. “Kalau kayak tadi kan dek, suami kakak gak mau kalau kami cerai jadi ya
kayak gitu dia minta maaf sama kakak. Cuma ya kakak udah kecewa juga udah ini keputusan kakak, hakimnya minta kkak mikir lagi.Ya Cuma kakak
bilang gak mau. Dia sempat marah juga, emosi.Cuma di tenangkan bapak itu lah dek. Di
nasehatin suami kakak sama bapak itu. Kan di bilang kawan kakak kalau di mediasi itu kakak udah malas tinggal bilang aja ke hakimnya kakak gak
mau rjuk lagi.Yaudah tadi kakak bilang kalau kakak gak mau rujuk jadi kata bapak itu mediasinya gagal. Terus bapak itu ngisi ntah apa tadi ya
kami di suruh keluar. Makanya tadikan kakak takut adek nanya – nanya di pengadilan sama
kakak kan kakak bilang di telpon aja. Dia tadi masih emosi itu dek.Takut kakak.Orang tadi kakak pulang aja masih di ikuti sampai tempat kakak
kerja.”
Universitas Sumatera Utara
Pada saat mediasi hakim menawarkan jalan keluar lain kepada kak nina juga suami namun kak nina tetap menolaknya. Setelah mediasi hubungan kak nina dan
suaminya juga tidak membaik, namun suami kak nina tetap menelepon untuk bertanya soal anaknya bukan soal hubungan mereka lagi. Suami kak nina juga
masih datang kerumah orangtua kak nina untuk mengunjungi anaknya. Kak nina tidak bisa menutupi rasa kecewanya kepada suaminya sehingga perasaan juga
masih seperti sebelumnya yang tidak mau kembali kepada suaminya. “Ya di tawarkan jalan keluar dek, Cuma kakak udah gak mau.ya gak
membaik dek. Kalau kayak gini dia telp atau datang Cuma nanya anaknya aja. Kalau ke kakak ya udah gak, atau karena kakak juga yang malas.”
Setelah selesai mediasi kak nina merasa lebih lega karena ia sudah menyampaikan semua yang ia rasakan yang membuat kak nina kesal selama ini
kepada suaminya. Walaupun kak nina sudah sedikit lega namun perasaannya kepada suaminya tetap tidak berubah karena kak nina telah terlanjur kecewa. Oleh
karena itu kak nina tidak mau mencabut gugatannya di Pengadilan Agama Kisaran.
“Ya jadi lebih lega dek, udah kakak bilang semua yang kakak kesal selama ini. Cuma kalau perasaan kakak ke suami kakak ya masi gitu – gitu
aja.Mungkin karena kakak udah terlanjur kecewa.udah keputusan kakak. Kakak enggak mau cabut gugatannya”
4.2 Pembahasan
hasil analisis dan pengamatan peneliti maka peneliti membuat pembahasan sebagai berikut:
Dari empat informan yang telah peneliti wawancarai, peneliti melakukan pembahasan yang di kaitakan dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui proses mediasi yang berlangsung di Pengadilan Agama Kisaran, untuk mengetahui Peranan komunikasi persuasif hakim Pengadilan Agama
Kisaran dalam memediasi masalah perceraian, untuk mengetahui perubahan sikap pasangan suami sitri setelah melakukan proses medias, dan untuk mengetahui