Analisis Pengaruh Economic Value Added, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Price Book Value, Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham dengan Dividend Per Share sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 20

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN

PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN DIVIDEND PER SHARE SEBAGAI VARIABEL

MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2013

OLEH :

PUTERI UTAMI MATONDANG 110503301

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PENGARUH ECONOMIC

VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN DIVIDEND PER SHARE SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan

Puteri Utami Matondang 110503301


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM

DENGAN DIVIDEND PER SHARE SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham dengan Dividend Per Share (DPS) sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak yaitu 124 perusahaan yang merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2010-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 20 perusahaan. Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis pertama, dan uji residual untuk hipotesis kedua dengan menggunakan sofftware SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV) berpengaruh terhadap harga saham. Variabel Dividend per Share (DPS) yang digunakan sebagai variabel moderating secara statistik tidak signifikan dalam memoderasi pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham.

Kata Kunci : EVA, PER, DER, PBV, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DPS DAN HARGA SAHAM


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF ECONOMIC VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN OF STOCK PRICE WITH

DIVIDENd PER SHARE AS MODERATING VARIABLE MANUFACTURING COMPANY LISTED IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE PERIODE 2010-2013

The purpose of this study was to determine the effect of Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth to the stock price with Dividend Per Share (DPS) as moderating variable onmanufacturing company listed on Indonesian Stock Exchange from 2010 -2013. The population of this study was 124 manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange from 2010-2013 and 20 companies were selected to be the samples for this study through purpopsive sampling technique.For the first hypothesis, the data obtained was statistically tested through multiple linear regression tests, and the second hypothesis was tested through residual test by using SPSS program

These results indicate that the variable Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth simultaneously affect to the stock price. While partially Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV) affects the performance of the company. Variable Dividend per Share (DPS) was not a moderating variable statistically variable which coulkd strengthen or weaken the relationship between the variables of Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth to the stock price.

Key Word : EVA, PER, DER, PBV, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DPS DAN HARGA SAHAM


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW atas segala rahmat, berkah dan karunia-Rasul-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh

Economic Value Added, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Price Book

Value, Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham dengan Dividend Per Share

sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran, motivasi, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, Ca., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(6)

5. Bapak Drs.Rustam, M.Si., Ak, selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs.M.Utama Nasution, M.M, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada orang tua tercinta H. Fauzil Hayat dan Hj. Eli Falina, SE yang telah mendidik dan membesarkan penulis. Serta Abangda penulis Ruzeiq Zulindra Matondang, Adinda penulis Marti Latifolia Matondang yang telah memberikan motivasi pada penulisan skripsi ini serta teman-teman seperjuangan yang telah

membantu memberikan dukungan dan do’a sehingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik isi maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan dan menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 04 Juni 2015 Penulis,

Puteri Utami Matondang 110503301


(7)

DAFTAR ISI

PERYATAAN ...i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 ... Latar belakang ...1

1.2 ... Rumusan masalah ...7

1.3 ... Tujuan penelitian...8

1.4 ... Manfaat penelitian ...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ...10

2.1.1 Signalling Theory ...10

2.1.2 Harga Saham...11

2.1.3 Analisis Saham ...12

2.1.4 Economic Value Added (EVA) ...13

2.1.5 Price Earning Ratio (PER) ...15

2.1.6 Debt to Equiy Ratio (DER) ...16

2.1.7 Price Book Value (PBV) ...17

2.1.8 Pertumbuhan Penjualan ...18

2.1.9 Deviden Per Share (DPS) ...19

2.2 Review Penelitian Terdahulu ...20

2.3. Kerangka konseptual ...21

2.4. Hipotesis Penelitian ...28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...29

3.2 Jenis dan Sumber Data ...29

3.3 Metode Pengumpulan Data ...29

3.4 Populasi dan Sampel...30

3.5 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel... 31

3.6 Metode Analisis Data ...33

3.6.1. Uji Asumsi Klasik ...34


(8)

3.6.1.2. Uji Multikolonieritas ...35

3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas ...36

3.6.1.4. Uji Autokorelasi ...36

3.6.2. Pengujian Hipotesis ...37

3.6.2.1. Regresi Linear Berganda ...37

3.6.2.2. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...38

3.6.2.3. Uji Signifikasi Simultan (Uji F) ...39

3.6.2.4. Uji Signifikasi Parsial (Uji t) ...39

3.6.2.5.Pengujian Hipotesis dengan Variabel Moderating ...40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Statistik Deskriptif ...42

4.2. Uji Asumsi Klasik...44

4.2.1. Uji Asumsi Normalitas ...45

4.2.2. Uji Multikolinearitas ...47

4.2.3. Uji Non-Autokorelasi atau Independensi Residual ... 4.2.4. Uji Heteroskedastisitas...50

4.3. Pengujian Hipotesis ...51

4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi ...51

4.3.2.Uji Signifikansi Koefisien Regresi Berganda secara Menyeluruh (UjiF)...52

4.3.3.Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial secara Individu (Uji-t)...54

4.4. Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen ...59

4.5. Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen secara Parsial ...60

4.5.1 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh EVA terhadap Harga Saham ...60

4.5.2 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh PER terhadap Harga Saham ...61

4.5.3 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh DER terhadap Harga Saham ...61

4.5.4 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh PBV terhadap Harga Saham ...62

4.5.5 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham ...63

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...66


(9)

5.3. Saran ...67

DAFTAR PUSTAKA...68

LAMPIRAN ...72


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Tolak Ukur EVA ... 15

Tabel 2.2 ReviewPenelitian terdahulu ... 20

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel ...31

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif dari EVA, PER, DER, PBV, Pertumbuhan Penjualan, dan Harga Saham ... 42

Tabel 4.2 Uji Normalitas ... 46

Tabel 4.3 Uji Multikorelasi ... 48

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 49

Tabel 4.5 Koefisien Determinasi ... 52

Tabel 4.6 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 53

Tabel 4.7 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Secara Individu ... 54

Tabel 4.8 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh EVA, PER, DER, PBV, dan Pertumbuhan penjualan terhadap Harga Saham ...59

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh EVA terhadap Harga Saham ... 60

Tabel 4.10 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh PER terhadap Harga Saham ... 61

Tabel 4.11 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh DER terhadap Harga Saham ... 61

Tabel 4.12 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh PBV terhadap Harga Saham ... 62

Tabel 4.13 Uji Signifikansi Dividend Per Share (DPS) dalam Memoderasi Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham... 63


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 22

Gambar 4.1 Grafik Histogram untuk Pengujian Asumsi Normalitas ... 47

Gambar 4.2 Grafik dengan Normal Probability Plot ... 47

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas... 51

Gambar 4.4 Menentukan Nilai Tabel dengan Microsoft Excel ...53


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur ...71

Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ...74

Lampiran 3 Laporan Keuangan Perusahaan ...75


(13)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM

DENGAN DIVIDEND PER SHARE SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham dengan Dividend Per Share (DPS) sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak yaitu 124 perusahaan yang merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2010-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 20 perusahaan. Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis pertama, dan uji residual untuk hipotesis kedua dengan menggunakan sofftware SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV) berpengaruh terhadap harga saham. Variabel Dividend per Share (DPS) yang digunakan sebagai variabel moderating secara statistik tidak signifikan dalam memoderasi pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham.

