Defenisi Epidemiologi Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah BBLR

2.1.8.2. Preeklampsia Berat

Menurut Wiknjosastro 2006 pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamila n. Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan larutan sulfas magnetikus 40 sebanyak 10 ml disuntikan intramuscular pada bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan. Pemberian dapat diulang dengan dosis yang sama dalam rentang waktu 6 jam menurut keadaan pasien. Tambahan sulfas magnetikus hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, reflex patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kalimenit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain sulfas magnetikus, pasien dengan preeklampsia berat juga dapat diberikan chlorpromazine dengan dosis 50 mg secara intramuscular ataupun diazepam 20 mg secara intramuscular.

2.2. Berat Badan Lahir Rendah BBLR

2.2.1. Defenisi

Menurut Yushananta 2001 bayi berat badan lahir r endah BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu n eonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2 .500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut berat badan lahir rendah BBLR. Menurut Sarwono Prawrohardjo 2002 BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat antara 1500 – 2500 gram. Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah BBLR diperkirakan 15 dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3-38 dan lebih sering terjadi di negara - negara berkembang atau sosio -ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90 kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan an ak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9 -30, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1- 17,2 . Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 . Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7.

2.2.3. Klasifikasi

Menurut Jumiarni et al., 1995 klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu 259 hari, bayi cuku p bulan adalah bayi denganmasa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu 259 -293 hari, dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih. Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas. 1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan,atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan. 2. Dismaturitas atau k ecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan ses ungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini Universitas Sumatera Utara karena janin mengalami ganggua n pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan KMK. Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas t ubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan berat bayi lahir r endah BBLR mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi b erat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup. WHO memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di negara maju terbesar antara 3 – 7 dan di negara berkembang berkisar antara 13 – 38 . Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14 dari seluruh koheren hidup Sjahmien Moehji, 2003 .

2.2.4. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR