Hubungan Derajat Preeklampsia dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012
HUBUNGAN DE BERAT BADAN
UMUM
UNI
AN DERAJAT PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADI BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH
UM Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2011 -2012
Oleh: SONIA ANNISA
100100017
cp
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
EJADIAN AH SAKIT
(2)
HUBUNGAN DE BERAT BADAN
UMUM
Karya Tulis untuk
UNI
AN DERAJAT PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADI BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH
UM Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2011 -2012
lis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat k memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh: SONIA ANNISA
100100017
cp
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
EJADIAN AH SAKIT
-2012
at an
(3)
(4)
ABSTRAK
Bayi yang lahir dengan berat kurang dar i 2.500 gram dianggap berat lahir rendah dan memiliki peningkatan risiko kematian atau mengembangkan beberapa kesehatan dan gangguan perkembangan. Pada Preeklampsia sering terjadi retardasi pertumbuhan janin dan bayi dismatur bahkan bisa terjadi kematian janin dalam kehamilan dan persalinan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan derajat preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan.
Penelitian ini bersifat diskriptif analitik dengan desain cross secsional study. Populasi penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Pirngadi Med an. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil yang menderita preeklampsia yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling. Data hasil penelitian diolah dengan uji analisis pearson test.
Pada penelitian didapat 68 sampel ibu yang menderita preeklampsia, 18 orang (26,5 %) menderita preeklampsia ringan dan 50 (73,5%) menderita preeklampsia berat dengan berat badan lahir rendah dari keduanya sebanyak 23 (33,8%) bayi dan bayi dengan berat lahir normal sebanyak 45 (66,2%) bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan derajat preeklampsia dengan berat badan bayi yang berkorelasi negatif, namun tidak signifikan.
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa r= -0,07 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan derajat preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah . Hubungan ini memilki arah korelasi negatif dan kekuatan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. p=0.534 (p<0,05)
Kata Kunci: Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan Derajat Preeklampsia.
(5)
ABSTRACT
Babies born weighing less than 2,500 grams are considered low birth weight and have an increase risk of death or developing several health and developmental disoreders. Preeclampsia often occur on fetal and infant growth retardation can occur dismatur even fetal death in pregnancy and childbirth.
The purpose of this study was to examine the relationship with the incidene of preeclampsia degree of low birth weight (LBW) in Pirngadi General Hospital Medan.
This research is a descriptive analytic cross sectional study design. The study population was pregnant women suffering from preeclampsia who delivered at the Pirngadi General Hospital Medan. Sampling this study uses total sampling method. The data were processed with the pearson test analysis test.
In the study obtained 68 samples of mothers wit h preeclampsia, 18 people (26,5%) had mild preeclampsia and 50 (73,5%) suffered from severe preeclampsia with low birth weight by 45 (66,2%) infants. The result of this study indicate that the degree of association of preeclampsia with the baby’s wight negatively correlated, but not significantly.
From the result of statistical test known that r= -0,07 can be concluded that there is a degree of incidence of preeclampsia with low birth weight. These relationships have the negative correlation direction and strength of the correlation is weak and not significant.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul ”Hubungan Derajat Preeklampsia dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarja na Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp PD -KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. dr. Ichwanul Adenin, SpOG (K), selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu, dan masukan -masukan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah .
3. dr. Richard Hutapea, SpKK (K) dan dr. Eka Roina Megawati M.Kes, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, baik berupa kritikan maupun saran semakin menyempurnakan karya tulis ilmiyah ini.
4. Papa dan Mama penulis yang tercinta yang telah memberikan dukungan dan masukan selama penyusunan penelitian ini .
5. Teman-teman sesama penulis Grace Noviyanthi Sinambela, Vivi Srima Dewi, Sucianty, Tomy Kesuma Putra, dan teman-teman penulis lainnya yang telah memberi bantuan berupa saran, kritikan, dan motivasi selama penyusunan penelitian.
(7)
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berup a kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 9 Desember 2013
Sonia Annisa (NIM: 100100017)
(8)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... ... ...… i
Abstrak ... ... ... ...… ii
Abstract ... ... ... ...… iii
Kata Pengantar ... ... ... ... iv
Daftar Isi ... ... ... ... ... vi
Daftar Tabel………... ix
Daftar Gambar……… ….x
Lampiran………... BAB1 PENDAHULUAN………...1
1.1. Latar Belakang………..1
1.2. Rumusan Masalah………...2
1.3. Tujuan Penelitian... ... ...…..2
1.3.1. Tujuan Umum ... ... ...…. 2
1.3.2. Tujuan Khusus ... ... ...…. 2
1.4. Manfaat Penelitian ... ... ...…. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... ... ...…. 4
2.1. Preeklampsia ... ... ...… 4
2.1.1. Definisi ... ... ...… 4
2.1.2. Epidemiologi... ... ...…. 4
2.1.3. Etiologi dan patogenesis ... ...… 4
2.1.4. Klasifikasi dan diagnosis ... ...… 6
2.1.5. Faktor risiko... ... ...… 7
2.1.6. Manifestasi Klinis ... ...… 8
2.1.7. Komplikasi ... ... ... ...9
(9)
2.2. BBLR ... ... ...…10
2.2.1. Definisi ... ... ...…10
2.2.2. Epidemiologi... ... ...…10
2.2.3. Klasifikasi ... ... ...…11
2.2.4. Faktor yang menyebabkan BBLR ... ... ... 12
2.2.5. Manifestasi klinis ... ...…14
2.2.6. Penatalaksanaan……….15
2.3. Hubungan preeklampsia dengan kejadian BBLR ... .. 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.. ... .. 17
3.1. Kerangka Konsep ... ... ... ... 17
3.2. Definisi Operasional ... ... .…17
3.3. Hipotesis ... ... ... ... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... .…19
4.1. Rancangan Penelitian ... ...…19
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ...…19
4.3. Populasi dan Sampel... ... .…19
4.3.1. Populasi ... ... ...…19
4.3.2. Sampel... ... ... ... 19
4.4. Metode Pengumpulan Data ... ...…19
4.5. Metode Analisis Data ... ...…20
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN……….21
5.1. Hasil Penelitian……….21
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………21
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Individu………21
(10)
5.1.4. Hasil Analisis Statistik………...26
5.2. Pembahasan………...27
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….29
6.1. Kesimpulan………...29
6.2.Saran ………29
(11)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi dan Diagnosis
6
Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian 17
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan umur 21
Tabel 5.2. Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pekerjaan 22
Tabel 5.3. Distrbusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pendidikan 23
Tabel 5.4. Distrbusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Proses Lahir 24
Tabel 5.5. Distribusi Bayi Baru Lahir Berdasarkan Jenis Kelamin 24
Tabel 5.6. Distribusi Bayi Baru Lahir Berdasarkan Berat Badan Lahir 25
Tabel 5.7. Distribusi Kejadian Derajat Preeklampsia 25
(12)
Tabel 5.8. Distribusi Kejadian BBLR 26
Tabel 5.9. Hubungan Preeklampsia dengan Kejadian BBLR 26
(13)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi dan Diagnosis
6
Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian 17
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan umur 21
Tabel 5.2. Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pekerjaan 22
Tabel 5.3. Distrbusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pendidikan 23
Tabel 5.4. Distrbusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Proses Lahir 24
Tabel 5.5. Distribusi Bayi Baru Lahir Berdasarkan Jenis Kelamin 24
Tabel 5.6. Distribusi Bayi Baru Lahir Berdasarkan Berat Badan Lahir 25
Tabel 5.7. Distribusi Kejadian Derajat Preeklampsia 25
(14)
Tabel 5.8. Distribusi Kejadian BBLR 26
Tabel 5.9. Hubungan Preeklampsia dengan Kejadian BBLR 26
(15)
ABSTRAK
Bayi yang lahir dengan berat kurang dar i 2.500 gram dianggap berat lahir rendah dan memiliki peningkatan risiko kematian atau mengembangkan beberapa kesehatan dan gangguan perkembangan. Pada Preeklampsia sering terjadi retardasi pertumbuhan janin dan bayi dismatur bahkan bisa terjadi kematian janin dalam kehamilan dan persalinan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan derajat preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan.
Penelitian ini bersifat diskriptif analitik dengan desain cross secsional study. Populasi penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Pirngadi Med an. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil yang menderita preeklampsia yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling. Data hasil penelitian diolah dengan uji analisis pearson test.
