Latar Belakang Analisis Pengaruh Economic Value Added, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Price Book Value, Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham dengan Dividend Per Share sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

13 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harga saham merupakan pengekspresian dari earning multipliers untuk mengevaluasi daya tarik dari saham biasa dan sebagai alat yang memerlukan pengukuran untuk menentukan apakah melakukan investasi atau tidak. Harga saham juga merupakan faktor yang membuat para investor menginvestasikan dananya di pasar modal dikarenakan dapat mencerminkan tingkat pengembalian modal. Dengan membeli dan memiliki saham, investor akan memperoleh beberapa keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima yaitu untuk memperoleh capital gain, memperoleh deviden dan memiliki hak suara bagi pemegang saham preferen Fahmi 2012:86. Minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terjadi karena semakin berkembangnya pengetahuan masyarakat terhadap pasar modal, jumlah perusahaan yang terdaftar di pasar modal yang semakin banyak, dan dukungan pemerintah melalui kebijakan berinvestasi. Dalam perdagangan saham, ada saatnya dimana harga saham itu mengalami peningkatan, namun ada saatnya harga saham itu juga mengalami penurunan. Harga saham yang berfluktuasi ini dapat memungkinkan investor menghadapi berbagai risiko keuangan. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, investor memerlukan informasi yang andal dan alat pengukuran kinerja yang Universitas Sumatera Utara 14 tepat.sehingga ketika calon investor atau investor membeli saham suatu perusahaan akan menghasilkan imbal hasil yang positif sesuai harapan. Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham di atas harga pasar. Sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham di bawah harga pasar Sunariyah, 2003: 152. Pergerakan harga saham dari waktu ke waktu akan tercermin melalui indeks harga saham yang merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai faktor yang berpengaruh. Pada tahun 2010 Indeks Harga Saham Gabungan IHSG telah mengalami pertumbuhan hingga 40 persen lebih, mengungguli dominasi bursa China dan India. IHSG sempat ditutup berada diposisi tertinggi di 3.786,09 poin pada Kamis 9122010. Kenaikan indeks tersebut dapat memicu bertambahnya pelaku pasar, baik lokal maupun asing, untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia www.kompas.com | Jum’at, 17 Desember 2010 | 14:47 WIB. Sepanjang tahun 2011 IHSG menguat sebesar 3,19 persen. Pada tahun ini, tercatat IHSG menjadi indeks kedua terbaik di kawasan regional Asia di bawah Bursa Fillipina. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG tahun 2011 ditutup di level 3.818,072 setelah menguat 13,220 poin 0,34 persen pada akhir perdagangan www.kompas.com | Senin, 2 Januari 2012 | 06:00 WIB. Bursa Efek Indonesia BEI mencatat nilai kapitalisasi pasar saham pada akhir 26 Desember 2012 sebesar Rp4,084 triliun atau naik 15,45 persen dari Universitas Sumatera Utara 15 sebelumnya Rp3,537 triliun pada bulan Desember 2011. Sepanjang tahun 2012 IHSG mengalami pasang surut. Namun, secara keseluruhan dapat dikatakan pergerakan IHSG meningkat meski belum signifikan bila dibandingkan dengan Bursa Asia Pasifik seperti Nikkei, Hanseng, Straits Times, Sensex, Philippine dan Bangkok www.okezone.com | Sabtu, 29 Desember 2012 | 14:03 WIB. Prospek investasi saham di pasar modal Indonesia pada 2013 memiliki ruang tumbuh yang cukup tinggi. Saham sektor infrastruktur, properti, dan barang konsumsi masih menjadi penopang penguatan IHSG. IHSG pada penghujung tahun 2013, Sein 30122013 ini ditutup menguat 1,45 persen atau 61,19 persen di posisi 4.274,17 www.kompas.com | Senin, 30 Desember 2013 | 16:23 WIB. Investasi pada pasar modal dianggap berisiko sangat tinggi. Karena ada faktor yang bisa dikontrol dan ada juga faktor yang tidak bisa dikontrol yang dapat memengaruhi pergerakan harga saham. Setiap investor akan selalu mempertimbangkan tingkat penghasilan yang akan diharapkan atas investasinya untuk suatu periode tertentu di masa yang akan datang. Dalam investasi saham keuntungan di masa yang akan datang tidak dapat diperkirakan secara pasti, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh investor adalah melakukan analisis guna pengambilan keputusan saham apa yang sebaiknya dibeli untuk memaksimalkan keuntungan bagi investor F. Poernamawati: 2008. Secara umum terdapat dua pendekatan yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal didasarkan pada pergerakan saham baik dalam skala harian, mingguan, maupun bulanan serta informasi lain yang relevan. Universitas Sumatera Utara 16 Sedangkan Analisis fundamental menggunakan data keuangan perusahaan seperti: laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain-lain. Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut mejadi optimal bagi investor apabila dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan. Selain itu, untuk lebih menarik minat investor yang berinvestasi pada saham, perusahaan juga harus menunjukkan hasil kinerja perusahaan yang baik. Penilaian Kinerja perusahaan dilakukan dengan menghitung rasio keuangan yang berdasarkan laporan keuangan dan metode EVA. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah Economic Value Added EVA, Debt to Equity Ratio DER, Price Earning Ratio PER, Price Book Value PBV, dan Pertumbuhan Penjualan. EVA merupakan suatu indikator kinerja perusahaan, dalam konsepnya menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta ketika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modalnya. Biaya modal diperhitungkan dalam EVA sehingga memberikan pertimbangan yang adil bagi pemilik modal. Beberapa faktor yang melatarbelakangi penggunaan EVA terhadap harga saham yaitu, EVA menyediakan suatu pengukuran tiap periode dari kinerja penciptaan sebenarnya, EVA menelusuri lebih dekat pada kesejahteraan para pemodal dibandingkan dengan ukuran konvensional lainnya, EVA meluruskan strategi organisasi dengan menggunakan kinerja yang akurat dan prosedur Universitas Sumatera Utara 17 kompensasi. Penelitian Mangatta 2011 dan Simanjuntak 2011 menunjukkan bahwa EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham. PER mengindikasi besarnya dana yang dikeluarkan oleh investor untuk memperoleh setiap Rupiah laba perusahaan. PER dipandang oleh investor sebagai ukuran kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba dimasa yang akan datang future earning power. Perusahaan yang mempunyai kesempatan tumbuh yang besar biasanya mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya PER akan rendah untuk perusahaan yang berisiko. Penelitian Stella 2009 menunjukkan bahwa PER berpengaruh terhadap harga saham. DER merupakan rasio solvabilitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Selain itu rasio ini juga dapat memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat yang dapat mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Penelitian Wulandari 2012 dan Stella 2009 menunjukkan bahwa DER memiliki pengaruh terhadap harga saham. PBV merupakan rasio perbandingan antara harga suatu saham dengan nilai bukunya. Rasio ini biasanya dipakai untuk menilai mahal atau tidaknya suatu saham. Semakin tinggi nilai PBV, maka semakin tinggi pula perusahaan itu dinilai oleh investor dibandingkan dengan dana yang ditanamkan dalam perusahaan Universitas Sumatera Utara 18 tersebut F. Poernamawatie: 2008. Penelitian Stella 2009 menunjukkan bahwa PBV berpengaruh terhadap harga saham. Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membeli asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Deitiana 2011 menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Peneliti menggunakan Dividend Per Share DPS sebagai variabel moderating. Deviden yang stabil akan memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Oleh sebab itu semakin besar DPS diharapkan harga saham akan semakin meningkat, Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wulandari 2012 dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham dengan Dividend Per Share sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa Variabel current ratio, return on equity, debt to equity ratio dan net profit margin secara bersama-sama simultan Universitas Sumatera Utara 19 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI untuk periode tahun 2008-2011. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dengan yang dilakukan peneliti adalah pada variabel independen variabel bebas, objek penelitian dan tahun penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitia n dengan judul “Analisis Pengaruh Economic Value Added EVA, Price Earning Ratio PER, Debt to Equity Ratio DER, Price Book Value PBV, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham dengan Dividend Per Share sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek 1ndonesia 2010- 2013”

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham

8 109 93

Pengaruh Price Book Value (PBV), Price To Earning Ratio (PER), Debt To Earning Ratio (DER) Dan Beta Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Industri Rokok Di Bei

14 110 103

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added terhadap Return Saham

4 73 101

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011

0 25 102

Analisis pengaruh rasio modal saham terhadap return yang diterima oleh pemegang saham (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2008)

0 4 96

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

Pengaruh Price Earning Ratio, Debt To Equity Ratio, Price To Book Value Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 13