Uji Multikolinearitas Uji Non-Autokorelasi atau Independensi Residual Independent

59 Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 merupakan output dari SPSS. Perhatikan bahwa kurva pada histogram berbentuk kurva normal, sehingga disimpulkan bahwa asumsi normalitas error dipenuhi. Di samping itu pada normal probability plot Gambar 4.2, titik-titik menyebar cukup dekat pada garis diagonal, maka disimpulkan bahwa asumsi normalitas dipenuhi. Gambar 4.1 Histogram untuk Pengujian Asumsi Normalitas Gambar 4.2 Normalitas dengan Normal Probability Plot

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas Ghozali, Universitas Sumatera Utara 60 2011:105. Ketika terdapat korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi, maka permasalahan ini disebut dengan istilah multikolinearitas Stevens, 2009:74. Jika terjadi multikolinearitas yang sempurna perfect multicolinearity, maka koefisien-koefisien regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan indeterminate, jika terjadi multikolinearitas yang tinggi, koefisien-koefisien regresi dari variabel bebas dapat ditentukan, namun memiliki nilai standar error yang tinggi yang berarti bahwa koefisien-koefisien regresi tersebut tidak dapat diestimasi dengan tepat atau akurat Gujarati, 2003:344. Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor VIF. Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas Myers dalam Stevens, 2009:75. Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 9.218 .416 22.142 .000 EVA 1.289E-12 .000 .158 1.524 .132 .718 1.393 PER -.089 .015 -.570 -6.079 .000 .882 1.134 DER -.673 .235 -.270 -2.868 .005 .875 1.142 PBV .103 .035 .354 2.968 .004 .544 1.837 Pertumbuhan Penjualan .027 .015 .191 1.877 .064 .751 1.331 a. Dependent Variable: Harga Saham Sumber: hasil olahan software SPSS 17 Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, nilai VIF dari masing- masing variabel bebas tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat. Universitas Sumatera Utara 61

4.2.3 Uji Non-Autokorelasi atau Independensi Residual Independent

Errors Uji independensi residual uji non-autokorelasi merupakan suatu uji untuk memeriksa apakah untuksetiap dua pengamatan residual saling berkorelasi atau tidak Field, 2009:220. Supranto 2005:151 mengartikan “non-autokorelasi sebagai tidak terjadinya korelasi antara kesalahan pengganggu yang satu dengan yang lainnya ”. Meskipun terjadinya autokorelasi terhadap estimator-estimator yang dihasilkan oleh metode ordinary least square OLS tetap tak bias unbiased, konsisten consistent, dan terdistribusi normal secara asimtotis, namun estimator- estimator tersebut tidak lagi efisien. Sebagai akibatnya, pada uji t, F, dan chi kuadrat tidak lagi sah untuk digunakan cannot be legitimately applied Gujarati, 2003:489. Asumsi mengenai independensi terhadap residual non-autokorelasi dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson Field, 2009:220. Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .654 a .427 .388 1.77592 1.867 a. Predictors: Constant, Pertumbuhan Penjualan, DER, EVA, PER, PBV b. Dependent Variable: Harga Saham Sumber: hasil olahan software SPSS 17 Berdasarkan Tabel 4.4, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 1,867. Pengambilan keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat dibandingkan dengan nilai kritis Durbin-Watson. Diketahui jumlah Universitas Sumatera Utara 62 variabel bebas sebanyak 5, dan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 80, maka dan . Karena maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala autokorelasi yang tinggi pada residual.

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham

8 109 93

Pengaruh Price Book Value (PBV), Price To Earning Ratio (PER), Debt To Earning Ratio (DER) Dan Beta Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Industri Rokok Di Bei

14 110 103

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added terhadap Return Saham

4 73 101

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011

0 25 102

Analisis pengaruh rasio modal saham terhadap return yang diterima oleh pemegang saham (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2008)

0 4 96

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

Pengaruh Price Earning Ratio, Debt To Equity Ratio, Price To Book Value Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 13