Pada penelitian didapat 68 sampel ibu yang menderita preeklampsia, 18 orang (26,5 %) menderita preeklampsia ringan dan 50 (73,5%) menderita preeklampsia berat dengan berat badan lahir rendah dari keduanya sebanyak 23 (33,8%) bayi dan bayi dengan berat lahir normal sebanyak 45 (66,2%) bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan derajat preeklampsia dengan berat badan bayi yang berkorelasi negatif, namun tidak signifikan.
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa r= -0,07 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan derajat preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah . Hubungan ini memilki arah korelasi negatif dan kekuatan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. p=0.534 (p<0,05)
Kata Kunci: Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan Derajat Preeklampsia.
(16)
ABSTRACT
Babies born weighing less than 2,500 grams are considered low birth weight and have an increase risk of death or developing several health and developmental disoreders. Preeclampsia often occur on fetal and infant growth retardation can occur dismatur even fetal death in pregnancy and childbirth.
The purpose of this study was to examine the relationship with the incidene of preeclampsia degree of low birth weight (LBW) in Pirngadi General Hospital Medan.
This research is a descriptive analytic cross sectional study design. The study population was pregnant women suffering from preeclampsia who delivered at the Pirngadi General Hospital Medan. Sampling this study uses total sampling method. The data were processed with the pearson test analysis test.
In the study obtained 68 samples of mothers wit h preeclampsia, 18 people (26,5%) had mild preeclampsia and 50 (73,5%) suffered from severe preeclampsia with low birth weight by 45 (66,2%) infants. The result of this study indicate that the degree of association of preeclampsia with the baby’s wight negatively correlated, but not significantly.
From the result of statistical test known that r= -0,07 can be concluded that there is a degree of incidence of preeclampsia with low birth weight. These relationships have the negative correlation direction and strength of the correlation is weak and not significant.
(17)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bayi yang lahir dengan berat kurang dar i 2.500 gram dianggap berat lahir rendah dan memiliki peningkatan risiko kematian dan gangguan perkembangan. Bayi berat lahir rendah juga berisiko lebih besar untuk sindro m kematian bayi mendadak serta masalah pernapasan, cere bral palsy, gangguan jantung dan ketidakmampuan belaja r.
Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization) hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena b erat badan lahir rendah kurang dari 2.500 gram, dan Menurut WHO 17% dari 25 j uta persalinan pertahun adalah berat badan lahir rendah (BBLR).
Data saat ini memperlihatkan bahwa status kesehatan anak Indonesia masih merupakan masalah yang cukup tinggi yaitu sekitar 66,4% per 1000 kelahiran hidup dan 35,9% anak yang lahir mempunyai kategori resiko tinggi. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR ), merupakan salah satu faktor resiko terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.
Didapatkan bahwa resiko kematian bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram atau lebih mencapai 5 sampai 9 kali lebih besar daripada bayi yang lahir dengan berat 2500-2999 gram. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Malnutrisi pada masa perinatal akan mempengaruhi pertumbuhan otak dan mengakibatkan kompl ikasi yang akan berakibat buruk pada bayi tersebut di kemudian hari.
Preeklampsia adalah suatu sindrome yang dijumpai pada ibu hamil diatas 20 minggu terdiri dari hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema. Pada Preeklampsia sering terjadi retardasi pertumbuhan janin dan bayi dismatur bahkan bisa terjadi kematian janin dalam kehamilan dan persalinan. Terjadinya retardasi
(18)
pertumbuhan janin diduga karena koagulasi intravaskuler, deposisi fibrin dan hipoperfusi darah ke plasenta yang menyebabkan hipoks ia yang kronis dan atau gangguan nutrisi janin (Schjetlein et all., 1997)
Pada tahun 1990-1994 di RS Dr. Pirngadi medan tercantum angka kematan ibu (AKI) 102 dari 17052 persalinan (0,6%) dan penyebabnya adalah hipertensi dalam kehamilan (HDK) 33,4%, infeksi 22,55%, perdarahan 18,63%, dan penyebab lain 25,48% dari seluruh kematian ibu. Dijumpai angka kematian perinatal (AKP) di ruma h sakit yang sama 48% pada kasus preeklampsia ringan (PER), 17,11% preeklampsia berat (PEB) da n 32,0% pada eklampsia (Simanju tak, 1995)
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa preekelampsia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan derajat preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di RS U Pirngadi Medan.
1.2. Rumusan Masalah
“Bagaimana Hubungan Derajat Preeklampsia Dengan Kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) ?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan preeklampsia dengan BBLR di RSU Pirngadi Medan dari tahun 2011-2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui persentase penderita preeklampsia di RSU Pirngadi Medan. 2. Untuk mengetahui angka kejadian BBLR di RSU Pirngadi Medan.
3. Untuk mengetahui hubungan preeklampsia dengan kejadian BBLR. 1.4. Manfaat Penelitian
(19)
Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pen getahuan tentang metodologi penelitian.
1.4.2. Bagi institusi Pendidikan
Bisa dijadikan bahan bacaan, yang diharapkan bermanfaat sebagai data awal dan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
1.4.3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai evaluasi dan suatu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya melakukan asuhan dan pengobatan yang komperhensif terhadap penderita preeklampsia.
(20)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PREEKLAMPSIA 2.1.1. Defenisi
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda -tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2007). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat.
2.1.2. Epidemiologi
Menurut Triadmojo (2003) di Indonesia frekuensi kejadian p reeklampsia sekitar 3-10% sedangkan menurut Dawn C Jung (2003) di Amerika serikat dilaporkan bahwa kejadian p reeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6 kasus per 1.000 kelahiran ). Pada primigravida frekuensi p reeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, pada (tahun 2000) mendapatkan angka kejadian p reeklampsia dan eklamsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1413 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan p reeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklamsia 13 kasus eklamsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20 -24 tahun dengan primigravida (17,5%).
2.1.3. Etiologi dan Patogenesis
Menurut wibowo (2002) hipotesis penting mengenai patogenesis dari peeklampsia adalah terdapatnya senyawa yang dihasilkan oleh jaringan uteroplasenta, kemudian masuk ke sistem sirkulasi ibu dan menyebabkan kerusakan sel -sel endotel, sehingga terjadi perubah an fungsi sel endotel yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya
(21)
gejala preekl senyawa y kemungkinan radikal bebas Menurut Jaff tahap. Tahap plasenta dim sempurna seh mencakup e terbentuknya masuk kedala sel-sel endot Disfungsi e (prostasiklin, (endotelin1, darah terhad hipertensi.
eklampsia. Menurut Walker dan Dekker (1997) yang menyebabkan kerusakan/disfungsi nannya adalah: angiotensin II, lipid peroksidase
as, aktivitas neutrofil, immunokompleks.
affe et al., (1995) kejadian preekelampsia terdi hap pertama yaitu proses perubahan arteri spiralis
imana arteri spiralis tidak mengalami dilata sehingga suplai darah ke plasenta tidak cukup. Tah kup efek selanjutnya dari iskemia yang me uknya zat-zat toksis seperti sitokin dan radikal be alam sirkulasi darah dan dapat mengaktifkan atau ndotel pembuluh darah sehingga terjadi disfungs
endotel akan menyebabkan pengeluaran v in, nitrit oksida) tidak seimbang dengan vasokons
, tromboksan, angiotensin II) dan sensitivitas hadap angiotensin II juga meningkat sehingg
Gambar 2.1. Patogenesis preeklampsia
1997) senyawa -i endotel dase, sitokin,
erdiri dari 2 lis pada alas atasi secara Tahap kedua merangsang bebas yang tau melukai ungsi endotel. vasodilator okonstriktor s pembuluh ngga terjadi
(22)
2.1.4. Klasifikasi dan Diagosis
Menurut POGI (1991) preeklampsia dibagi atas preeklampsia ringan (PER) dan preeklampsia berat (PEB). PER bila tekanan darah di antara 140/90 dan 160/110. PEB bila tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan diastolic 110 mmHg atau lebih (POGI, 1991)
Menurut Saifuddin et al., (2001) dalam buku Acuan Nasional membagi hipertensi dalam kehamilan (HDK) sebagai t ertulis dalam Tabel 1 berikut. Klasifikasi ini perlu dilakukan karena patofisiologi, cara penanganan dan hasil akhir kehamilan akan berbeda.
