Rumusan Masalah Hubungan Preeklampsia degan kejadian BBLR Kerangka Konsep Defenisi Operasional Variab

pertumbuhan janin diduga karena koagulasi intravaskuler, deposisi fibrin dan hipoperfusi darah ke plasenta yang menyebabkan hipoks ia yang kronis dan atau gangguan nutrisi janin Schjetlein et all., 1997 Pada tahun 1990-1994 di RS Dr. Pirngadi medan tercantum angka kematan ibu AKI 102 dari 17052 persalinan 0,6 dan penyebabnya adalah hipertensi dalam kehamilan HDK 33,4, infeksi 22,55, perdarahan 18,63, dan penyebab lain 25,48 dari seluruh kematian ibu. Dijumpai angka kematian perinatal AKP di ruma h sakit yang sama 48 pada kasus preeklampsia ringan PER, 17,11 preeklampsia berat PEB da n 32,0 pada eklampsia Simanju tak, 1995 Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa preekelampsia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan derajat preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah BBLR di RS U Pirngadi Medan.

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimana Hubungan Derajat Preeklampsia Dengan Kejadian berat badan lahir rendah BBLR ?” 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan preeklampsia dengan BBLR di RSU Pirngadi Medan dari tahun 2011-2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui persentase penderita preeklampsia di RSU Pirngadi Medan. 2. Untuk mengetahui angka kejadian BBLR di RSU Pirngadi Medan. 3. Untuk mengetahui hubungan preeklampsia dengan kejadian BBLR.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Universitas Sumatera Utara Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pen getahuan tentang metodologi penelitian.

1.4.2. Bagi institusi Pendidikan

Bisa dijadikan bahan bacaan, yang diharapkan bermanfaat sebagai data awal dan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai evaluasi dan suatu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya melakukan asuhan dan pengobatan yang komperhensif terhadap penderita preeklampsia. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PREEKLAMPSIA 2.1.1. Defenisi Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda -tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Hanifa Wiknjosastri, 2007. Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat.

2.1.2. Epidemiologi

Menurut Triadmojo 2003 di Indonesia frekuensi kejadian p reeklampsia sekitar 3-10 sedangkan menurut Dawn C Jung 2003 di Amerika serikat dilaporkan bahwa kejadian p reeklampsia sebanyak 5 dari semua kehamilan 23,6 kasus per 1.000 kelahiran . Pada primigravida frekuensi p reeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, pada tahun 2000 mendapatkan angka kejadian p reeklampsia dan eklamsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus 5,1 dari 1413 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan p reeklampsia sebesar 61 kasus 4,2 dan eklamsia 13 kasus eklamsia 13 kasus 0,9. Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20 -24 tahun dengan primigravida 17,5.

2.1.3. Etiologi dan Patogenesis

Menurut wibowo 2002 hipotesis penting mengenai patogenesis dari peeklampsia adalah terdapatnya senyawa yang dihasilkan oleh jaringan uteroplasenta, kemudian masuk ke sistem sirkulasi ibu dan menyebabkan kerusakan sel -sel endotel, sehingga terjadi perubah an fungsi sel endotel yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya Universitas Sumatera Utara gejala preekl senyawa y kemungkinan radikal bebas Menurut Jaff tahap. Tahap plasenta dim sempurna seh mencakup e terbentuknya masuk kedala sel-sel endot Disfungsi e prostasiklin, endotelin1, darah terhad hipertensi. eklampsia. Menurut Walker dan Dekker 1997 yang menyebabkan kerusakandisfungsi nannya adalah: angiotensin II, lipid peroksidase as, aktivitas neutrofil, immunokompleks. affe et al., 1995 kejadian preekelampsia terdi hap pertama yaitu proses perubahan arteri spiralis imana arteri spiralis tidak mengalami dilata sehingga suplai darah ke plasenta tidak cukup. Tah kup efek selanjutnya dari iskemia yang me uknya zat-zat toksis seperti sitokin dan radikal be alam sirkulasi darah dan dapat mengaktifkan atau ndotel pembuluh darah sehingga terjadi disfungs endotel akan menyebabkan pengeluaran v in, nitrit oksida tidak seimbang dengan vasokons , tromboksan, angiotensin II dan sensitivitas hadap angiotensin II juga meningkat sehingg Gambar 2.1. Patogenesis preeklampsia 1997 senyawa - i endotel dase, sitokin, erdiri dari 2 lis pada alas atasi secara Tahap kedua merangsang bebas yang tau melukai ungsi endotel. vasodilator okonstriktor s pembuluh ngga terjadi Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Klasifikasi dan Diagosis