Kata Kunci : EVA, PER, DER, PBV, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DPS DAN HARGA SAHAM


(14)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF ECONOMIC VALUE ADDED, PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE BOOK VALUE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN OF STOCK PRICE WITH

DIVIDENd PER SHARE AS MODERATING VARIABLE MANUFACTURING COMPANY LISTED IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE PERIODE 2010-2013

The purpose of this study was to determine the effect of Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth to the stock price with Dividend Per Share (DPS) as moderating variable onmanufacturing company listed on Indonesian Stock Exchange from 2010 -2013. The population of this study was 124 manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange from 2010-2013 and 20 companies were selected to be the samples for this study through purpopsive sampling technique.For the first hypothesis, the data obtained was statistically tested through multiple linear regression tests, and the second hypothesis was tested through residual test by using SPSS program

These results indicate that the variable Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth simultaneously affect to the stock price. While partially Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV) affects the performance of the company. Variable Dividend per Share (DPS) was not a moderating variable statistically variable which coulkd strengthen or weaken the relationship between the variables of Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), and Sales Growth to the stock price.

Key Word : EVA, PER, DER, PBV, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DPS DAN HARGA SAHAM


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harga saham merupakan pengekspresian dari earning multipliers untuk mengevaluasi daya tarik dari saham biasa dan sebagai alat yang memerlukan pengukuran untuk menentukan apakah melakukan investasi atau tidak. Harga saham juga merupakan faktor yang membuat para investor menginvestasikan dananya di pasar modal dikarenakan dapat mencerminkan tingkat pengembalian modal. Dengan membeli dan memiliki saham, investor akan memperoleh beberapa keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima yaitu untuk memperoleh capital gain, memperoleh deviden dan memiliki hak suara bagi pemegang saham preferen (Fahmi 2012:86).

Minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terjadi karena semakin berkembangnya pengetahuan masyarakat terhadap pasar modal, jumlah perusahaan yang terdaftar di pasar modal yang semakin banyak, dan dukungan pemerintah melalui kebijakan berinvestasi.

Dalam perdagangan saham, ada saatnya dimana harga saham itu mengalami peningkatan, namun ada saatnya harga saham itu juga mengalami penurunan. Harga saham yang berfluktuasi ini dapat memungkinkan investor menghadapi berbagai risiko keuangan. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, investor memerlukan informasi yang andal dan alat pengukuran kinerja yang


(16)

tepat.sehingga ketika calon investor atau investor membeli saham suatu perusahaan akan menghasilkan imbal hasil yang positif sesuai harapan.

Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham di atas harga pasar. Sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham di bawah harga pasar (Sunariyah, 2003: 152). Pergerakan harga saham dari waktu ke waktu akan tercermin melalui indeks harga saham yang merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai faktor yang berpengaruh.

Pada tahun 2010 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mengalami pertumbuhan hingga 40 persen lebih, mengungguli dominasi bursa China dan India. IHSG sempat ditutup berada diposisi tertinggi di 3.786,09 poin pada Kamis (9/12/2010). Kenaikan indeks tersebut dapat memicu bertambahnya pelaku pasar, baik lokal maupun asing, untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia (www.kompas.com | Jum’at, 17 Desember 2010 | 14:47 WIB).

Sepanjang tahun 2011 IHSG menguat sebesar 3,19 persen. Pada tahun ini, tercatat IHSG menjadi indeks kedua terbaik di kawasan regional Asia di bawah Bursa Fillipina. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2011 ditutup di level 3.818,072 setelah menguat 13,220 poin (0,34 persen) pada akhir perdagangan (www.kompas.com | Senin, 2 Januari 2012 | 06:00 WIB).

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai kapitalisasi pasar saham pada akhir 26 Desember 2012 sebesar Rp4,084 triliun atau naik 15,45 persen dari


(17)

sebelumnya Rp3,537 triliun pada bulan Desember 2011. Sepanjang tahun 2012 IHSG mengalami pasang surut. Namun, secara keseluruhan dapat dikatakan pergerakan IHSG meningkat meski belum signifikan bila dibandingkan dengan Bursa Asia Pasifik seperti Nikkei, Hanseng, Straits Times, Sensex, Philippine dan Bangkok (www.okezone.com | Sabtu, 29 Desember 2012 | 14:03 WIB).

Prospek investasi saham di pasar modal Indonesia pada 2013 memiliki ruang tumbuh yang cukup tinggi. Saham sektor infrastruktur, properti, dan barang konsumsi masih menjadi penopang penguatan IHSG. IHSG pada penghujung tahun 2013, Sein (30/12/2013) ini ditutup menguat 1,45 persen atau 61,19 persen di posisi 4.274,17 (www.kompas.com | Senin, 30 Desember 2013 | 16:23 WIB).

Investasi pada pasar modal dianggap berisiko sangat tinggi. Karena ada faktor yang bisa dikontrol dan ada juga faktor yang tidak bisa dikontrol yang dapat memengaruhi pergerakan harga saham. Setiap investor akan selalu mempertimbangkan tingkat penghasilan yang akan diharapkan atas investasinya untuk suatu periode tertentu di masa yang akan datang. Dalam investasi saham keuntungan di masa yang akan datang tidak dapat diperkirakan secara pasti, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh investor adalah melakukan analisis guna pengambilan keputusan saham apa yang sebaiknya dibeli untuk memaksimalkan keuntungan bagi investor (F. Poernamawati: 2008).

Secara umum terdapat dua pendekatan yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal didasarkan pada pergerakan saham baik dalam skala harian, mingguan, maupun bulanan serta informasi lain yang relevan.


(18)

Sedangkan Analisis fundamental menggunakan data keuangan perusahaan seperti: laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain-lain.

Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut mejadi optimal bagi investor apabila dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan. Selain itu, untuk lebih menarik minat investor yang berinvestasi pada saham, perusahaan juga harus menunjukkan hasil kinerja perusahaan yang baik. Penilaian Kinerja perusahaan dilakukan dengan menghitung rasio keuangan yang berdasarkan laporan keuangan dan metode EVA.

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah Economic Value Added (EVA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan. EVA merupakan suatu indikator kinerja perusahaan, dalam konsepnya menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta ketika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modalnya. Biaya modal diperhitungkan dalam EVA sehingga memberikan pertimbangan yang adil bagi pemilik modal.

