Latar Belakang Latar Belakang dan Masalah

Nelli Roliska L. Gaol. Tanda -tanda dalam upacara perkawinan batak toba tinjauan semiotika. 2007 USU e-Repository©2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1. Latar Belakang

Indonesia terdiri dari berbagai etnik suku yang memiliki budaya yang berbeda- beda. Perbedaan itu tidak lepas dari kondisi letak geografis suatu suku dan aturan yang berlaku dalam daerah itu. Salah satu etnik suku tersebut adalah Batak Toba yang berdomisili di Kabupaten Humbang Hasundutan, yang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Dolok Sanggul, Siborongborong, Lintong Ni Huta, Pollung, Si Pitu Huta, Huta Julu, Huta Paung, Parsingguran, Ria-Ria, Si Batu-Batu, Purba, Parlilitan, dan desa-desa kecil lainnya. Soebono Ritonga, 1991 : 1 menyatakan kita tidak mungkin mengabaikan kebudayaan-kebudayaan setempat, yaitu kebudayaan tiap-tiap suku bangsa atau daerah. Oleh karena itu, tiap-tiap kelompok etnik suku mempunyai kebudayaan sendiri. Kebudayaan adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat untuk mengenali, menginterpretasikan dan memproduksi tanda-tanda dengan cara yang sama Zoest, 1993:124. Kehidupan manusia dilingkupi oleh tanda-tanda yang memungkinannya berkomunikasi Zoest, 1993. Ia mengatakan bahwa arti dan makna dari tanda-tanda itu sudah ada sejak zaman dahulu kala. Salah satu masyarakat yang Nelli Roliska L. Gaol. Tanda -tanda dalam upacara perkawinan batak toba tinjauan semiotika. 2007 USU e-Repository©2009 berbudaya itu adalah masyarakat Batak Toba. Masyarakat Batak Toba memiliki kebudayaan berupa adat-istiadat yang perlu dilindungi dan dipertahankan. Pada upacara adat-istiadat tersebut, kehadiran tanda-tanda yang berupa benda sangat penting. Adat-istiadat adalah suatu pelaksanaan upacara yang dilaksanakan untuk keperluan tertentu yang mengandung nilai, aturan dan norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakat yang menganutnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat- istiadat adalah 1 aturan perbuatan yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala; menurut suku Batak Toba laki-lakilah yang berhak sebagai ahli waris; 2 wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan- aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi satu sistem. Sebagai contoh, masyarakat Batak Toba memiliki adat-istiadat perkawinan sebagai suatu tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang dari generasi ke generasi, yaitu upacara yang dilakukan untuk membuat sebuah ikatan sosial dan ikatan kekeluargaan. Pada upacara perkawinan tersebut banyak digunakan tanda berupa simbol yang mempunyai makna dan fungsi yang sangat penting. Bentuk tanda-tanda tersebut bertujuan untuk menyampaikan informasi, permohonan, dan hasil pemikiran seseorang. Dalam penelitian ini akan dijelaskan jenis dan makna simbolik dari tanda-tanda yang terdapat pada upacara perkawinan Batak Toba. Terbentuknya adat-istiadat perkawinan Batak Toba ini merupakan kesepakatan dan menjadi suatu ikatan sosisal dalam membentuk rasa kebersamaan dan persaudaraan. Menurut T. M. Sihombing, upacara perkawinan Batak Toba dapat dilakukan melalui berbagai tahap, yaitu: 1. ”Mangalua” yaitu mengajak perempuan berkenalan dengan pihak laki-laki; Nelli Roliska L. Gaol. Tanda -tanda dalam upacara perkawinan batak toba tinjauan semiotika. 2007 USU e-Repository©2009 2. ”Marhusip” melamar yaitu pihak laki-laki melamar perempuan yang akan menjadi bagian dari keluarga mereka; 3. “Martumpol” tunangan yaitu antara kedua calon mempelai sepakat atau mengikat janji untuk menempuh jalan sehidup semati; 4. ”Pamasu-masuon” pemberkatan yaitu acara pemberkatan kedua mempelai di gereja yang dipimpin oleh pendeta dan pada saat itu mereka bukan lagi dua tetapi mereka sudah menjadi satu yang telah dipersatukan oleh Tuhan dan tidak bisa dipisahkan manusia, perkenalan seluruh saudara antara pihak laki-laki dan perempuan; 5. “Mangadati”, pada tahap inilah orang tua perempuan serta semua pihak keluarga memberikan hadiah pernikahan pada anak dan menantunya yang sekaligus puncak dari upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba, dan yang terakhir ialah pembagian harta atau warisan; dan 6. “Maningkir tangga” yaitu orang tua laki-laki akan memberikan warisan kepada mempelai