Menurut POGI 1991 preeklampsia dibagi atas preeklampsia ringan PER dan preeklampsia berat PEB. PER bila tekanan darah di antara 14090 dan 160110. PEB bila tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan diastolic 110 mmHg atau lebih POGI, 1991 Menurut Saifuddin et al., 2001 dalam buku Acuan Nasional membagi hipertensi dalam kehamilan HDK sebagai t ertulis dalam Tabel 1 berikut. Klasifikasi ini perlu dilakukan karena patofisiologi, cara penanganan dan hasil akhir kehamilan akan berbeda. DIAGNOSIS TEKANAN DARAH TANDA LAIN Hipertensi karena kehamilan  Hipertensi  Preeklampsi ringan  Preeklampsi berat  Eklampsia  TD 90 mmHg  Kenaikan TD 15 mmHg  Idem  TD 90 mmHg  TD 110 mmHg  Hipertensi  Proteinuria -  Hamil 20 minggu  Proteinuria 1+  Proteinuria 2+  Oliguria  Hiperrefleksi  Gangguan penglihatan  Nyeri epigastrium  Kejang Hipertensi Kronik  Hipertensi kronik  Hipertensi  Hamil 20 mgg Universitas Sumatera Utara  Superimposed preeklampsia  Hipertensi kronik  Proteinuria + tanda lain PE Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan menurut Buku Acuan Nasional

2.1.5. Faktor Risiko

 Usia kehamilan Dalam sebuah studi kohort berbasis registri dari 536.4 19 perempuan Denmark, kelahiran antara usia kehamilan 32 dan 36 minggu meningkatkan risiko kelahiran prematur pada kehamilan kedua dari 2,7 menjadi 14,7 dan meningkatkan risiko preeklamsia dari 1,1 menjadi 1,8. Sebuah kelahiran pertama sebelum 28 minggu meningkatkan risiko kelahiran prematur kedua 26 dan meningkatkan risiko preeklamsia menjadi 3,2. Preeklamsia pada keha milan pertama, dengan kelahiran antara usia kehamilan 32 dan 36 minggu, meningkatkan risiko preeklamsia pada kehamilan kedua dari 14,1 menjadi 25,3. Pertumbuhan 2-3 standar deviasi di bawah rata -rata janin pada kehamilan pertama meningkatkan risiko preeklamsia dari 1,1 menjadi 1,8 pada kehamilan kedua.  Usia ibu Perempuan berusia 35 tahu n dan lebih tua memiliki risiko nyata peningkatan preeklampsia.  Ras Di Amerika Serikat, kejadian preeklampsia adalah 1,8 di antara perempuan kulit putih dan 3 pada wanita kulit hitam.  Faktor risiko tambahan Beberapa faktor risiko berkontribusi plasenta sedikit , sedangkan yang lain berkontribusi terhadap penin gkatan massa plasenta dan sedikit perfusi plasenta sekunder untuk kelainan pembuluh darah. Selain yang dibahas di atas, fa ktor risiko preeklampsia juga meliputi: mola hidatidosa, kegemukan, krombofilia, donasi oosit atau inseminasi donor, infeksi saluran kemih, diabetes, penyakit kolagen vaskuler, penyakit periodontal . Universitas Sumatera Utara