DIAGNOSIS TEKANAN
DARAH
TANDA LAIN
Hipertensi karena kehamilan Hipertensi
Preeklampsi ringan
Preeklampsi berat
Eklampsia
TD > 90 mmHg Kenaikan TD 15
mmHg Idem
TD > 90 mmHg TD > 110
mmHg
Hipertensi
Proteinuria (-) Hamil > 20
minggu
Proteinuria 1+ Proteinuria 2+ Oliguria Hiperrefleksi Gangguan
penglihatan Nyeri epigastrium
Kejang Hipertensi Kronik
(23)
Superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik
Proteinuria + tanda lain PE Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan menurut Buku Acuan
Nasional 2.1.5. Faktor Risiko
Usia kehamilan
Dalam sebuah studi kohort berbasis registri dari 536.4 19 perempuan Denmark, kelahiran antara usia kehamilan 32 dan 36 minggu meningkatkan risiko kelahiran prematur pada kehamilan kedua dari 2,7% menjadi 14,7% dan meningkatkan risiko preeklamsia dari 1,1% menjadi 1,8%. Sebuah kelahiran pertama sebelum 28 minggu meningkatkan risiko kelahiran prematur kedua 26% dan meningkatkan risiko preeklamsia menjadi 3,2%. Preeklamsia pada keha milan pertama, dengan kelahiran antara usia kehamilan 32 dan 36 minggu, meningkatkan risiko preeklamsia pada kehamilan kedua dari 14,1% menjadi 25,3%. Pertumbuhan 2-3 standar deviasi di bawah rata -rata janin pada kehamilan pertama meningkatkan risiko preeklamsia dari 1,1% menjadi 1,8% pada kehamilan kedua.
Usia ibu
Perempuan berusia 35 tahu n dan lebih tua memiliki risiko nyata peningkatan preeklampsia.
Ras
Di Amerika Serikat, kejadian preeklampsia adalah 1,8% di antara perempuan kulit putih dan 3% pada wanita kulit hitam.
Faktor risiko tambahan
Beberapa faktor risiko berkontribusi plasenta sedikit , sedangkan yang lain berkontribusi terhadap penin gkatan massa plasenta dan sedikit perfusi plasenta sekunder untuk kelainan pembuluh darah.
Selain yang dibahas di atas, fa ktor risiko preeklampsia juga meliputi: mola hidatidosa, kegemukan, krombofilia, donasi oosit atau inseminasi donor, infeksi saluran kemih, diabetes, penyakit kolagen vaskuler, penyakit periodontal .
(24)
2.1.6. Manifestasi Klinis Tanda dan Gejala
Menurut Wibisono dan Dewi (2009) pada p reeklampsia ringan ditandai dengan gejala meningkatnya tekanan darah (sebelum hamil tekanan darah normal) ≥140/90 mmHg dan adanya protein urine (diketahui dari pemeriksaan laboratorium urin e) +1/+2 dan terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu.
Tanda dan gejala preek lampsia ringan dalam kehamilan, antara lain edema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai, muka disebabkan ada penumpukan cairan yang berlebihan di sela -sela jaringan tubuh, tekanan darah t inggi dan dalam air seni terdapat protein dalam urine (pemeriksaan urine dari laboratorium). Preeklampsi berat terjadi bila ibu dengan preeklampsi ringan tidak dirawat, ditangani dan diobati dengan benar. Menurut Bandaniyah (2009) preeklampsi berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang menjadi eklampsi.
Menurut Indiarti (2009) p reeklampsia harus segera diatasi, bila tidak akan berlanjut menjadi eklampsia yang ditandai dengan kejang, bahkan sampai koma, karena dalam darah ibu hamil yang mengalami preeklampsia ditemukan adanya zat yang bisa menghancurkan sel endotel yang melapisi pembuluh darah. Kondisi ini sangat berbahaya bagi ibu hamil dan janin, jika tidak segera ditangani akan terjadi kerusakan menetap pada saraf, pembuluh darah atau ginjal ibu. Sementara itu, bayi akan men galami keterbelakangan mental sebab kurangnya aliran darah melalui plasenta dan oksigen di otak.
Menurut Bandiyah (2009), bahaya preeklam psia dalam kehamilan antara lain preeklampsi berat, timbul serangan kejang -kejang (eklampsia). Sedangkan bahaya pada janin antara lain memberikan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim ibu dan bayi lahir lebih kecil, mati dalam kandungan. Bahaya preeklampsia berat dalam kehamilan antara lain bahaya bagi ibu dapat ti dak sadar dan bahaya
(25)
bagi janin dalam kehamilan antara la in gangguan pertumbuhan j anin dan bayi lahir kecil, mati dalam kandungan.
2.1.7. Komplikasi
Pada sistem saraf pusat : eklampsia (kejang), perdarahan otak (stroke), cerebral edema, kebutaan kortikal, retina edema, kebutaan retina.
Pada sistem ginjal : nekrosis korteks ginjal, renal tubular nekrosis. Pada sistem pernafasan : edema paru, edema laring.
Pada hati : penyakit kuning, sindrom HELLP (haemolysis, elevated liver enzymes, and lowered platelets),kerusakan hati.
Pada plasenta : infark plasenta.
Pada bayi : kehamilan, kelahiran premature, pembatasan pertumbuhan intrauterine.
2.1.8. Penatalaksanaan
Menurut Winkjosastro (2006) tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin dengan trauma sekecil -kecilnya.
2.1.8.1. Preeklampsia Ringan
Menurut Wiknjosastro (2006) istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstremitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut juga bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang bere dar dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan kejadian edema. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif, maka dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walupun janin masih prematur.
(26)
2.1.8.2. Preeklampsia Berat
Menurut Wiknjosastro (2006) pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamila n.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan larutan sulfas magnetikus 40% sebanyak 10 ml disuntikan intramuscular pada bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan. Pemberian dapat diulang dengan dosis yang sama dalam rentang waktu 6 jam menurut keadaan pasien. Tambahan sulfas magnetikus hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, reflex patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain sulfas magnetikus, pasien dengan preeklampsia berat juga dapat diberikan chlorpromazine dengan dosis 50 mg secara intramuscular ataupun diazepam 20 mg secara intramuscular.
2.2. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.2.1. Defenisi
Menurut Yushananta (2001) bayi berat badan lahir r endah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu n eonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2 .500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut berat badan lahir rendah (BBLR). Menurut Sarwono Prawrohardjo (2002) BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat antara 1500 –2500 gram.
(27)
2.2.2. Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%38% dan lebih sering terjadi di negara -negara berkembang atau sosio -ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan an ak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9% -30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.
2.2.3. Klasifikasi
Menurut Jumiarni et al., (1995) klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cuku p bulan adalah bayi denganmasa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih. Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.
1). Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan,atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan.
2). Dismaturitas atau k ecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan ses ungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini
(28)
karena janin mengalami ganggua n pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas t ubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan berat bayi lahir r endah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi b erat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup. WHO memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di negara maju terbesar antara 3– 7 % dan di negara berkembang berkisar antara 13 –38 %. Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14 % dari seluruh koheren hidup (Sjahmien Moehji, 2003 ).
2.2.4. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah yaitu : 1. Faktor ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang (anemia)
Menurut depkes RI (2003) kurang gizi pada saat hamil apabila tidak mendapatkan penanganan dengan baik secara intensif akan mengakibatkan anemia. Kebanyakan ibu hamil mengalami anemia gizi. Oleh sebab itu pada saat hamil ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi.
b. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
Menurut Depkes RI (2003) usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun, dibawah atau diatas tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinannya.
Menurut Hartanto (2004) usia diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalah -masalah kesehatan seperti hipertensi, DM, anemia, TB paru dan dapat me nimbulkan persalinan
(29)
lama dan perdarahan pada saat persalinan serta risiko terjadinya cacat bawaan pada janin.
c. Jarak dan bersalin terlalu dekat.
Menurut Depkes RI (2003) banyaknya anak yang dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupak an faktor risiko terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak lebih rendah, dan nutrisi kurang.
d. Penyakit menahun ibu seperti gangguan pembuluh darah, perokok, penyakit kronis (TB, malaria).
Menurut Rochjati (2003) faktor risiko lain p ada ibu hamil adalah riwayat penyakit terdahulu yang diderita ibu. Adapaun penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinannya adalah penyakit yang bersifat kronis seperti hipertensi, cacat congenital, jantung dan asma, anemia, TB paru dan malar ia. e. Faktor pekerjaan.
Menurut Depkes RI (2003) pekerjaan terkait pada status sosial ekonomi dan aktifitas fisik ibu hamil. Dengan keterbatasan status sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap keterbatasan dalam mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat, pemenuhan gizi, sementara itu ibu hamil yang bekerja cenderung cepat lelah sebab aktifitas fisiknya meningkat karena memiliki tambahan pekerjaan/kegiatan diluar rumah.
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, yaitu keadaan dimana cairan ketuban melebihi d ari normal
b. Hamil ganda, yaitu kehamilan dimana jumlah janin yang dikandung lebih dari satu.
c. Perdarahan ante partum, yaitu perdarahan yang terjadi pada masa hamil. d. Komplikasi hamil : preeklampsia, ketuban pecah dini, preeklampsia/eklampsia
yaitu kondisi ibu hamil yang dengan tekanan darah meningkat keadaan ini sangat mengancam jiwa ibu dan janin yang dikandung. Ketuban pecah dini adalah kondisi dimana air ketuban keluar sebelum waktunya dan biasanya faktor penyebab paling sering adalah terjadinya benturan pa da kandungan.
(30)
3. Faktor janin.
a. Cacat bawaan, yaitu keadaan janin yang cacat sebagai akibat pertumbuhan janin didalam kandungan tidak sempurna.
b. Infeksi dalam rahim, yaitu janin mengalami infeksi sebagai akibat penyakit yang diderita ibu. Seperti HIV/AIDS sangat rentan mengakibatkan infeksi dalam rahim.
4. Faktor yang belum diketahui 2.2.5. Manifestasi Klinis
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnese sering terjadi adanya riwayat abortus pa rtus dan prematurus serta lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat walaupun kehamilan sudah lanjut.
d. Sering dijumpai dengan oligo hydramnion / hydramnion. Hyperemesis gravidarum dan hamil lanjut dengan perdarahan antepartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi perdarahan intra uteri, tanda-tanda bayi : Tengkorak kepala keras
Gerakan bayi terbatas
Abdomen cekung dan merata
Jaringan lemak bawah kulit tipis / sedikit Vernick caseosa sedikit / tidak ada
Kulit tipis, kering dan berlipat-lipat, mudah diangkat Tali pusat tipis dan lembek kehijauan
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu, ciri -cirinya :
(31)
Vernick caseosa ada
Jaringan lemak bawah kulit sedikit Tulang tengkorak lunak, mudah bergerak Muka seperti boneka
Abdomen buncit
Tali pusat tebal dan segar Menangis lemah
Kulit tipis, merah dan transparan
c. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat -alat dalam tubuhnya karena sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermia, dll. Pada bayi kecil masa kehamilan alat -alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematur dengan berat badan sama karena itu akan lebih mudah di luar rahim. Namun tetap lebih peka terhadap infeksi dibandingkan dengan
bayi prematur dengan BB normal.
(Rustam Mochtar, 1998)
2.2.6. Penatalaksanaan BBLR
Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan t erjadi hipotermia, karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus dijaga kehangatan tubuhnya. (IDAI, 2009)
Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat , yaitu bayi selalu didekap ibu atau dengan orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Car a lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam
(32)
sesudah lahir, bayi selalu diselimuti da ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar panas. (IDAI, 2009)
2.3. Hubungan Preeklampsia degan kejadian BBLR
Menurut Behrman (2000) preeklampsia merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya BBLR. Preeklampsia menyebabkan terjadinya retardasi pertumbuhan janin bahkan kematian janin. Hal ini dikarenakan preeklampsia dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan hipoksia yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan janin.
Pada preeklampsia sering terjadi retardasi pertumbuhan janin dan bayi dismatur bahkan bisa terjadi kematian janin dalam kehamilan dan persalinan. Terjadinya retardasi pertumbuhan janin di duga ka rena koagulasi intravaskuler, deposit fibrin dan hipoperfusi darah ke plasenta yang menyebabkan hipoksia kronis dan atau gangguan nutrisi janin (Schjetlein et al., 1997)
Preeklampsia dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin dan merupakan indikator keparahan penyakit vaskular kronik, terutama apabila awitannya terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu (Gainer, 2005; Odegard, 2000; Xiong et al.,1999)
Menurut Bandiyah (2009), bahaya preeklam psi dalam kehamilan antara lain preeklampsi berat, timbul serangan kejang -kejang (eklampsi). Sedangkan bahaya pada janin antara lain memberikan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim ibu dan bayi lahir lebih kecil, mati dalam kandungan . Bahaya preeklampsi berat dalam kehamilan antara lain bahaya bagi ibu dapat ti dak sadar dan bahaya bagi janin dalam kehamilan antara lain gangguan pertumbuhan j anin dan bayi lahir kecil, mati dalam kandungan.
(33)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASION AL
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Defenisi Operasional Variab el Defe n i s i Car a u k u r A l a t u k u r Has i l u k u r Sk a l a u k u r Preekl am psi a Peny a k i t d e n g a n Obs e r v a s i R e k a m m e d i s Preekla mpsia (140/90 mmHg) Preekla mpsia Berat (160/11 0 mmHg) Or d i n a l Preeklamps ia Berat Badan Lahir Renda h (BBLR)
(34)
t a n d a -t a n d a , h i p e r t e n s i, e d e m a , d a
(35)
n p r o t e i n u r i a y a n g t i m b u l k a r e n a k e
(36)
h a m i l a n
BBLR Bayi
b a r u l a h i r y a n g b e r a t b a d a
Obs e r v a s i
R e k a m
m e d i s
Berat badan lahir normal >2500 gram Berat
badan lahir rendah <2500
Ra s i o
(37)
n l a h i r n y a p a d a s a a t k e l a h i r a n k u r a
(38)
n g d a r i 2 5 0 0 g r a m .
Tabel 3.1 Defenisi operasional 3.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).
(39)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini yang digunakan adalah cross sectional study (studi potong lintang), yang dilakukan secara retrospektif menggunakan catatan medis yang sudah ada dan disajikan secara diskriptif analitik.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah ibu hamil yang menderita preeklampsia yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah ibu hamil yang menderita preeklampsia yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medis departemen Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Cara pengambilan data dengan menggunakan rekam medis ibu hamil yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dan mencatat nomor rekam medis, umur, status paritas, pekerjaan, riwayat preeklampsia dan b erat bayi yang dilahirkan. Setelah itu, seluruh data dimasukkan kedalam program SPSS dan di uji hipotesa untuk mengetahui apakah hipotesis ada
(40)
hubungan derajat preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah.
4.5. Metode Analisa Data
Pada penelitian ini, data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan menggunakan program komputer.Setelah data dikumpulkan, data kemudian dianalisis dalam bentuk distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk tabel.
(41)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Proses pengambilan data pada penelitian ini diambil pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2013 di RSU Dr. Pirngadi Medan. Sampel pada penelitian ini berjumlahkan 68 rekam medis. Berdasarkan data-data rekam medis yang telah dikumpulkan dan dianalisis, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitan
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan atau sering disingkat RSUPM beralamat di Jl. Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan ya ng merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di kota medan yang berstatus milik pemerintah kota Medan.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Individu
Berdasarkan data rekam medis, ibu yang melahirkan pada tahun 2011-2012 di RSU Dr. Pirngadi Medan berusia an tara 15 sampai 44 tahun. Berikut ini table distribusi sampel berdasarkan kelompok umur: Tabel 5.1 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Umur
di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012 Umur
(ta hun )
Preeklampsia Ringan
Preeklampsia Berat
N % N %
15-24 2 25,5 6 75,0
25-34 10 29,4 24 70,6
35-44 6 23.1 20 76,9
(42)
Berdasarkan tabel 5.1, kelompok sampel dengan distribusi paling banyak berdasarkan kelompok usia 25 – 34 tahun sejumlah 10 orang (29,4%) pada penderita preeklampsia ringan dan 24 orang (70,6%) pada penderita preeklampsia berat, diikuti kelompok usia 35 – 44 tahun sejumlah 6 orang (23,1%) pada penderita preeklampsia ringan dan sebanyak 20 orang (76,9%) pada penderita preeklampsia berat. Dan kelompok usia paling sedikit adalah usia 15 – 24 tahun yaitu sejumlah 2 orang (25,5%) pada penderita preeklampsia ringan dan sejumlah 6 orang (75,0%) pada penderita preeklampsia berat.
