Analisis Struktur Batin Struktur Teks dendang lebah masyarakat Melayu Tamiang

39 Akar tunggal bename pasak le bumi Banir bename sikumbol emeh Serempak bename batil sireh suase Cabang jemambang bename raje unjor-unjoran Cabang jenanggo bename tungkek tuan taali Rating bename jarom jemarom Daonnye bename sikali membang Pucok bename payong tekembang Putik bename bintang temabor Buah bename bintang berayun Kata kayu betuah disini berarti kayu yang memiliki keberuntungan atau beruntung, dan bebahagia mempunyai arti dalam keadaan bahagia atau sedang menikmati kebahagiaan. Dengan begitu penyair seolah mengkiaskan keadaan si kayu itu seperti peristiwa atau keadaan yang ada pada diri manusia. Begitu juga dengan kalimat-kalimat selanjutnya, penyair menggambarkan keadaan pada kayu seperti keadaan atau peristiwa yang dialami oleh manusia, hal itu digunakan untuk memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu juga untuk menambah keyakinan pembaca pada mantra atau dendang tersebut.

4.4.2 Analisis Struktur Batin

4.4.2.1 Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan oleh penyair. Pokok pikiran itu begitu kuat dan mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan 40 utama pengucapannya. Jika isi dendang tersebut kuat terhadap ketuhanan maka tema mantra tersebut tentang ketuhanan dan apabila mantra tersebut lebih mengarah pada kemanusiaan maka tema tersebut adalah tentang kemanusiaan. Setelah penulis membaca dan mengkaji berulang-ulang, bahwa tema dari Dendang Lebah masyarakat Melayu Tamiang adalah Saling menghormati antara sesama makhluk ciptaan Allah. Ini didasarkan pada sikap pawang tuhe yang menghormati keberadaan penunggu pohon tualang dan lebah sebagai pemilik madu. Begitu pula dengan pohon dan lebah yang menghormati keberadaan pawang tuhe sehingga kerjasama yang terjalin di antara mereka akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Hal ini dapat dilihat pada bagian dendang yang berbunyi Kayu betuah lagi bebahagie,Kayu tumboh ditepi kulam, kulamnye berayer ijo, tempel le mandi si puteri ijo, batangnye puteh kulitnye ijo, cabangnye rampak gilang gemilo, ....., buah bename bintang berayun. Berdasarkan dendang di atas jelaslah bahwa penyair begitu sangat memuliakan dan memuja kayu tempat lebah itu bergantung. Siakong begumbak miarah Kene le jerat sirajewali Kami begantong ku Allah serte betungkek ku Nabi sijenjen jaek ke baju gunting anak siraje melayu dayangku boleh ke singkek ke baju sibujang pawang oi.... ndak meyapu 41 Dari kata-kata diatas penyair menamkan rasa percayaan dirinya untuk melindungi, menjaga dan menyerahkan rizki yang didapat kepada Allah SWT dapat dilihat pada kata Kami begantong ku Allah serte betungkek ku Nabi.

4.4.2.2 Nada

Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya, dan suasana keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut. Nada dan suasana saling berhubungan, karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Nada bertujuan agar terjadi sinkronisasi terhadap mantra atau dendang lebah, suasana tercipta jika pembacaan dendang dilakukan dengan nada-nada yang telah biasa diucapkan oleh penyairnya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, pengucapan dendang dilakukan dengan nada yang rendah dan beralun-alun dengan nada yang seperti itu maka akan membuat suasana tenang dan lebah pun merasa disanjung-sanjung, seperti kutipan bait berikut ini: Sirakup silela dandi dayangku Pande memangku sibiring kuning Jangan le takut kemane nak lalu Laot ngelambang sior kuliling Dayangku jangan bepaok padi Kalo le bidok beserempu juge 42 Dayangku jangan bejaoh hati Dilaen musem kite besue juge Selain nada menyanjung atau merayu, mantra juga mengandung nada memerintah agar si lebah mau menuruti kemauan dari pawang tuhe, seperti kutipan dari bait berikut ini: Kene le jerat sirajewali Kami begantong mu Allah Serte bertungkek ku Nabi Sijenjen jaek ke baju Guntung anak siraje melayu Dayangku boleh ke singkek ke baju Sibujang pawang oi..... ndak menyapu

4.4.2.3 Perasaan

Perasaan adalah dimana si penyair menciptakan suasana pada dendang tersebut, dalam dendang lebah ini si penyair mengekspresikan perasaannya agar dapat dihayati dan dimengerti oleh lebah tersebut, perasaan disini dapat diketahui dengan isi dendang yang memuliakan kayu dan lebah, sehingga dapat diketahui bagaimana perasaan penyair. 43

4.4.2.4 Amanat

Amanat adalah tujuan yang mendorong kebiasaan ini dilaksanakan. Amanat dendang disampaikan oleh orang yang melakukan tradisi ini. Amanat yang terdapat pada Dendang Lebah Masyarakat Melayu Tamiang ini adalah bagaimana si pengguna dendang ini mengharapkan agar lebah dapat meninggalkan sarangnya agar dapat mengambil madu lebah tersebut, kalau tidak pawang tuhe akan marah, seperti kutipan bait berikut ini: Kene le jerat sirajewali Kami begantong mu Allah Serte bertungkek ku Nabi Sijenjen jaek ke baju Guntung anak siraje melayu Dayangku boleh ke singkek ke baju Sibujang pawang oi..... ndak menyapu Paku rundok paku ku rendang Panggang kerapu dibawah cabang Turun le tundok lebah tualang Malamne kusapu isok ko buleh pulang Dayangku jangan bejaje bawang Bawang dijaje bawang rupie 44 Dayangku jangan terbang te lawang-lawang Takut marah pawang raje mude sedie

4.5 Analisis Fungsi Teks dendang lebah masyarakat Melayu Tamiang