Beberapa faktor yang melatarbelakangi penggunaan EVA terhadap harga saham yaitu, EVA menyediakan suatu pengukuran tiap periode dari kinerja penciptaan sebenarnya, EVA menelusuri lebih dekat pada kesejahteraan para pemodal dibandingkan dengan ukuran konvensional lainnya, EVA meluruskan strategi organisasi dengan menggunakan kinerja yang akurat dan prosedur


(19)

kompensasi. Penelitian Mangatta (2011) dan Simanjuntak (2011) menunjukkan bahwa EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham.

PER mengindikasi besarnya dana yang dikeluarkan oleh investor untuk memperoleh setiap Rupiah laba perusahaan. PER dipandang oleh investor sebagai ukuran kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba dimasa yang akan datang (future earning power). Perusahaan yang mempunyai kesempatan tumbuh yang besar biasanya mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya PER akan rendah untuk perusahaan yang berisiko. Penelitian Stella (2009) menunjukkan bahwa PER berpengaruh terhadap harga saham.

DER merupakan rasio solvabilitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Selain itu rasio ini juga dapat memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko

keuangan perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya

ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat yang dapat mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Penelitian Wulandari (2012) dan Stella (2009) menunjukkan bahwa DER memiliki pengaruh terhadap harga saham.

PBVmerupakan rasio perbandingan antara harga suatu saham dengan nilai bukunya. Rasio ini biasanya dipakai untuk menilai mahal atau tidaknya suatu saham. Semakin tinggi nilai PBV, maka semakin tinggi pula perusahaan itu dinilai oleh investor dibandingkan dengan dana yang ditanamkan dalam perusahaan


(20)

tersebut (F. Poernamawatie: 2008). Penelitian Stella (2009) menunjukkan bahwa PBV berpengaruh terhadap harga saham.

Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membeli asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Peneliti menggunakan Dividend Per Share (DPS) sebagai variabel moderating. Deviden yang stabil akan memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Oleh sebab itu semakin besar DPS diharapkan harga saham akan semakin meningkat,

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wulandari (2012) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham dengan Dividend Per Share sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa Variabel current ratio, return on equity, debt to equity ratio dan net profit margin secara bersama-sama (simultan)


(21)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI untuk periode tahun 2008-2011.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dengan yang dilakukan peneliti adalah pada variabel independen (variabel bebas), objek penelitian dan tahun penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham dengan Dividend Per Share sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek 1ndonesia 2010-2013”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013 ?

2. Apakah Dividend Per Share mempengaruhi hubungan Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan dengan


(22)

harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.

2. Untuk menguji dan menganalisis kemampuan Dividend Per Share dalam memoderasi hubungan antara Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi kepada:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai pengaruh - pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book


(23)

Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan terhadap harga saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Bagi investor

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan di pasar modal. Diharapkan faktor – faktor yang diteliti penulis dapat memberikan gambaran kepada investor dalam menganalisis berapa besar harga saham yang dapat diperoleh jika dihubungkan dengan faktor – faktor yang telah diteliti di atas.

3. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan yang diperkirakan berpengaruh terhadap harga saham yaitu Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Signalling Theory

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada dasarnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Menurut Jogiyanto (2003), “informasi yang dipublikasikan sebagai

suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news)”.

Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham, jika menjadi sinyal buruk maka investor akan menahan investasi untuk perusahaan tersebut. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh


(25)

perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar perusahaan.

Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.

2.1.2 Harga Saham

Menurut Sunariyah (2006), “harga saham adalah harga suatu

saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Harga saham dapat dipengaruhi oleh situasi pasar antara lain harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada masyarakat sebagai calon

pemodal”.

Harga saham dapat mencerminkan tingkat keberhasilan pengelolaan perusahaan. Semakin baik tingkat kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, maka semakin baik pula persepsi pasar dalam


(26)

nilai perusahaan sehingga harga saham akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya.

Nilai dari suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi atas 3 (tiga) jenis yaitu (Ang, 1997) :

1. Par Value (Nilai Nominal)

Par value disebut juga stated value atau face value, bahasa Indonesianya disebut nilai nominal atau nilai pari. Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi.

2. Base Price (Harga Dasar)

Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten.

3. Market Price (Harga Pasar)

Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupnya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham.

2.1.3 Analisis Saham

Perkiraan harga saham perusahaan di masa yang akan datang dalam penentuan keputusan investasi terdapat 2 (dua) macam analisis yaitu (Astuti, 2006) :

1. Analisis Teknikal

Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga di pasar saham, fluktuasi kurs, volume transaksi pada masa yang lalu. Harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Informasi yang digunakan adalah kondisi perdagangan saham, fluktuasi kurs, volume transaksi perdagangan yang terjadi di pasar modal.


(27)

2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental adalah yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai-nilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan mengharapkan hubungan-hubungan variabel tersebut sehingga memperoleh taksiran harga saham.

2.1.4 Economic Value Added (EVA)

EVA mengukur nilai tambah perusahaan dengan cara mengurangi laba operasi setelah pajak dengan biaya modal akibat investasi (Widyashanti, 2011). EVA merupakan suatu pendekatan dalam menilai kinerja operasional perusahaan secara adil, dimana kepentingan dan harapan pemilik modal (kreditur dan pemegang saham) diukur secara tertimbang dari struktur modal. EVA termasuk salah satu indikator dari keberhasilan manajemen dalam memilih dan mengelola sumber-sumber dana yang ada di perusahaan tentunya juga akan berpengaruh positif terhadap return pemegang saham.

Berdasarkan definisi diatas, EVA ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan bersih operasional setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan value dalam perusahaan, sedangkan biaya biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam proses penciptaan value tersebut.

EVA bukanlah suatu konsep baru. Pengukuran akuntansi tentang kinerja yang disebut residual income juga ditentukan sebagai laba operasi dikurangi dengan biaya modal. Sedangkan nilai EVA merupakan suatu variasi dari residual income dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan


(28)

dalam perhitungan income dan capital. EVA akan mengukur kinerja perusahaan secara tepat dengan memperhatikan secara adil. Rumus dalam menghitung EVA yaitu:

Net Profit After Tax (NOPAT)dihitung dengan cara:

Weighted Average Cost Capital (WACC)dihitung dengan cara:

Invested Capital dihitung dengan cara:

Menurut Steward and Co penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.

2. Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event Point.

3. Apabila EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah.


(29)

Tabel 2.1 Tolak Ukur EVA

Nilai EVA Pengertian Laba Perusahaan

EVA > 0 Ada nilai ekonomis

lebih, setelah perusahaan

membayarkan semua

kewajiban pada para penyandang dana atau

kreditur sesuai

ekspektasinya

Positif

EVA = 0 Tidak ada nilai ekonomis

lebih, tetapi perusahaan

mampu membayarkan

semua kewajibannya

pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya

Positif

EVA < 0 Perusahaan tidak mampu

membayarkan kewajiban pada para penyandang

dana atau kreditur

sebagaimana nilai yang diharapkan ekspektasi return saham tidak dapat tercapai

Tidak dapat

ditentukan, namun jika terdapat laba, tidak seseuai dengan yang diharapkan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan opersional atau strateginya selama periode tertentu sehingga menjadi cara untuk menilai kinerja keuangan sebuah perusahaan. Dengan kata lain EVA mampu mengungkapkan bagaimana perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemiliknya.