Tabel 5.2 Distribusi Ibu yang Melahirkan Berdasarkan pekerjaan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011-2012
Pekerjaan Preeklampsia
Ringan
Preeklampsia Berat
N % N %
Tidak Bekerja
1 33,3 2 66,7
Ibu Rumah tangga
15 25,9 43 74,1
Mahasiswi 0 0 2 100,0
Pegawai Swasta
0 0 1 100,0
Pegawai Negeri
1 100,0 0 0
Wiraswasta 1 33,3 2 66,7
Total 18 26,5 50 73,5%
Mayoritas sampel penelitian ini bekerja sebagai ibu rumah tangga yang bejumlah 15 orang (25,9%) pada penderita preeklampsia ringan dan 43 orang pada penderita preeklampsia berat. Subjek penelitian yang bekerja sebagai pegawai negeri dan wiraswasta masing-masing sebanyak 1 orang (100,0%) pada preeklampsia ringan, da sebagai
(43)
mahasiswi dan wiraswasta sebayak 2 orang masing -masing sebanyak 2 orang (100,0%) pada penderita preeklampsia berat.
Tabel 5.3 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berd asarkan Pendidikan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012
Pendidikan Preeklampsia
Ringan
Preeklampsia Berat
N % N %
Tidak Sekolah
1 50,0 1 50,0
Tamat SD 1 33,3 2 66,7
Tamat SLTP
1 25,0 3 75,0
Tamat SLTA
15 26,3 42 73,7
Tamat Sarjana Muda
0 0 1 100,0
Tamat S1 0 0 1 100,0
Total 18 26,5 50 73,5
Berdasarkan tabel 5.3, sampel memiliki pendidikan paling banyak yaitu SLTA dengan sejumlah 15 orang (26,3%) pada penderita preeklampsia ringan dan 42 orang (73,7%) pada penderita preeklampsia berat, SLTP sejumlah 1 orang (25,0%) pada prenderita preeklampsia ringan dan 3 orang (75,0%) pada penderita preeklampsia berat, SD sejumlah 1 orang (33,3%) pada preeklampsia ringan dan 2 orang (66,7%) pada preeklampsia berat, Sarjana Muda dan S1 masing -masing sejumlah 1 orang (100,0%) pada preeklampsia berat dan tidak sekolah sejumlah 1 orang (50,0%) pada penderita preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.
(44)
Tabel 5.4 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Proses Lahir di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2 011-2012
Proses lahir
Preeklampsia Ringan Preeklampsia Berat
N % N %
Partus Spo ntan
0 0 2 100,0
Secsio Cesa ria
18 27,3 48 72,7
Total 18 26,5 50 73,5
Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa secsio cesaria merupakan proses lahir paling sering, yaitu 18 orang (27,3%) pada penderita preeklampsia ringan dan 48 orang (72,7%) pada penderita preeklampsia berat, sedangkan pada partus spontan hanya sejumlah 2 orang (100,0%) pada penderita preeklampsia berat.
Tabel 5.5 Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarka n Jenis Kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012
Jenis Kelami n
Preeklampsia Ringan
Preeklampsia Berat
N % N %
Laki-laki 11 27,5 29 72,5
Perempuan 7 25,0 21 75,0
Total 18 26,5 50 73,5
Berdasarkan tabel 5.5, bayi yang lahir lebih banyak berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 11 bayi (27,5%) pada penderita preeklampsia ringan dan 29 bayi (72,5%) pada penderita preeklampsia
(45)
berat, sedangkan bayi berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 ba yi (25,0%) pada penderita preeklampsia ringan dan 21 orang (75,0%) pada penderita preeklampsia berat.
Tabel 5.7 Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarkan Berat Bayi Lahir di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012
Berat La hir (gr am )
Preeklampsia Ringan Preeklampsia Berat
N % N %
<2500 5 21,7 18 78,3
2500-40 00
13 33,3 26 66,7
>4000 0 0 6 100,0
Total 18 73,5 50 73,5
Bayi yang lahir dengan berat lahir normal (2500 -4000 gram) merupakan kelompok yang paling banyak, yaitu 13 bayi (33,3%) pada penderita preeklampsia ringan dan 26 bayi (66,7%) pada penderita preeklampsia berat. Berat badan lahir rendah lebih banyak daripada bayi dengan berat lebih dari normal. Bayi dengan berat lahir <2500 gram sebanyak 5 bayi (21,7%) pada preeklampsia ringan dan 18 bayi (78,3%) pada preeklampsia berat, sedangkan bayi yang lahir dengan berat >4000 gram sebanyak 6 bayi (100,0%) pada penderita preeklampsia berat.
5.1.3. Kejadian Derajat Preeklampsia dan Berat Badan Lahir Rendah di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012
(46)
Berdasarkan data rekam medis yang didapat, derajat preeklampsia dan kejadian berat bayi lahir rendah merupakan kejadian yang cukup sering terjadi. Hal ini dapat dilihat pada tabel distribusi kejadian derajat preeklampsia dan distribusi kejadian berat badan lahir rendah dibawah ini.
Tabel 5.8 Distribusi Kejadian Derajat preeklampsia di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012
Preeklampsia Jumlah (orang) Persentase (%)
Ringan 18 26,5
Berat 50 73,5
Total 68 100,0
Dari tabel 5.8 dapat dilihat kejadian derajat preeklampsia di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012 sebanyak 18 orang (26,5%) pada penderita preeklampsia ringan dan sebanyak 50 orang (73,5%) pada penderita preeklampsia berat.
Tabel 5.9 Distribusi Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012
BBLR Jumlah (bayi) Persentase (%)
Ya 23 33,8
Tidak 45 66,2
Total 68 100,0
Pada tabel 5.9, dari seluruh bayi yang dilahirkan (68 bayi), bayi yang dilahirkan dengan berat bayi lahir rendah terdapat 23 bayi (33,8%). Sedangkan bayi lahir dengan berat badan normal sebanyak 45 bayi (66,2%).
5.1.4. Hasil Analisis Statistik
Dari sampel yang terkumpul, maka digunakan uji analisis Pearson test, untuk melihat hubungan antara derajat preeklampsia
(47)
dengan berat badan bayi. Berdasarkan uji korelasi pearson test diperoleh hasil analisisnya sebagai berikut:
Tabel 5.11 Hubungan Derajat Preeklampsia dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 -2012
Berat badan lahir bayi
Preeklampsia Koefisien
korelasi (r) Signifikansi
-0,07 0,534
Dari hasil uji analisis pearson test dengan bantuan SPSS, koefisien korelasi derajat preeklampsia dengan berat badan bayi negatif ( -0,07) yang dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara derajat preeklampsia dengan berat badan bayi artinya semakin tinggi derajat preeklampsia maka semakin rendah berat badan lahir bayi, namun secara statistik tidak signifikan.
5.2. Pembahasan
Pada penelitian didapat 68 sampel ibu yang menderita preeklampsia, 18 orang (26,5%) menderita preeklampsia ringan dan 50 (73,5%) menderita preeklampsia berat dengan berat badan l ahir rendah dari keduanya sebanyak 23 (33,8%) bayi dan bayi dengan berat lahir normal sebanyak 45 (66,2%) bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan derajat preeklampsia dengan berat badan bayi yang berkorelasi negatif, namun tidak signifikan.
Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh wahyuni dan rachmawati (2005) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah dan terjadi terutama pada pasien dengan preeklampsia berat. Penelitian ini mendukung hasil analisis statistik yang telah dianalisis yaitu r=
(48)
-0,07, bahwa terdapat hubungan antara derajat preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah.
Preeklampsia adalah suatu sindrome yang dijumpai pada ibu hamil di atas 20 minggu terdiri dari hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema. Pada Preeklampsia sering terjadi retardasi pertumbuhan janin dan bayi dismatur bahkan bisa terjadi kematian janin dalam kehamilan dan persalinan. Terjadinya retardasi pertumbuhan janin diduga karena koagulasi intravaskuler, deposisi fibrin dan hipoperfusi darah ke plasenta yang menyebabkan hipoksia yang kronis dan atau gangguan nutrisi janin (Schjetlein et all., 1997). Hal ini bisa dibuktikan dengan data penelitian ini yaitu dar i 68 (100,0%) penderita preeklampsia melahirkan berat bayi lahir rendah sebanyak 23 (33,8%) bayi.
Menurut Hartanto (2004) umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukkan rahim dan panggul ibu belum berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam masa pertumbuhan sehingga panggul dan rahim masih kecil. Disamping itu, usia diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalah -masalah kesehatan seperti hipertensi, DM, anemia, TB paru dan dapat menimbulkan persalinan lama dan perd arahan pada saat persalinan serta risiko terjadinya cacat bawaan pada janin. Hal ini bisa dibuktikan dengan penelitian ini yaitu usia diatas 35 tahun merupakan salah satu faktor penyebab BBLR karena pada penelitian ini didapati kelompok usia 35 –44 tahun yaitu sebanyak 20 orang (76,9%) menderita preeklampsia berat yang memiliki bayi dengan berat lahir rendah sebanyak 15 (57,7%) bayi.