2.1.6. Manifestasi Klinis Tanda dan Gejala

Menurut Wibisono dan Dewi 2009 pada p reeklampsia ringan ditandai dengan gejala meningkatnya tekanan darah sebelum hamil tekanan darah normal ≥14090 mmHg dan adanya protein urine diketahui dari pemeriksaan laboratorium urin e +1+2 dan terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Tanda dan gejala preek lampsia ringan dalam kehamilan, antara lain edema pembengkakan terutama tampak pada tungkai, muka disebabkan ada penumpukan cairan yang berlebihan di sela -sela jaringan tubuh, tekanan darah t inggi dan dalam air seni terdapat protein dalam urine pemeriksaan urine dari laboratorium. Preeklampsi berat terjadi bila ibu dengan preeklampsi ringan tidak dirawat, ditangani dan diobati dengan benar. Menurut Bandaniyah 2009 preeklampsi berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang menjadi eklampsi. Menurut Indiarti 2009 p reeklampsia harus segera diatasi, bila tidak akan berlanjut menjadi eklampsia yang ditandai dengan kejang, bahkan sampai koma, karena dalam darah ibu hamil yang mengalami preeklampsia ditemukan adanya zat yang bisa menghancurkan sel endotel yang melapisi pembuluh darah. Kondisi ini sangat berbahaya bagi ibu hamil dan janin, jika tidak segera ditangani akan terjadi kerusakan menetap pada saraf, pembuluh darah atau ginjal ibu. Sementara itu, bayi akan men galami keterbelakangan mental sebab kurangnya aliran darah melalui plasenta dan oksigen di otak. Menurut Bandiyah 2009, bahaya preeklam psia dalam kehamilan antara lain preeklampsi berat, timbul serangan kejang -kejang eklampsia. Sedangkan bahaya pada janin antara lain memberikan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim ibu dan bayi lahir lebih kecil, mati dalam kandungan. Bahaya preeklampsia berat dalam kehamilan antara lain bahaya bagi ibu dapat ti dak sadar dan bahaya Universitas Sumatera Utara bagi janin dalam kehamilan antara la in gangguan pertumbuhan j anin dan bayi lahir kecil, mati dalam kandungan.

2.1.7. Komplikasi  Pada sistem saraf pusat : eklampsia kejang, perdarahan otak stroke,

cerebral edema, kebutaan kortikal, retina edema, kebutaan retina.  Pada sistem ginjal : nekrosis korteks ginjal, renal tubular nekrosis.  Pada sistem pernafasan : edema paru, edema laring.  Pada hati : penyakit kuning, sindrom HELLP haemolysis, elevated liver enzymes, and lowered platelets , kerusakan hati.  Pada plasenta : infark plasenta.  Pada bayi : kehamilan, kelahiran premature, pembatasan pertumbuhan intrauterine.

2.1.8. Penatalaksanaan

Menurut Winkjosastro 2006 tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin dengan trauma sekecil -kecilnya.

2.1.8.1. Preeklampsia Ringan

Menurut Wiknjosastro 2006 istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstremitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut juga bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang bere dar dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan kejadian edema. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif, maka dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walupun janin masih prematur. Universitas Sumatera Utara

2.1.8.2. Preeklampsia Berat

Menurut Wiknjosastro 2006 pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamila n. Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan larutan sulfas magnetikus 40 sebanyak 10 ml disuntikan intramuscular pada bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan. Pemberian dapat diulang dengan dosis yang sama dalam rentang waktu 6 jam menurut keadaan pasien. Tambahan sulfas magnetikus hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, reflex patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kalimenit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain sulfas magnetikus, pasien dengan preeklampsia berat juga dapat diberikan chlorpromazine dengan dosis 50 mg secara intramuscular ataupun diazepam 20 mg secara intramuscular.

2.2. Berat Badan Lahir Rendah BBLR

2.2.1. Defenisi

Menurut Yushananta 2001 bayi berat badan lahir r endah BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu n eonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2 .500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut berat badan lahir rendah BBLR. Menurut Sarwono Prawrohardjo 2002 BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat antara 1500 – 2500 gram. Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah BBLR diperkirakan 15 dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3-38 dan lebih sering terjadi di negara - negara berkembang atau sosio -ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90 kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan an ak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9 -30, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1- 17,2 . Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 . Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7.