2.1.5 Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio adalah ukuran kineja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan


(30)

perlembar saham (Sulistyastuti, 2005). PER yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan.

Pertumbuhan laba dan deviden serta expected rate of return dari suatu saham berubah-ubah nilainya, maka PER diharapkan juga akan berubah sepanjang waktu berjalan dan pada akhirnya menuju suatu tingkat nilai PER rata-rata dari saham-saham yang mempunyai tingkat resiko yang sama. Makin besar PER suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang (Prastowo, 2002:96). Sebaliknya semakin rendah PER suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan.PER menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Menurut Arifin (2002:87) “rumus yang digunakan untuk mengukur PER adalah sebagai berikut:

2.1.6 Debt to Equity Ratio (DER)

Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi karena perusahaan memiliki utang yang


(31)

cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut. Salah satu alat ukur untuk menghitung leverage ratio dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). (Suad Husnan, 2003:70).

Semakin tinggi DER maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva (Sartono, 2008:121).

Mennurut Sartono (2008:121) “rumus yang digunakan untuk perhitungan DERadalah sebagai berikut”:

2.1.7 Price Book Value (PBV)

Menurut Tandelilin (2001:194) “PBV adalah hubungan antara harga pasar saham dan nilai buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai

bukunya.”

Sedangkan menurut Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258): “Price to Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham. Untuk perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana

yang telah ditanamkan di perusahaan.”

PBV merupakan salah satu rasio yang cukup sering digunakan oleh investor untuk menilai perusahaan. Umumnya rasio ini digunakan sebagai


(32)

pelengkap PER. PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku suatu saham.

Menurut Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258) “rumus yang digunakan untuk menghitung PBV adalah sebagai berikut”:

2.1.8 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan dapat mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan dimasa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang (Barton et al. 1989). Apabila pertumbuhan penjualan tinggi, maka mencerminkan pendapatan yang meningkat sehingga pembayaran dividen juga meningkat.

Menurut Indrawati dan Suhendro (2006), pertumbuhan penjualan adalah perubahan total penjualan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan akan menimbulkan konsekuensi pada peningkatan investasi atas aktiva perusahaan dan akhirnya membutuhkan penyediaan dana untuk membeli aktiva. Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan menimbulkan konsekuensi pada keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Untuk meningkatkan angka pertumbuhan, dilakukan penetapan akan angka jumlah produk atau jasa yang dijual kepada pelanggan. Secara keuangan tingkat pertumbuhan dapat ditentukan dengan mendasarkan pada kemampuan keuangan perusahaan.


(33)

Tingkat pertumbuhan yang didasarkan pada kemampuan keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat pertumbuhan atas kekuatan sendiri (internal growth rate) dan tingkat pertumbuhan berkesinambungan (sustainable growth rate). Internal growth rate merupakan tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa membutuhkan dana eksternal atau tingkat pertumbuhan yang hanya dipicu oleh tambahan atas laba ditahan. Sustainable growth rate merupakan tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa melakukan pebiayaan modal, tetapi dengan memelihara perbandingan antara hutang dengan modal (DER).

Menurut Murni dan Andriana (2007) menyatakan, pendekatan pertumbuhan perusahaan merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang dan diukur berdasarkan perubahan total penjualan perusahaan. Untuk mengetahui pertumbuhan penjualan dihitung dengan rumus (Deitiana, 2011):

2.1.9 Dividend Per Share (DPS)

DPS adalah perbandingan antara total dividen dengan jumlah saham yang beredar. DPS perusahaan ditentukan oleh kemampuan dalam memenuhi seluruh kewajibannya (Tranggono, 2007). Pada umumnya


(34)

perusahaan tidak bersedia mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan dan meningkatkan dividen apabila peningkatan itu dapat dipertahankan untuk tahun-tahun selanjutnya. Dividen yang stabil akan memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang.

DPS yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik dan akan menarik minat investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi. Apabila DPS yang diterima naik tentu saja hal ini akan membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dengan banyaknya saham yang dibeli maka harga saham perusahaan tersebutakan naik di pasar modal (Sutrisno, 2003: 305).

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Stella (2009), Mangatta (2011), Simanjuntak (2011), Deitiana (2011), dan Wulandari (2012). Hasil beberapa penelitian terdahulu dapat dirangkum dalam tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2

Review Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian

1. Stella (2009) Variabel Independen:

PER, DER, ROA,

PBV

Variabel Dependen:

Perubahan Harga

saham

Secara parsial PER, DER, PBV berpengaruh terhadap harga saham


(35)

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian

2. Mangatta (2011) Variabel Independen:

EVA

Vaiabel Dependen:

Harga Saham

EVA tidak berpengaruh

terhadap harga saham.

3. Simanjuntak (2011) Variabel Independen: EVA, NPM, ROA, EPS.

Variabel Dependen: Harga Saham

Secara parsial EVA, dan

NPM tidak berpengaruh

terhadap harga saham. ROA

dan EPS berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.

4. Deitiana (2011) Variabel Independen:

Profitabilitas,

Likuiditas, Dividen, Pertumbuhan

penjualan.

Variabel Dependen: Harga Saham

profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham sedangkan likuiditas, dividen dan pertumbuhan

penjualan tidak

berpengaruh terhadap

harga saham. 5. Wulandari (2012) Variabel Independen:

CR, ROE, DER, NPM Variabel Dependen: Harga Saham

Variabel moderasi : Devidend per Share

current ratio, return on equity, debt to equity ratio dan net profit margin secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual berdasarkan uraian teoritis serta beberapa penelitian terdahulu, sehingga peneliti mengindikasikan Economic Value Added (EVA), Price Erning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjuala sebagai variabel independen penelitian yang mempengaruhi Harga Saham sebagai variabel dependen penelitian dengan Devidend per Share (DPS) sebagai variabel moderatingnya. Maka dapat dibagun kerangka pemikiran sebagai berikut:


(36)

H1

H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual di atas menjelaskan hubungan secara parsial maupun simultan antara masing-masing variabel independen terhadap dependen dan hubungan antara variabel moderating terhadap variabel dependen Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh EVA terhadap Harga Saham

EVA mengukur nilai tambah perusahaan dengan cara mengurangi laba operasi setelah pajak dengan biaya modal akibat investasi (Widyashanti, 2011:22). EVA berbeda dengan laba akuntansi. EVA adalah

Economic Value Added (EVA)

(X1) Price Earning Ratio

(PER) (X2) Debt to Equity Ratio

(DER) (X3) Price Book Value

(PBV) (X4)

Pertumbuhan Penjualan (X5)

Harga Saham (Y)

Dividend per Share (DPS)


(37)

estimasi laba ekonomi yang sebenarnya dari bisnis setelah biaya seluruh modal dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan biaya modal ekuitas.