(49)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa r= -0,07 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan derajat preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah artinya semakin tinggi derajat preeklampsia maka semakin rendah berat badan lahir bayi . Hubungan ini memilki arah korelasi negatif dan kekuatan korelasi yang lemah namun secara statistik tidak signifikan. p=0.534 (p<0,05)
6.2. SARAN 1. Bagi Ibu Hamil
Diharapkan kepada ibu hamil agar selalu memperhatikan kesehatan tubuhnya, dengan cara melakukan pemeriksaan rutin pada saat hamil. 2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Penanganan yang tepat dan adekuat pada ibu hamil dengan preeklampsia untuk mengurangi kemungkinan komplikasi kehamilan termasuk BBLR.
(50)
DAFTAR PUSTAKA
American Collage of Obstetricans and Gynecologists. Hypertension in Pregnancy. ACOG Technical Bulletin No. 219. Washington DC: 1996. Ariani, Rizka. 2010, Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009. Avaliable from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25583. [Access 24 mei 2013].
Bandiyah, Siti. 2009, Kehamilan, Persalinan dan Gangguan Kehamilan, Cetakan Pertama, Penerbit Nuha Medika: Jogjakarta.
Behrman, R. E., Kliegman, R. dan Arvin, A. M., 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta : EGC.
Djauriah M. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Diktat Kuliah Anak II. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fk - UNHAS. 2003. P. 50-51
Fazwa R. Bayi Dengan Berat Lahir Rend ah. Dalam: Ilmu Kebidanan. Edisi III. Cetakan V. Jakara. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo. 1999. P. 131-134
Hartanto, Hanafi, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI ). 2004. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta: 307-313.
Jaffe, R. ; Dorgan, A; Abramowtz, J.S. 1995. Color Doppler Imaging of the uteroplacental circulation in the first trimester : value predicting pregnancy failure or complication. Am J Roent genol ; 1642(2) : 1255 -8.
Gainer J, Alexander J, McIntire D, et al.,2005. Dalam: Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong., Obstetri Williams. Jakarta: EGC, 2012.
(51)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah. 2009.
Available from:
http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=197841543631 [Access 30 mei 2013].
Indiarti, M.T., 2009, Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan Bayi, Bahagia Menyambut Si Buah Hati, Cetakan X, Penerbit Diglossia Media: Jogjakarta.
PB POGI. 1991. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Gynecologi (Bagian I). Dalam: Tanjung, Mohammad Thamrin, 2004. Preeclampsia. Jakarta: Pustaka Bangsa Press
Remuzzi, G. ; Ruggenenti, P.1991. Prevention and treatment of Pregnancy–associated hypertension ; what have we learned in the last 10 years? American Journal of kidney Disease, P 285 -305
Setyowati T. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SKDI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1998. Dalam: Kuliah Bidan.Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), 2008. Avaliable from: http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi -berat-lahir-rendah-bblr/. [Access 20 mei 2013].
Schjetlein, R.; Haugen, G.; Wisloff, F. 1997. Markers of Intravasular Coagulation and Fibrinolysis In Preeclampsia: association with intra uterine growth retardation. Acta Obstet Gynecol Scand; 76 (6) : 541 -6 Sjahmen Moehji. 2003. Ilmu Gizi II. Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta:
Papas Sinar Sinanti Bhratara.
Simanjuntak. 1995. Kematian Maternal di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan (1990-1994). Dalam: Tanjung, Mohammad Thamrin, 2004. Preeclampsia. Jakarta: Pustaka Bangsa Press
Simanjuntak, Nelly Agustini, 2009. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantau Prapat Kabupaten Labuan Batu 2008, Universitas
(52)
http:///repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14666/09E01606.pdf .
[Access 20 mei 2013].
United Nations Children’s Fund/World Health Organization, Low Birth Weight. UNICEF, New York, 2004. Avaliable from: http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm .[Access 18 mei 2013]. Wahyuni, Alfaina dan Rachmawati, Firma Nur, 2005. Hubungan
Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil terhadap Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2005 , Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Available from: http://jurnal.umy.ac.id/index.php/mutiaramedika/article/view/18/20
[Access 20 november 2013].
Wibowo N. Peran radikal bebas pada preeklampsia . Kumpulan makalah lengkap PIT XIII POGi, Malang. 30-3 juli 2002.
World Health Organization (WHO). Development of strategy to wards promoting optimal fetal growth. Avaliable from: http://www.who.int/nutrition/topics/feto -maternal/en.html. [Access 18
mei 2013].
[Best Evidence] Lyke JA, Paidas MJ, Laughoff -Ross J. Recurring complications in second pregnancy. Obstet Gynecol. Jun 2009; 113 (6): 1217 -24 [Medline] [Best Evidence] Conde. Agudelo A, Villar J, Lindheimer M. Maternal infection
and risk of preeklampsia: systematic review and metaanalysis. Am J Obstet Gynecol. Jan 2008; 198 (1): 7 -22. [Medline]
(53)
DATA PRIBADI
Nama Lengkap Jenis Kelamin Tempat, Tanggal Warga Negara Status
Status Dalam Kel Agama
Alamat Mobile Phone Email
Golongan Darah RiwayatPendidik 1. Taman Kanak-Ka 2. Sekolah Dasar Ha 3. Madrasah Tsanawi 4. Madrasah Aliyah 5. Fakultas Kedokte
Riwayat Organisa 1. Anggota Muda Hi
CURRICULUM VITAE
ADI
p : Sonia Annisa
: Perempuan
gal Lahir : Medan, 25 juli 1992 : Indonesia
: Belum Menikah
Keluarga : Anak pertama dari empat bersauda : Islam
: Jl. Pelajar Timur no 257 : 085276257174
ah : O
dikan :
-Kanak Aisyiah Bustanul Athfal 1997
Harapan 2 Medan 1998
nawiyah Al -kautsar Al-Akbar Medan 2004 ah Al-kautsar Al-Akbar Medan 2007 dokteran Universitas Sumatera Utara 2010
nisasi :
uda Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) FK USU 20 1 udara
1997-1998 1998-2004 2004-2007 2007-2010 2010-sekarang
(54)
(55)
(56)
DATA INDUK
HUBUNGAN DERAJAT PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSU
DR.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2011 -2012
N
oR M U s
i a Pe k e r j a a n P e n d i d i k a n P r o s e s L a h i r T
D B B
L a h i r JK B a y i Ket e r a n g a n 1 6 7 , 8 6 , 9 4 4
0 Ti d a k b e k e r j a T i d a k s e k o l a h S
C 1 6
0 / 1 0 0 1 6 0 0 Lak i -l a k i Ja m k e s m a s 2 7 7 , 7 5 , 1 2 4
1 Ib u r u m a h T a m a t S L T S
C 1 7
0 / 1 0 0 4 7 0 0 Lak i -l a k i Ja m k e s m a s
(57)
t a n g g a A 3 7 8 , 4 3 , 4 4 3
8 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 5
0 / 9 0 3 3 0 0 Lak i -l a k i Ja m k e s m a s 4 7 8 , 5 8 , 7 1 3
1 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 7