2.2.3. Klasifikasi

Menurut Jumiarni et al., 1995 klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu 259 hari, bayi cuku p bulan adalah bayi denganmasa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu 259 -293 hari, dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih. Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas. 1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan,atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan. 2. Dismaturitas atau k ecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan ses ungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini Universitas Sumatera Utara karena janin mengalami ganggua n pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan KMK. Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas t ubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan berat bayi lahir r endah BBLR mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi b erat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup. WHO memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di negara maju terbesar antara 3 – 7 dan di negara berkembang berkisar antara 13 – 38 . Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14 dari seluruh koheren hidup Sjahmien Moehji, 2003 .

2.2.4. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah yaitu :

1. Faktor ibu

a. Gizi saat hamil yang kurang anemia Menurut depkes RI 2003 kurang gizi pada saat hamil apabila tidak mendapatkan penanganan dengan baik secara intensif akan mengakibatkan anemia. Kebanyakan ibu hamil mengalami anemia gizi. Oleh sebab itu pada saat hamil ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi. b. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Menurut Depkes RI 2003 usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun, dibawah atau diatas tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinannya. Menurut Hartanto 2004 usia diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalah -masalah kesehatan seperti hipertensi, DM, anemia, TB paru dan dapat me nimbulkan persalinan Universitas Sumatera Utara lama dan perdarahan pada saat persalinan serta risiko terjadinya cacat bawaan pada janin. c. Jarak dan bersalin terlalu dekat. Menurut Depkes RI 2003 banyaknya anak yang dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupak an faktor risiko terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak lebih rendah, dan nutrisi kurang. d. Penyakit menahun ibu seperti gangguan pembuluh darah, perokok, penyakit kronis TB, malaria. Menurut Rochjati 2003 faktor risiko lain p ada ibu hamil adalah riwayat penyakit terdahulu yang diderita ibu. Adapaun penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinannya adalah penyakit yang bersifat kronis seperti hipertensi, cacat congenital, jantung dan asma, anemia, TB paru dan malar ia. e. Faktor pekerjaan. Menurut Depkes RI 2003 pekerjaan terkait pada status sosial ekonomi dan aktifitas fisik ibu hamil. Dengan keterbatasan status sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap keterbatasan dalam mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat, pemenuhan gizi, sementara itu ibu hamil yang bekerja cenderung cepat lelah sebab aktifitas fisiknya meningkat karena memiliki tambahan pekerjaankegiatan diluar rumah.

2. Faktor kehamilan

a. Hamil dengan hidramnion, yaitu keadaan dimana cairan ketuban melebihi d ari normal b. Hamil ganda, yaitu kehamilan dimana jumlah janin yang dikandung lebih dari satu. c. Perdarahan ante partum, yaitu perdarahan yang terjadi pada masa hamil. d. Komplikasi hamil : preeklampsia, ketuban pecah dini, preeklampsiaeklampsia yaitu kondisi ibu hamil yang dengan tekanan darah meningkat keadaan ini sangat mengancam jiwa ibu dan janin yang dikandung. Ketuban pecah dini adalah kondisi dimana air ketuban keluar sebelum waktunya dan biasanya faktor penyebab paling sering adalah terjadinya benturan pa da kandungan. Universitas Sumatera Utara

3. Faktor janin.

a. Cacat bawaan, yaitu keadaan janin yang cacat sebagai akibat pertumbuhan janin didalam kandungan tidak sempurna. b. Infeksi dalam rahim, yaitu janin mengalami infeksi sebagai akibat penyakit yang diderita ibu. Seperti HIVAIDS sangat rentan mengakibatkan infeksi dalam rahim.

4. Faktor yang belum diketahui

2.2.5. Manifestasi Klinis

1. Sebelum bayi lahir

a. Pada anamnese sering terjadi adanya riwayat abortus pa rtus dan prematurus serta lahir mati. b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan. c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat walaupun kehamilan sudah lanjut. d. Sering dijumpai dengan oligo hydramnion hydramnion. Hyperemesis gravidarum dan hamil lanjut dengan perdarahan antepartum.