Ketika EVA bernilai positif dan semakin meningkat, berarti telah terjadi nilai tambah ekonomi bagi perusahaan (Azzahra, 2009:95). Perusahaan dikatakan mampu memenuhi harapan pemodal, karena return yang dihasilkannya melebihi tingkat biaya modal atau melebihi return yang diharapkan oleh pemodal atas investasinya (Azzahra, 2009:95). Hal ini akan menarik minat pemodal untuk melakukan investasi pada perusahaan. Tingginya minat pemodal menyebabkan permintaan saham meningkat. Meningkatnya permintaan saham akan meningkatkan harga

saham. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa EVA

berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

2. Pengaruh PER terhadap Harga Saham

PER adalah suatu rasio yang menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan atau emiten saham (company's earnings) terhadap harga sahamnya (stock price). PER juga dapat mengukur jumlah uang yang akan dibayar oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan. Semakin tinggi PER maka semakin besarkepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PER berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.


(38)

DER adalah perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan dan total ekuitasnya (Dharmastuti, 2004). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara dana pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Apabila suatu perusahaan memiliki DER yang tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk

membayar utangnya dibandingkan dengan membagi dividend

(Dharmastuti, 2004). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa DER berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.

4. Pengaruh PBV terhadap Harga Saham

PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku suatu saham. Semakin besar rasio ini menggambarkan kepercayaan pasar akan prospek keuangan perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhrudin, 2001:303). Analisis pasar modal mempertimbangkan suatu saham dengan rasio PBV yang rendah merupakan investasi yang aman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PBV berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.

5. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham

Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen


(39)

aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.

Pertumbuhan penjualan mencerminkan prospek perusahaan di masa depan. Apabila perusahaan memiliki keuntungan yang meningkat, maka pertumbuhan penjualan pun ikut meningkat dan kinerja perusahaan semakin baik dari tahun ke tahun. Dengan demikian juga akan berdampak pada harga saham yang kemungkinan akan naik karena pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh keuntungan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, dengan meningkatnya pertumbuhan penjualan para investor tertarik untuk membeli saham tersebut sehingga harga saham akan terus meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

6. Pengaruh DPS dalam memoderasi variabel independen dengan Harga Saham

Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban mempengaruhi jumlah dividen yang akan dibayarkan. Apabila perusahaan mencari dana dari modal sendiri maka kemungkinan investor baru akan masuk dan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Karena dividen yang stabil dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang


(40)

akan datang. Semakin besar DPS diharapkan harga saham semakin meningkat. DPS dapat memperlemah maupun memperkuat hubungan antar variabel independen sebagai variabel moderating.

A. Pengaruh DPS dalam memoderasi EVA dengan Harga Saham EVA merupakan suatu pendekatan dalam menilai kinerja operasional perusahaan secara adil. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban mempengaruhi jumlah dividen yang

akan dibayarkan. Semakin meningkatnya DPS, maka akan

meningkatkan kinerja operasional suatu perusahaan. DPS berpengaruh positif dalam memoderasi EVA dengan Harga saham.

B. Pengaruh DPS dalam memoderasi PER dengan Harga Saham

Price Earning Ratio adalah suatu ukuran kineja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan perlembar saham. Pertumbuhan laba dan deviden serta expected rate of return dari suatu saham berubah-ubah nilainya, maka PER diharapkan juga akan berubah sepanjang waktu berjalan dan pada akhirnya menuju suatu tingkat nilai PER rata-rata dari saham-saham yang mempunyai tingkat resiko yang sama. Semakin meningkatnya DPS, maka akan menunjukkan ukuran kinerja saham suatu perusahaan.

DPS berpengaruh positif dalam memoderasi PER dengan Harga saham.


(41)

DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin meningkatnya DPS, maka nilai DER suatu perusahaan akan menurun dan dapat menggambarkan bahwa suatu perusahaan mampu dalam

memenuhi kewajibannya. DPS berpengaruh negatif dalam

memoderasi DER dengan Harga saham.

D. Pengaruh DPS dalam memoderasi PBV dengan Harga Saham PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku suatu saham suatu perusahaan. Semakin meningkatnya DPS, maka akan menunjukkan nilai buku yang tinggi dan dapat menggambarkan kepercayaan pasar akan prospek perusahaan tersebut. DPS berpengaruh positif dalam memoderasi PBV dengan Harga saham.

E. Pengaruh DPS dalam memoderasi Pertumbuhan penjualan dengan Harga Saham

Pertumbuhan penjualan mencerminkan prospek perusahaan di masa depan. Apabila perusahaan memiliki keuntungan yang meningkat, maka pertumbuhan penjualan pun ikut meningkat dan kinerja perusahaan semakin baik dari tahun ke tahun. Semakin meningkatnya DPS, maka akan semakin tinggi pula pertumbuhan penjualan suatu

perusahaan. DPS berpengaruh positif dalam memoderasi


(42)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah di jelaskan diatas, sebagai berikut:

: Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013

: Dividend Per Share (DPS) mampu memoderasi hubungan antara Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan dengan harga saham


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian asosiatif, dimana hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang akan diuji kebenarannya (Sugiyono, 2007:7). Adapun variabel yang akan diteliti adalah EVA, PER, DER, PBV, dan Pertumbuhan Penjualan sebagai variabel independen (X) mempunyai hubungan dengan Harga Saham sebagai variabel dependen (Y) dan DPS sebagai variabel moderasi (Z).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Bila dilihat dari sumber datanya, penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Data tersebut berupa laporan keuangan yang dapat diperoleh dan dipublikasi dari website BEI www.idx.co.id.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan purposive sampling dengan dua tahap. Tahap pertama, mencari sampel sesuai dengan kriteria-kriteria yang


(44)

ditentukan. Tahap kedua, mencari laporan tahunan perusahaan sesuai dengan ketersediaan data laporan tahunan. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan dalam rangka mencapi tujauan penelitian. Data yang didapat dalam bentuk data sekunder adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi yang dilakukan adalah mengumpulkan data sekunder berupa laporan tahunan, catatan-catatan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh melalui pustaka dan media internet dengan cara men-download laporan tahunan perusahaan manufaktur melalui situs www.idx.co.id 2010-2013, penelitian terdahulu, jurnal, buku, dan situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 yang berjumlah 124 perusahaan. (Lampiran1)

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang listed di BEI dan menyampaikan laporan keuangan selama empat tahun berturut-turut dan tetap terdaftar dari tahun 2010- 2013.