0 / 1 0 0 2 8 0 0 Lak i -l a k i Ja m k e s m a s 5 7 8 , 3
3 Ib u T a
m S
C 1 9
0 1 7 0 Lak i -Ja m k
(58)
9 2 , 0 5 r u m a h t a n g g a a t S L T A / 1 0 0 0 l a k i e s m a s 6 7 8 , 9 7 , 4 1 2
2 M a
h a s i s w i T a m a t S L T A S
C 1 6
0 / 8 0 5 0 0 0 Lak i -l a k i Ja m k e s m a s 7 7 9 , 2 3 , 2 7 3
6 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 2 0
0 / 1 2 0 3 2 0 0 Lak i -l a k i Ja m k e s m a s 8 7
(59)
, 3 3 , 1 5 r u m a h t a n g g a m a t S L T P 0 / 1 2 0 0
0 mp
u a n k e s m a s 9 7 9 , 5 0 , 2 8 2
1 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 6
0 / 1 0 0 1 5 0 0 Per e m p u a n Ja m k e s m a s 1
07 9 , 6 5 , 3 8 4
4 Ti d a k b e k e r j T i d a k s e k o l a S
C 1 5
0 / 1 0 0 2 9 0 0 Lak i -l a k i Ja m k e s m a s
(60)
a h 1
18 0 , 0 2 , 8 6 2
8 Ti d a k b e k e r j a T a m a t S L T A S
C 1 6
0 / 1 0 0 2 0 0 0 Per e m p u a n Ja m k e s m a s 1
28 0 , 1 8 , 1 4 3
2 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 4
0 / 9 0 3 2 0 0 Per e m p u a n Ja m k e s m a s 1
38 0 , 4 0 , 4 1 3
4 Ib u r u m a h t a T a m a t S L T A S
C 2 2
0 / 1 3 0 3 3 0 0 Per e m p u a n Ja m k e s m a s
(61)
n g g a 1
48 1 , 4 9 , 6 2 2
2 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T P S
C 1 4
0 / 9 0 2 9 0 0 Per e m p u a n Ja m k e s m a s 1
58 1 , 5 3 , 5 6 2
9 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 7
0 / 1 0 0 3 0 0 0 Lak i -l a k i Ja m k e s m a s 1
68 1 , 8 6
3
1 Pe g a w a T a m a t S
C 1 5
0 / 9 2 6 0 0 Per e m p u Ja m k e s
(62)
, 6 9 i N e g e r i S L T A 0 a
n ma
s
1
78 0 , 3 1 , 3 6 2
7 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 7
0 / 1 0 0 2 9 0 0 Per e m p u a n Ja m p e r s a l 1
88 0 , 4 3 , 1 2 3
6 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 4
0 / 9 0 2 0 5 0 Per e m p u a n Ja m p e r s a l
(63)
9 1 , 2 6 , 5 3 7 u r u m a h t a n g g a a m a t S L T A C 4 0 / 1 2 0 5 0 0 e m p u a n m p e r s a l 2
08 1 , 3 2 , 8 8 2
7 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 7
0 / 1 0 0 2 7 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 2
18 1 , 3 6 , 6 2 3
1 Ib u r u m a h t a T a m a t S L T A S
C 1 9
0 / 1 2 0 2 6 0 0 Per e m p u a n Ja m p e r s a l
(64)
n g g a 2
28 1 , 4 0 , 9 2 3
0 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 2 0
0 / 1 3 0 8 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 2
38 1 , 7 1 , 9 3 3
7 wi r a s w a s t a T a m a t S L T A S
C 1 4
0 / 9 0 2 3 0 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l 2
48 1 , 8 8 , 0 8 3
6 Ib u r u m a h t T a m a t S L T A S
C 1 7
0 / 1 0 0 1 3 5 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l
(65)
a n g g a 2
58 1 , 9 0 , 6 0 3
3 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 5
0 / 1 0 0 2 3 5 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l 2
68 1 , 9 1 , 5 7 3
0 W i r a s w a s t a T a m a t S L T A S
C 1 7
0 / 8 0 5 0 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 2
78 1 , 9 7 , 9 3 1
5 Ib u r u m a h T a m a t S D S
C 1 7
0 / 1 0 0 2 6 0 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l
(66)
t a n g g a 2
88 2 , 0 2 , 6 7 3
7 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 6
0 / 1 0 0 3 5 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 2
97 8 , 6 6 , 5 2 3
8 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 7
0 / 1 0 0 3 8 5 3 per e m p u a n JKP R O S U 3
(67)
, 0 1 , 9 3 r u m a h t a n g g a m a t S L T P 0 / 9 0 5
0 -l
a k i a n s e h a t 3
17 7 , 5 3 , 0 9 3
9 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 2 0
0 / 1 4 0 3 0 0 0 per e m p u a n Me d a n s e h a t 3
27 7 , 8 8 , 8 7 2
7 Ib u r u m a h t a n T a m a t S L T A S
C 1 5
0 / 1 0 0 3 0 5 0 Lak i -l a k i Me d a n s e h a t
(68)
g g a 3
37 8 , 4 7 , 8 1 3
0 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A n o r m a l 1 7 0 / 1 0 0 3 2 0 0 Lak i -l a k i Me d a n s e h a t 3
47 8 , 4 9 , 4 0 3
2 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 6
0 / 1 0 0 3 1 0 0 per e m p u a n Me d a n s e h a t 3
57 9 , 9 3 ,
2
2 Ib u r u m T a m a t n o r m a l 1 7 0 / 1 0 3 3 5 0 Per e m p u a Me d a n s
(69)
8
6 ah
t a n g g a S L T P
0 n e
h a t
3
67 9 , 9 8 , 8 5 3
5 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 2 1
0 / 1 2 0 1 3 0 0 Lak i -l a k i Me d a n s e h a t 3
78 0 , 8 4 , 3 3 2
5 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 7
0 / 1 1 0 2 6 0 0 Per e m p u a n Me d a n s e h a t
(70)
3
87 8 , 8 6 , 2 1 2
5 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 4
0 / 1 8 0 2 7 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 3
98 2 , 2 5 , 9 1 2
5 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 4
0 / 9 0 2 0 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 4
08 4 , 1 9 , 2 7 3
2 Ib u r u m a h t T a m a t S L T S
C 1 7
0 / 1 0 0 1 7 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l
(71)
a n g g a A 4
18 5 , 1 1 , 6 2 2
2 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 5
0 / 9 0 2 7 0 0 Lak i -l a k i Je m p e r s a l 4
28 5 , 1 4 , 7 5 4
4 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 9
0 / 8 0 3 0 5 0 Per e m p u a n Ja m p e r s a l 4
38 5 , 4
3
2 Pe g a w T a m a S
C 2 1
0 / 1 0 0 0 Lak i -l Ja m p e
(72)
3 , 0 7 a i s w a s t a t S 1 1 1 0 a k i r s a l 4
48 5 , 8 8 , 7 0 3
6 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S D S
C 1 7
0 / 9 0 2 0 0 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l 4
58 6 , 0 0 , 9 0 3
3 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 2 6
0 / 1 6 0 1 0 0 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l
(73)
4
68 6 , 3 7 , 2 9 3
3 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 4
0 / 9 0 3 3 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 4
77 9 , 8 1 , 0 8 3
1 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 5
0 / 1 0 0 2 9 0 0 Lak i -l a k i Me d a n s e h a t 4
88 3 , 9 3 , 7 6 2
5 Ib u r u m a h t T a m a t S L T S
C 1 6
0 / 1 0 0 3 5 0 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l
(74)
a n g g a A 4
98 4 , 2 6 , 8 5 3
0 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 7
0 / 1 0 0 2 6 5 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l 5
06 0 , 3 3 , 2 1 3
1 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 4
0 / 9 0 2 6 3 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 5
17 7 , 0
2
5 M a
h a T a m a S
C 1 6
0 / 4 3 5 0 Lak i -l Ja m p e
(75)
5 , 5 9 s i s w a t s a r j a n a m u d a 1 0 0 a k i r s a l 5
27 9 , 9 7 , 6 7 2
0 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 8
0 / 9 0 3 2 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 5
38 2 , 3 7 , 8 3 4
0 Ib u r u m a h t a T a m a t S D S
C 1 5
0 / 9 0 2 8 5 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l
(76)
n g g a 5
48 2 , 6 1 , 7 9 2
9 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 6