2. Setelah bayi lahir

a. Bayi dengan retardasi perdarahan intra uteri, tanda-tanda bayi :  Tengkorak kepala keras  Gerakan bayi terbatas  Abdomen cekung dan merata  Jaringan lemak bawah kulit tipis sedikit  Vernick caseosa sedikit tidak ada  Kulit tipis, kering dan berlipat-lipat, mudah diangkat  Tali pusat tipis dan lembek kehijauan b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu, ciri - cirinya : Universitas Sumatera Utara  Vernick caseosa ada  Jaringan lemak bawah kulit sedikit  Tulang tengkorak lunak, mudah bergerak  Muka seperti boneka  Abdomen buncit  Tali pusat tebal dan segar  Menangis lemah  Kulit tipis, merah dan transparan c. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat -alat dalam tubuhnya karena sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermia, dll. Pada bayi kecil masa kehamilan alat - alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematur dengan berat badan sama karena itu akan lebih mudah di luar rahim. Namun tetap lebih peka terhadap infeksi dibandingkan dengan bayi prematur dengan BB normal. Rustam Mochtar, 1998

2.2.6. Penatalaksanaan BBLR

Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan t erjadi hipotermia, karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus dijaga kehangatan tubuhnya. IDAI, 2009 Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat , yaitu bayi selalu didekap ibu atau dengan orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Car a lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam Universitas Sumatera Utara sesudah lahir, bayi selalu diselimuti da ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar panas. IDAI, 2009

2.3. Hubungan Preeklampsia degan kejadian BBLR

Menurut Behrman 2000 preeklampsia merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya BBLR. Preeklampsia menyebabkan terjadinya retardasi pertumbuhan janin bahkan kematian janin. Hal ini dikarenakan preeklampsia dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan hipoksia yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan janin. Pada preeklampsia sering terjadi retardasi pertumbuhan janin dan bayi dismatur bahkan bisa terjadi kematian janin dalam kehamilan dan persalinan. Terjadinya retardasi pertumbuhan janin di duga ka rena koagulasi intravaskuler, deposit fibrin dan hipoperfusi darah ke plasenta yang menyebabkan hipoksia kronis dan atau gangguan nutrisi janin Schjetlein et al., 1997 Preeklampsia dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin dan merupakan indikator keparahan penyakit vaskular kronik, terutama apabila awitannya terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu Gainer, 2005; Odegard, 2000; Xiong et al.,1999 Menurut Bandiyah 2009, bahaya preeklam psi dalam kehamilan antara lain preeklampsi berat, timbul serangan kejang -kejang eklampsi. Sedangkan bahaya pada janin antara lain memberikan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim ibu dan bayi lahir lebih kecil, mati dalam kandungan . Bahaya preeklampsi berat dalam kehamilan antara lain bahaya bagi ibu dapat ti dak sadar dan bahaya bagi janin dalam kehamilan antara lain gangguan pertumbuhan j anin dan bayi lahir kecil, mati dalam kandungan. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASION AL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Defenisi Operasional Variab

el Defe n i s i Car a u k u r A l a t u k u r Has i l u k u r Sk a l a u k u r Preekl am psi a Peny a k i t d e n g a n Obs e r v a s i R e k a m m e d i s  Preekla mpsia 14090 mmHg  Preekla mpsia Berat 16011 mmHg Or d i n a l Preeklamps ia Berat Badan Lahir Renda h BBLR Universitas Sumatera Utara t a n d a - t a n d a , h i p e r t e n s i, e d e m a , d a Universitas Sumatera Utara n p r o t e i n u r i a y a n g t i m b u l k a r e n a k e Universitas Sumatera Utara h a m i l a n BBLR Bayi b a r u l a h i r y a n g b e r a t b a d a Obs e r v a s i R e k a m m e d i s  Berat badan lahir normal 2500 gram  Berat badan lahir rendah 2500 Ra s i o Universitas Sumatera Utara n l a h i r n y a p a d a s a a t k e l a h i r a n k u r a Universitas Sumatera Utara n g d a r i 2 5 g r a m . Tabel 3.1 Defenisi operasional

3.3 Hipotesis