(45)

2. Perusahaan manufakur yang sahamnya aktif diperdagangkan di BEI dari tahun 2010-2013 (closing price)

3. Perusahaan manufaktur tersebut melakukan pembagian dividen berturut-turut selama periode pengamatan (2010-2013).

4. Perusahaan-perusahaan yang membuat data lengkap tentang variabel yang akan diteliti, yaitu: Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), Pertumbuhan Penjualan, dan Devidend per Share.

Dari kriteria diatas diperoleh sampel dan penelitian dilakukan selama empat tahun, mulai 2010 sampai dengan tahun 2013, maka jumlah sampel yang memenuhi syarat berjumlah 20 perusahaan. Berikut ditunjukkan proses pengambilan sample (Lampiran 2):

3.5 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian

Defenisi Operasional Indikator Skala Pengukuran

Economic Value Added (EVA)

(X1)

EVA adalah nilai

tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau

strateginya selama

periode tertentu

sehingga menjadi cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.


(46)

Variabel Penelitian

Defenisi Operasional Indikator Skala Pengukuran Price Earning Ratio (PER) (X2)

PER adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per lembar

saham biasa yang

beredar dengan laba per

lembar saham. PER

yang tinggi

menunjukkan bahwa

investor bersedia untuk

membayar dengan

harga saham premium untuk perusahaan. Rasio Debt to Equity Ratio (DER) (X3)

Salah satu alat ukur

untuk menghitung

leverage ratio. Semakin

tinggi DER maka

semakin besar resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta

tingkat keuntungan

yang semakin tinggi.

Rasio Price Book Value (PBV) (X4)

PBV adalah salah satu rasio yang cukup sering digunakan oleh investor

untuk menilai

perusahaan. Umumnya rasio ini digunakan sebagai pelengkap PER. PBV menggambarkan seberapa besar pasar Rasio menghargai nilai buku suatu saham.

Rasio

Pertumbuh an Penjualan

(X5)

Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Apabila pertumbuhan penjualan

tinggi, maka

mencerminkan

pendapatan yang

meningkat sehingga

pembayaran dividen

juga meningkat.


(47)

Variabel Penelitian

Defenisi Operasional Indikator Skala Pengukuran

Deviden Per Share

(DPS) (Z)

Perbandingan antara total dividen dengan

jumlah saham yang

beredar.

Rasio

Harga Saham

(Y)

Harga saham

merupakan

perwujudan dari nilai pasar

saham yang merupakan harga

saham pada pasar yang sedang

berlangsung di bursa efek.

Closing Price Rasio

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik (regresi linier berganda) dengan menggunakan Software SPSS for Windows version 17.0. Analisis regresi linier berganda berguna untuk menganalisis hubungan linier antara 2 variabel independen atau lebih dengan 1 variabel dependen Priyanto (2009 : 137).

Model penelitian tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), dan Pertumbuhan Penjualan dengan Dividend per Share (DPS) sebagai moderating variabel pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis yaitu Uji Normalitas, Uji Multikolonearitas, Uji Heterokeditas, dan Uji Autokolerasi.


(48)

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (OLS) (Situmorang & Lufti, 2012 : 100). Pengujian asumsi klasik digunakan untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala multikoleniaritas, gejala heterokedastisitas, dan gejala autokorelasi. Jika regresi telah memenuhi asumsi-asumsi regresi maka nilai estimasi yang diperoleh bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE yakni tidak terdapat multikoleniaritas, tidak terdapat heterokedastisitas, dan tidak terdapat autokorelasi.

3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau nilai residual memiliki distribusi normal agar uji statistik untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap valid (Ghozali, 2011). Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan analisis statistik.

Analisis grafik merupakan cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun, dapat menyesatkan jika digunakan untuk sampel kecil. Metode yang lebih handal adalah


(49)

dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal tersebut. Jika distribusi variabel residual normal, maka garis yang menggambarkan variabel sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Analisis statistik (Uji Statistik Non Parametrik Kolgomorov-Smirnov) merupakan Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual Uji ini diyakini lebih akurat daripada uji normalitas dengan grafik, karena uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, jika tidak hati-hati secara visual akan terlihat normal (Ghozali, 2011). Uji K-S dapat dilakukan dengan membuat hipotesis:

: Data residual berdistribusi normal. : Data residual tidak berdistribusi normal.

Apabila asymptotic significance lebih besar dari 5 persen, maka variabel terdistribusi normal.

3.6.1.2Uji Multikoleniaritas

Uji multikoleniaritas adalah situasi dimana adanya korelasi antara tiap variabel independent. Dalam hal ini variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Tujuan uji multikoleniaritas


(50)

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen (Adikara, 2011)

Jika terdapat multikolinieritas sempurna akan berakibat koefisioen regresi tidak dapat ditentukan dan standar devisiasi menjadi tidak terhingga. Jika terdapat multikolinieritas kurang sempurna maka koefisien regresi akan mempunyai standar devisiasi yang besar, sehingga koefisien-koefisien tidak dapat ditaksir dengan mudah.

3.6.1.3Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas, yaitu keadaan ketika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Kebanyakan data crossection mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).

3.6.1.4Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2011). Jika terjadi korelasi, maka ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang


(51)

waktu berkaitan satu sama lainnya. Autokorelasi dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

a. Inertia, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-variabel independen yang terus-menerus, sehingga sesuatu akan terjadi dan mempengaruhi nilai-nilai variabel bebasnya

b. Bentuk fungsi yang salah

c. Terjadi penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel-variabel bebas lain yang tidak dimasukkan dalam model.

d. Memanipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat. e. Adanya logs (tenggang waktu)

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana diterima. Model pengujian yang dilakukan adalah uji F dan uji t.

3.6.2.1Regresi Linear Berganda

Dalam peneltiian ini, hipotesis diuji dengan analisis regresi linear berganda dengan model sebagai berikut:

Y =


(52)

Keterangan:

Y = Harga Saham

= Economic Value Added (EVA)

= Price Earning Ratio (PER) = Debt to Equity Ratio (DER) = Price Book Value (PBV) = Pertumbuhan Penjualan

= konstanta

= koefisien regresi variabel bebas = vari abel residual (tingkat eror)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat statistic Statistical Package For The Social Science (SPSS). SPSS adalah salah satu program computer yang khusus dibuat untuk mengolah data dengan metode statistic tertentu (Ghozali, 2005:103). Pengujian hasil analisis regresi linear berganda dilakukan dengan Uji F dan Uji t.

3.6.2.2Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan


(53)

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.6.2.3Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Ghozali dalam Indriani,2011). Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistic F (uji F). Jika F hitung < F table, maka diterima atau ditolak, sedangkan jika F hitung > F

table, maka ditolak dan diterima. Jika tingkat signifikansi

dibawah 0,05 maka ditolak dan diterima.