0 / 1 1 0 4 3 5 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 5
58 3 , 6 2 , 1 1 3
7 W i r a s w a s t a T a m a t S L T A S
C 1 8
5 / 1 0 0 2 8 5 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 5
68 3 , 7 7 , 8 3 2
7 ib u r u m a h t a m a t S L T S
C 1 8
0 / 1 2 0 2 1 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l
(77)
t a n g g a A 5
78 4 , 1 9 , 4 7 3
4 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 6
0 / 1 0 0 1 5 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 5
88 4 , 7 6 , 8 3 2
6 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 5
0 / 1 0 0 3 3 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 5
98 4 ,
3
5 Ib u T a
m S
C 2 0
0 4 3 0 Lak i -Ja m p
(78)
8 9 , 5 3 r u m a h t a n g g a a t S L T A / 1 1 0 0 l a k i e r s a l 6
08 5 , 1 6 , 9 6 2
5 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 9
0 / 1 2 0 2 2 0 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l 6
18 5 , 2 0 , 3 4 3
8 Ib u r u m a h t a n g T a m a t S L T A S
C 2 3
0 / 1 1 0 1 9 0 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l
(79)
g a 6
28 5 , 6 4 , 1 9 4
1 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 7
0 / 1 1 0 3 2 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 6
38 5 , 6 5 , 9 8 3
6 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 5
0 / 1 0 0 2 2 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 6
48 5 , 8 8 , 0 3
8 Ib u r u m a T a m a t S S
C 1 8
0 / 1 1 0 3 5 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a
(80)
9 h t a n g g a L T A l 6
58 5 , 9 0 , 7 1 2
4 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 6
0 / 1 2 0 2 9 5 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l 6
68 6 , 0 7 , 3 4 3
0 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 6
0 / 1 1 0 3 1 0 0 per e m p u a n Ja m p e r s a l
(81)
7 6 , 1 4 , 1 7 5 u r u m a h t a n g g a a m a t S L T A C 6 0 / 1 0 0 0 0 0 i -l a k i m p e r s a l 6
88 6 , 3 5 , 8 7 3
7 Ib u r u m a h t a n g g a T a m a t S L T A S
C 1 6
0 / 1 0 0 1 8 0 0 Lak i -l a k i Ja m p e r s a l
(82)
HASIL UJI STATISTIK
umurkel * BB Bayi Crosstabulation BB Bayi
Total tidak normal normal
urkel -24 Count 1 7 8
within umurkel 12.5% 87.5% 100.0%
-34 Count 11 23 34
within umurkel 32.4% 67.6% 100.0%
-44 Count 11 15 26
within umurkel 42.3% 57.7% 100.0%
tal Count 23 45 68
within umurkel 33.8% 66.2% 100.0%
pkrjaan * preklmp Crosstabulation preklmp
Total 140 160
rjaan dak bekerja Count 1 2 3
within pkrjaan 33.3% 66.7% 100.0%
u rumah tangga Count 15 43 58
within pkrjaan 25.9% 74.1% 100.0%
ahasiswi Count 0 2 2
within pkrjaan .0% 100.0% 100.0%
Pegawai Swasta Count 0 1 1
within pkrjaan .0% 100.0% 100.0%
Pegawai negeri Count 1 0 1
within pkrjaan 100.0% .0% 100.0%
iraswasta Count 1 2 3
within pkrjaan 33.3% 66.7% 100.0%
tal Count 18 50 68
(83)
pendTer * preklmp Crosstabulation
preklmp
Total 140 160
ndTer dak sekolah Count 1 1 2
within pendTer 50.0% 50.0% 100.0%
mat SD Count 1 2 3
within pendTer 33.3% 66.7% 100.0%
mat SLTP Count 1 3 4
within pendTer 25.0% 75.0% 100.0%
mat SLTA Count 15 42 57
within pendTer 26.3% 73.7% 100.0%
mat sarjana muda Count 0 1 1
within pendTer .0% 100.0% 100.0%
mat S1 Count 0 1 1
within pendTer .0% 100.0% 100.0%
tal Count 18 50 68
within pendTer 26.5% 73.5% 100.0%
prssprsln * preklmp Crosstabulation preklmp
Total 140 160
ssprsln Normal Count 0 2 2
within prssprsln .0% 100.0% 100.0%
SC Count 18 48 66
within prssprsln 27.3% 72.7% 100.0%
tal Count 18 50 68
within prssprsln 26.5% 73.5% 100.0%
JnKelByi * preklmp Crosstabulation preklmp
Total 140 160
KelByi ki-laki Count 11 29 40
within JnKelByi 27.5% 72.5% 100.0%
Perempuan Count 7 21 28
(84)
tal Count 18 50 68 within JnKelByi 26.5% 73.5% 100.0%
Correlations
preklmp BB Bayi eklmp Pearson Correlation 1 -.077
Sig. (2-tailed) .534
68 68
BB Bayi Pearson Correlation -.077 1 Sig. (2-tailed) .534
68 68
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
BB Bayi .423 68 .000 .597 68 .000
eklmp .460 68 .000 .551 68 .000
(1)
g
a
6
2
8
5
,
6
4
,
1
9
4
1
Ib
u
r
u
m
a
h
t
a
n
g
g
a
T
a
m
a
t
S
L
T
A
S
C
1
7
0
/
1
1
0
3
2
0
0
Lak
i
-l
a
k
i
Ja
m
p
e
r
s
a
l
6
3
8
5
,
6
5
,
9
8
3
6
Ib
u
r
u
m
a
h
t
a
n
g
g
a
T
a
m
a
t
S
L
T
A
S
C
1
5
0
/
1
0
0
2
2
0
0
Lak
i
-l
a
k
i
Ja
m
p
e
r
s
a
l
6
4
8
5
,
8
8
,
0
3
8
Ib
u
r
u
m
a
T
a
m
a
t
S
S
C
1
8
0
/
1
1
0
3
5
0
0
Lak
i
-l
a
k
i
Ja
m
p
e
r
s
a
(2)
9
h
t
a
n
g
g
a
L
T
A
l
6
5
8
5
,
9
0
,
7
1
2
4
Ib
u
r
u
m
a
h
t
a
n
g
g
a
T
a
m
a
t
S
L
T
A
S
C
1
6
0
/
1
2
0
2
9
5
0
Lak
i
-l
a
k
i
Ja
m
p
e
r
s
a
l
6
6
8
6
,
0
7
,
3
4
3
0
Ib
u
r
u
m
a
h
t
a
n
g
g
a
T
a
m
a
t
S
L
T
A
S
C
1
6
0
/
1
1
0
3
1
0
0
per
e
m
p
u
a
n
Ja
m
p
e
r
s
a
l
(3)
7
6
,
1
4
,
1
7
5
u
r
u
m
a
h
t
a
n
g
g
a
a
m
a
t
S
L
T
A
C
6
0
/
1
0
0
0
0
0
i
-l
a
k
i
m
p
e
r
s
a
l
6
8
8
6
,
3
5
,
8
7
3
7
Ib
u
r
u
m
a
h
t
a
n
g
g
a
T
a
m
a
t
S
L
T
A
S
C
1
6
0
/
1
0
0
1
8
0
0
Lak
i
-l
a
k
i
Ja
m
p
e
r
s
a
l
(4)
HASIL UJI STATISTIK
umurkel * BB Bayi Crosstabulation BB Bayi
Total tidak normal normal
urkel -24 Count 1 7 8
within umurkel 12.5% 87.5% 100.0%
-34 Count 11 23 34
within umurkel 32.4% 67.6% 100.0%
-44 Count 11 15 26
within umurkel 42.3% 57.7% 100.0%
tal Count 23 45 68
within umurkel 33.8% 66.2% 100.0%
pkrjaan * preklmp Crosstabulation preklmp
Total 140 160
rjaan dak bekerja Count 1 2 3
within pkrjaan 33.3% 66.7% 100.0%
u rumah tangga Count 15 43 58
within pkrjaan 25.9% 74.1% 100.0%
ahasiswi Count 0 2 2
within pkrjaan .0% 100.0% 100.0%
Pegawai Swasta Count 0 1 1
within pkrjaan .0% 100.0% 100.0%
Pegawai negeri Count 1 0 1
within pkrjaan 100.0% .0% 100.0%
iraswasta Count 1 2 3
within pkrjaan 33.3% 66.7% 100.0%
tal Count 18 50 68
(5)
pendTer * preklmp Crosstabulation
preklmp
Total 140 160
ndTer dak sekolah Count 1 1 2
within pendTer 50.0% 50.0% 100.0%
mat SD Count 1 2 3
within pendTer 33.3% 66.7% 100.0%
mat SLTP Count 1 3 4
within pendTer 25.0% 75.0% 100.0%
mat SLTA Count 15 42 57
within pendTer 26.3% 73.7% 100.0%
mat sarjana muda Count 0 1 1
within pendTer .0% 100.0% 100.0%
mat S1 Count 0 1 1
within pendTer .0% 100.0% 100.0%
tal Count 18 50 68
within pendTer 26.5% 73.5% 100.0%
prssprsln * preklmp Crosstabulation preklmp
Total 140 160
ssprsln Normal Count 0 2 2
within prssprsln .0% 100.0% 100.0%
SC Count 18 48 66
within prssprsln 27.3% 72.7% 100.0%
tal Count 18 50 68
within prssprsln 26.5% 73.5% 100.0%
JnKelByi * preklmp Crosstabulation preklmp
Total 140 160
KelByi ki-laki Count 11 29 40
within JnKelByi 27.5% 72.5% 100.0%
Perempuan Count 7 21 28
(6)
tal Count 18 50 68 within JnKelByi 26.5% 73.5% 100.0%
Correlations
preklmp BB Bayi eklmp Pearson Correlation 1 -.077
Sig. (2-tailed) .534
68 68
BB Bayi Pearson Correlation -.077 1 Sig. (2-tailed) .534
68 68
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
BB Bayi .423 68 .000 .597 68 .000
eklmp .460 68 .000 .551 68 .000