Diksi pilihan kata Imajinasi

10 yang paling tua adalah mantra Waluyo, 1991:5 yang berisikan kekuatan magis sehingga nemimbulkan keyakinan diri bagi si pengguna dan pendengarnya. Struktur fisik puisi sebagai metode pengucapan puisi meliputi:

1. Diksi pilihan kata

Diksi adalah pilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Pemilihan kata-kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekeatan atau daya magis dari kata-kata tersebut. Kata-kata diberi makna baru yang tidak bermakna diberi makna menurut kehendak penyair. Karena pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek estetis, maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda. Bahkan sekalipun unsur bunyinya hampir mirip dan maknanya sama, kata yang sudah dipilih itu tidak dapat diganti. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif artinya memiliki kemungkinan maknanya lebih dari satu. Kata-katanya juga dipilih yang puitis artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata-kata yang kita pakai dalam kehidupan sehari- hari. Dengan pemilihan kata-kata yang cermat ini, orang akan langsung tahu bahwa yang dihadapi itu puisi setelah membaca kata-kata yang dibacanya itu kata-kata yang tepat untuk puisi Waluyo, 1991:72 11 Dalam pemilihan kata-kata, penyair mempertimbangkan daya sugesti kata- kata itu. Sugesti itu ditimbulkan oleh makna kata yang yang dipandang dangat tepat mewakili perasaan penyair. Karena ketepatan pilihan dan ketepatan penempatannya, maka katakata itu seolah memancarkan daya gaib yang mampu memberikan sugesti kepada pembaca untuk ikut sedih, terharu, bersemangat, marah, dan sebagainya Waluyo,1991:77

2. Imajinasi

Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan Waluyo,1991:78. Pengimajian dalam sajak dapat dijelaskan sebagai usaha penyair untuk menciptakan atau menggugah timbulnya imaji dalam diri pembacanya, sehingga pembaca tergugah untuk menggunakan mata hati untuk melihat benda- benda, warna, dengan telinga mendengar bunyi-bunyian, dan dengan perasaan hati kita menyentuh kesejukan dan keindahan benda dan warna Effendi dalam Waluyo, 1991: 81. Imajinasi dapat diambil pengertiannya sebagai intuisi, angan, daya khayal. Sifatnya abstrak sehingga hanya dapat diketahui wujud kongkretnya oleh orang- orang yang memahaminya. Ada delapan macam pencitraan yang terdapat dalam imajinasi, yaitu dalam maslinda, 1991 1. Imajinasi penglihatan visual, yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seolah-olah seperti melihat sendiri apa yang dikemukakan atau diceritakan oleh penyair. 12 2. Imajinasi pendengaran auditory, yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar sendiri apa yang dikemukakan penyair. 3. Imajinasi articulatory, yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar bunyi-bunyi dengan artikulasi-artikulasi tertentu pada bagian mulut waktu kita membaca sajak itu seakan-akan kita melihat gerakan-gerakan mulut membunyikannya, sehingga ikut bagian-bagian mulut kita dengan sendirinya. 4. Imajinasi penciuman olfatory, dengan membaca atau mendengar kata-kata tertentu kita seperti mencium bau sesuatu. 5. Imajinasi pencicipan gustatory, dengan membaca atau mendengar kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu kita seperti mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam dan sebagainya. 6. Imajinasi rasa kulit tachtual,yang menyebabkan kita seperti merasakan di bagian kulit badan kita. 7. Imajinas gerakan tubuh kinaestetik, dengan membaca atau mendengar kata- kata atau kalimat-kalimat dalam puisi melalui gerakan tubh atau otot menyebabkan kita merasakan atau melihat gerakan badan atau otot-otot tubuh itu. 8. Imajinasi organik, yakni imajinasi badan yang menyebabkan kita seperti melihat atau merasakan badan yang capai, lesu, loyo, ngantuk, lapar, lemas, mual, pusing dan sebagainya Sayuti dan Situmorang dalam Maslinda, 2000: 15-16.

3. Kata Konkrit