3.6.2.4Uji Signifikasi Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerapkan variabel dependen (Ghozali,2011). Uji ini juga dapat digunakan untuk mengetahui tanda koefisien regresi masing-masing variabel bebas sehingga dapat ditentukan arah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

: = = = = = 0, diduga variabel independen

secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(54)

: ≠ 0, diduga variabel independen secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tolak jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5%,

terima jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5%.

3.6.2.5Pengujian Hipotesis dengan Variabel Moderating

Pengujian hipotesis untuk menguji interaksi Dividend Per

Share (DPS) terhadap variabel independen berbeda dalam

mempengaruhi Harga Saham. Pengujian hipotesis selanjutnya berkaitan dengan interaksi Dividend Per Share (DPS) dalam mempengaruhi variabel independen terhadap Harga Saham. Menurut Ghozali (2006:164) terdapat tiga cara menguji regresi dengan varaibel moderating, yaitu: (1) uji interaksi, (2) uji nilai selisih mutlak, dan (3) uji residual.

Seluruh variabel independen harus diregresikan dengan variabel moderating melalui uji residual. Uji residual digunakan untuk menghindari multikolinearitas yang tinggi. Apabila antara variabel independen memiliki nilai residual yang kecil atau nol dengan Dividend Per Share (DPS), maka terjadi kecocokan antara keduanya sehingga Dividend Per Share (DPS) dapat dikategorikan sebagai variabel moderating yang menaikkan Harga Saham.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan regresi persamaan :


(55)

1.DPS =

2. DPS =

3. DPS =

4. DPS =

5. DPS =


(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel EVA , PER , DER , PBV , pertumbuhan penjualan , dan harga saham . Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif dari EVA, PER, DER, PBV, Pertumbuhan Penjualan, dan Harga Saham

Sumber: hasil olahan software SPSS 17

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah unit analisis (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 unit analisis yang terdiri dari 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2013. 80 unit analisis tersebut terdiri dari data EVA, PER, DER, PBV dan Pertumbuhan Penjualan.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Harga Saham 80 49.7900 58212.5000 7960.502500 1.1475032E4 EVA 80 -1.29E12 1.57E12 2.3812E10 2.78727E11 PER 80 3.15 80.39 19.5791 14.51614

DER 80 .04 5.06 .8778 .90964

PBV 80 -9.03 40.09 4.4436 7.77696 Pertumbuhan Penjualan 80 -.51 115.43 7.4278 15.77290 Valid N (listwise) 80


(57)

Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa:

Diketahui nilai EVA minimum adalah Rp.-1.290.000.000.000 sedangkan

nilai EVA maksimum adalah Rp.1.572.959.304.000. Nilai EVA minimum terjadi pada PT. Alumindo Metal Light Industry Tbk tahun 2012 sedangkan nilai EVA maksimum terjadi pada perusahaan Unilever Indonesia Tbk tahun 2010. Rata-rata (mean) EVA adalah 2.3812, dan standar deviasinya sebesar 2.78727.

Diketahui nilai PER minimum adalah 3.15 sedangkan nilai PER

maksimum adalah 80.39. Nilai PER minimum terjadi pada PT. Indal Aluminium Industry Tbk tahun 2012 sedangkan nilai PER maksimum terjadi pada perusahaan Arwana Citra Mulia Tbk tahun 2011. Rata-rata (mean) PER adalah 19.5791, dan standar deviasinya sebesar 14.51614.

Diketahui nilai DER minimum adalah 0.04 sedangkan nilai DER

maksimum adalah 5.06. Nilai DER minimum terjadi pada PT. Jaya Pari Steel Tbk tahun 2013, sedangkan nilai DER maksimum terjadi pada PT. Indal Aluminium Industry Tbk tahun 2013. Rata-rata (mean) DER adalah 0.8778, dan standar deviasinya sebesar 0.90964.

Diketahui nilai PBV minimum adalah -9.03 sedangkan nilai PBV

maksimum adalah 40.09. Nilai minimum PBV terjadi pada PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk tahun 2012, sedangkan nilai maksimum PBV terjadi pada perusahaan Unilever Indonesia Tbk tahun 2012. Rata-rata (mean) PBV adalah 4.4436, dan standar deviasinya sebesar 7.77696.


(58)

Diketahui nilai pertumbuhan penjualan minimum adalah -0.51 sedangkan

nilai pertumbuhan penjualan maksimum adalah 115.43. Nilai minimum pertumbuhan penjualan terjadi pada PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk tahun 2013, sedangkan nilai maksimum pertumbuhan penjualan terjadi pada Unilever Indonesia Tbk tahun 2012. Rata-rata (mean) pertumbuhan penjualan adalah 7.4278, dan standar deviasinya sebesar 15.77290.

Diketahui nilai harga saham minimum adalah Rp. 49.79 sedangkan nilai

harga sahammaksimum adalah 58212,5. Nilai harga saham minimum terjadi pada perusahaan Arwana Citra Mulia Tbk tahun 2010, sedangkan nilai harga saham maksimum terjadi pada PT. Gudang Garam Tbk tahun 2011. Rata-rata (mean) harga saham adalah 7960,5025, dan standar deviasinya sebesar 11475,032.

4.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (2003) suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat best linear unbiased estimator (BLUE). Di samping itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi ekonometrika yang melandasinya. Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesa harus memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan juga untuk mendapatkan model regresi yang tidak bias dan efisien.


(59)

Dalam penggunaan regresi linear berganda, terdapat empat uji asumsi klasik, yakni uji normalitas residual, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas (Supranto, 2005:151).

4.2.1 Uji Asumsi Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji dan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011:160, Gujarati, 2003:339, Field, 2009:221, Supranto, 2005:90). Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan . Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas , dengan ketentuan sebagai berikut.

Jika nilai probabilitas 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.