yang baru baik berupa harta maupun benda. Setiap rentetan acara tersebut merupakan upacara yang sakral dan mengandung nilai- nilai yang menjadi pegangan bagi kedua mempelai. Bagi masyarakat Batak Toba, serangkaian upacara perkawinan tersebut tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Pada upacara tersebut akan diketahui sistem kekerabatan antara yang satu dengan yang lainya Dalihan Na Tolu. Misalnya, apa tutur sistem kekerabatan yang diucapkan kepada orang yang lebih tua dalam ikatan semarga dan tutur kepada keluarga dari pihak laki-laki maupun perempuan. Upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba merupakan serangkaian upacara yang memancarkan kebesaran suatu tatanan adat-istiadat dan kehidupan sosial masyarakat Batak Toba secara turun-temurun. Namun, karena perkembangan dan kemajuan zaman, makna dari adat-istiadat tersebut menjadi kabur dan tidak tertutup kemungkinan akan hilang. Hal ini disebabkan karena masyarakat Batak Toba pada saat ini hanya melihat adat-istiadat itu sebagai formalitas saja tanpa memperhatikan asal-usul dan makna yang terkandung di dalamnya. Nelli Roliska L. Gaol. Tanda -tanda dalam upacara perkawinan batak toba tinjauan semiotika. 2007 USU e-Repository©2009 Penelitian terdahulu tentang tanda-tanda sudah pernah dilakukan oleh Parlaungan Ritonga, 1997 dalam bukunya berjudul “ Makna Simbolik dalam Upacara Mangupa Masyarakat Angkola Sipirok di Tapanuli Selatan ”. Penelitian ini membahas tentang proses pelaksanaan upacara mangupa dan makna simbol yang mengandung makna suatu permintaan atau doa yang ditujukan kepada kedua mempelai. Kemudian Petty Angela Hasibuan 2003 meneliti tentang “ Rumah Adat Mandailing dengan Kajian Semiotik ”. Penelitian ini membahas tentang bentuk, fungsi, dan simbolik dari rumah adat Mandailing. Rumah adat Mandailing memiliki bentuk-bentuk yang mempunyai fungsi dan makna yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat Mandailing. Matius Tarigan 2003 meneliti tentang “Ragam Hias Rumah Adat Karo suatu Kajian Semiotik”. Penelitian ini membahas tentang bentuk dan makna dari ragam hias rumah adat Karo. Bentuk ragam hias bermotif geometris, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan sebagian tubuh manusia. Makna ragam hias rumah adat Karo yaitu makna ritual dan sakral, makna simbolik keamanan, makna simbolik komunikasi, makna simbolik sosial, dan makna simbolik etika. Upacara perkawinan Batak Toba menggunakan berbagai bentuk tanda yang masing-masing mengandung makna dan informasi. Setiap tanda yang ada dalam upacara perkawinan Batak Toba mempunyai makna tersendiri yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat sekitarnya. Selain itu tanda tersebut mencerminkan perilaku, pikiran, atau ide-ide masyarakat yang bersifat kesopanan, didikan, kebijaksanaan yang harus dijalankan oleh kedua mempelai agar rumah tangga mereka tetap utuh. Terciptanya informasi atau makna dari tanda itu semua hasil dari konvensi dari masyarakat setempat. Dengan demikian, kepada generasi berikutnya diharapkan dapat mempertahankan makna Nelli Roliska L. Gaol. Tanda -tanda dalam upacara perkawinan batak toba tinjauan semiotika. 2007 USU e-Repository©2009 tanda tersebut serta dapat menumbuhkan sikap kepedulian terhadap tanda yang merupakan ciri khas bagi kebudayaan masyarakat Batak Toba. Dalam upacara perkawinan Batak Toba banyak dijumpai bentuk benda yang mempunyai arti. Setiap posisi atau letak dari benda tersebut mempunyai makna. Hegel dalam Pettinasary,1996:2 menegaskan bahwa: Sebuah tanda seharusnya ditempatkan pada suatu posisi, supaya dapat menghasilkan makna yang kemudian dapat membentuk suatu gambaran mengenai suatu benda yang mempunyai makna tambahan dan demikian halnya dengan pesan yang ingin disampaikan melalui suatu tanda atau simbol. Tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba tidak terlepas dari makna. Tanda-tanda yang ada dalam upacara perkawinan Batak Toba memiliki fungsi sebagai cerminan kepribadian masyarakat Batak Toba. Masyarakat Batak Toba diharapkan tetap menjaga segala bentuk, aturan, dan kegunaan tanda-tanda sehingga tatanan adat-istiadat Batak Toba tetap berlanjut. Hal itulah yang mendorong peneliti mengadakan penelitian tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba.

1.1.2 Masalah