profesionalisme, lama bekerja hanya mempengaruhi pandangan profesionalisme, hubungan dengan sesama profesi, keyakinan terhadap peraturan profesi dan pengabdian
pada profesi. Komitmen profesional yang didasari oleh pemahaman perilaku, sikap dan orientasi profesional seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas merupakan cerminan
dari norma-norma, aturan dan kode etik profesinya Trisnaningsih, 2001. Hal tersebut dapat berarti bahwa di dalam diri seseorang yang memiliki komitmen profesional akan
secara otomatis memiliki kesadaran etis sebagai pengendalian diri dalam melaksanakan tugas profesinya.
2.1.8 Komitmen Organisasi Organisational Commitment
Gibson et al. dalam Stefani 2011 mendefinisikan komitmen sebagai lingkup, identifikasi, keterlibatan, dan loyalitas yang diekspresikan oleh seseorang terhadap
organisasinya. Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. Menurut Fred Luthan 2005,
komitmen organisasi didefinisikan sebagai : keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan
keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses
berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.
Menurut Allen dan Meyer 1991 dalam Budi 2009 terdapat tiga komponen dalam komitmen organisasi, yaitu:
1. Komponen affective Komponen ini menunjukkan kelekatan emosional pekerja, mengidentifikasikan
dirinya dan menunjukkan keterlibatannya di dalam organisasi tersebut. 2. Komponen continuance
Komponen ini menunjukkan kesadaran tentang kerugian yang dihadapi seorang pekerja bila dia meninggalkan pekerjaannya.
3. Komponen normative
Komponen ini mencerminkan perasaan tentang kewajiban untuk tetap bekerja di organisasi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Perilaku penghentian prematur prosedur audit premature sign-off audit procedure merupakan perilaku disfungsional auditor yang dapat mengurangi kualitas
audit dan menyebabkan rendahnya kepercayaan pemakai terhadap laporan audit yang dihasilkan auditor. Perilaku disfungsional auditor pertama kali diteliti di Amerika pada
tahun 1978 oleh John G. Rhode Sujana, 2006. Berikut beberapa penelitian yang menguji mengenai faktor-faktor penyebab
terjadinya perilaku disfungsional auditor.
Tabel 2.1 Penelitian Terdulu
No Peneliti
Tempat Hasil Penelitian
1. Yuke
dan Thio 2006
Jakarta External Locus of Control,Turnover intention,
dan Tingkat kinerja pribadi karyawan memiliki hubungan positif dengan
penyimpangan perilaku audit.
harga diri tidak memiliki hubungan dengan PPA 2.
Intan, 2012 Semarang
Tingkat kinerja pribadi karyawan
dan
External Locus of Control berpengaruh negatif terhadap PPA.
Turnover intention berpengaruh positif terhadap PPA.
Komitmen organisasi tidak memiliki pengaruh
terhadap PPA. 3.
Stefani, 2011 Semarang
Time Pressure Audit risk berpengaruh positif terhadap PPA.
Prosedur Reviu dan Kontrol Kualitas,
Komitmen organisasi, Komitmen profesional ,
dan Kesadaran etis berpengaruh negatif terhadap PPA.
Serta Pengalaman audit tidak memiliki
pengaruh.