(1)

Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

EVA .718 1.393

PER .882 1.134

DER .875 1.142

PBV .544 1.837

Pertumbuhan Penjualan .751 1.331

Hasil Uji Autokorelasi

Model Durbin-Watson


(2)

Tabel Durbin-

Watson (DW), α = 5%

n

k=1 k=2 k=3 k=4 k=5

dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU 71 1.5865 1.6435 1.5577 1.6733 1.5284 1.7041 1.4987 1.7358 1.4685 1.7685 72 1.5895 1.6457 1.5611 1.6751 1.5323 1.7054 1.5029 1.7366 1.4732 1.7688 73 1.5924 1.6479 1.5645 1.6768 1.5360 1.7067 1.5071 1.7375 1.4778 1.7691 74 1.5953 1.6500 1.5677 1.6785 1.5397 1.7079 1.5112 1.7383 1.4822 1.7694 75 1.5981 1.6521 1.5709 1.6802 1.5432 1.7092 1.5151 1.7390 1.4866 1.7698 76 1.6009 1.6541 1.5740 1.6819 1.5467 1.7104 1.5190 1.7399 1.4909 1.7701 77 1.6036 1.6561 1.5771 1.6835 1.5502 1.7117 1.5228 1.7407 1.4950 1.7704 78 1.6063 1.6581 1.5801 1.6851 1.5535 1.7129 1.5265 1.7415 1.4991 1.7708 79 1.6089 1.6601 1.5830 1.6867 1.5568 1.7141 1.5302 1.7423 1.5031 1.7712 80 1.6114 1.6620 1.5859 1.6882 1.5600 1.7153 1.5337 1.7430 1.5070 1.7716 81 1.6139 1.6639 1.5888 1.6898 1.5632 1.7164 1.5372 1.7438 1.5109 1.7720 82 1.6164 1.6657 1.5915 1.6913 1.5663 1.7176 1.5406 1.7446 1.5146 1.7724 83 1.6188 1.6675 1.5942 1.6928 1.5693 1.7187 1.5440 1.7454 1.5183 1.7728 84 1.6212 1.6693 1.5969 1.6942 1.5723 1.7199 1.5472 1.7462 1.5219 1.7732 85 1.6235 1.6711 1.5995 1.6957 1.5752 1.7210 1.5505 1.7470 1.5254 1.7736 86 1.6258 1.6728 1.6021 1.6971 1.5780 1.7221 1.5536 1.7478 1.5289 1.7740 87 1.6280 1.6745 1.6046 1.6985 1.5808 1.7232 1.5567 1.7485 1.5322 1.7745 88 1.6302 1.6762 1.6071 1.6999 1.5836 1.7243 1.5597 1.7493 1.5356 1.7749 89 1.6324 1.6778 1.6095 1.7013 1.5863 1.7254 1.5627 1.7501 1.5388 1.7754 90 1.6345 1.6794 1.6119 1.7026 1.5889 1.7264 1.5656 1.7508 1.5420 1.7758 91 1.6366 1.6810 1.6143 1.7040 1.5915 1.7275 1.5685 1.7516 1.5452 1.7763 92 1.6387 1.6826 1.6166 1.7053 1.5941 1.7285 1.5713 1.7523 1.5482 1.7767 93 1.6407 1.6841 1.6188 1.7066 1.5966 1.7295 1.5741 1.7531 1.5513 1.7772 94 1.6427 1.6857 1.6211 1.7078 1.5991 1.7306 1.5768 1.7538 1.5542 1.7776 95 1.6447 1.6872 1.6233 1.7091 1.6015 1.7316 1.5795 1.7546 1.5572 1.7781 96 1.6466 1.6887 1.6254 1.7103 1.6039 1.7326 1.5821 1.7553 1.5600 1.7785 97 1.6485 1.6901 1.6275 1.7116 1.6063 1.7335 1.5847 1.7560 1.5628 1.7790 98 1.6504 1.6916 1.6296 1.7128 1.6086 1.7345 1.5872 1.7567 1.5656 1.7795 99 1.6522 1.6930 1.6317 1.7140 1.6108 1.7355 1.5897 1.7575 1.5683 1.7799 100 1.6540 1.6944 1.6337 1.7152 1.6131 1.7364 1.5922 1.7582 1.5710 1.7804 101 1.6558 1.6958 1.6357 1.7163 1.6153 1.7374 1.5946 1.7589 1.5736 1.7809 102 1.6576 1.6971 1.6376 1.7175 1.6174 1.7383 1.5969 1.7596 1.5762 1.7813 103 1.6593 1.6985 1.6396 1.7186 1.6196 1.7392 1.5993 1.7603 1.5788 1.7818 104 1.6610 1.6998 1.6415 1.7198 1.6217 1.7402 1.6016 1.7610 1.5813 1.7823 105 1.6627 1.7011 1.6433 1.7209 1.6237 1.7411 1.6038 1.7617 1.5837 1.7827


(3)

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Hasil Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .654a .427 .388 1.77592 1.867

a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Penjualan, DER, EVA, PER, PBV b. Dependent Variable: Harga Saham

Hasil Uji Signifikan Simultan ( Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 173.985 5 34.797 11.033 .000a

Residual 233.388 74 3.154

Total 407.372 79

a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Penjualan, DER, EVA, PER, PBV b. Dependent Variable: Harga Saham


(4)

Hasil Uji Signifikan Koefisien Regresi Parsial Secara Individu ( Uji T )

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 9.218 .416 22.142 .000

EVA 1.289E-12 .000 .158 1.524 .132 .718 1.393 PER -.089 .015 -.570 -6.079 .000 .882 1.134 DER -.673 .235 -.270 -2.868 .005 .875 1.142 PBV .103 .035 .354 2.968 .004 .544 1.837 Pertumbuhan

Penjualan

.027 .015 .191 1.877 .064 .751 1.331

a. Dependent Variable: Harga Saham

Hasil Uji Signifikansi

Dividend Per Share

(DPS) dalam Memoderasi

Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Secara

Simultan (Uji F)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -4.818 56.438 -.085 .932

Harga Saham 18.973 7.139 .288 2.658 .010

a. Dependent Variable: abs_res1

Hasil Uji Signifikansi

Dividend Per Share

(DPS) dalam Memoderasi

Pengaruh EVA terhadap Harga Saham

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta


(5)

Hasil Uji Signifikansi

Dividend Per Share

(DPS) dalam Memoderasi

Pengaruh PER terhadap Harga Saham

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 31.545 57.466 .549 .585

Harga Saham 15.174 7.269 .230 2.087 .040

a. Dependent Variable: abs_res_per

Hasil Uji Signifikansi

Dividend Per Share

(DPS) dalam Memoderasi

Pengaruh DER terhadap Harga Saham

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 57.824 57.867 .999 .321

Harga Saham 11.727 7.320 .178 1.602 .113

a. Dependent Variable: abs_res_der

Hasil Uji Signifikansi

Dividend Per Share

(DPS) dalam Memoderasi

Pengaruh PBV terhadap Harga Saham

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 66.146 58.724 1.126 .263

Harga Saham 10.389 7.429 .156 1.399 .166


(6)

Hasil Uji Signifikansi

Dividend Per Share

(DPS) dalam Memoderasi

Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 55.596 57.121 .973 .333

Harga Saham 12.090 7.226 .186 1.673 .098


Dokumen yang terkait

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham

8 109 93

Pengaruh Price Book Value (PBV), Price To Earning Ratio (PER), Debt To Earning Ratio (DER) Dan Beta Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Industri Rokok Di Bei

14 110 103

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added terhadap Return Saham

4 73 101

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011

0 25 102

Analisis pengaruh rasio modal saham terhadap return yang diterima oleh pemegang saham (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2008)

0 4 96

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

Pengaruh Price Earning Ratio, Debt To Equity Ratio, Price To Book Value Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 13