Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Pengkajian Data

Nelli Roliska L. Gaol. Tanda -tanda dalam upacara perkawinan batak toba tinjauan semiotika. 2007 USU e-Repository©2009 1. menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat, khususnya generasi muda mengenai makna dari tanda-tanda yang ada dalam upacara perkawinan Batak Toba, 2. menjadi acuan dan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tanda-tanda yang ada dalam upacara perkawinan, dan 3. upaya mempertahankan makna dari tanda-tanda yang ada pada upacara perkawinan Batak Toba.

1.4 Metode dan Teknik Penelitian

1.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data utama dalam penelitian ini adalah data lisan yaitu berupa informasi tentang makna simbolik tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba. Metode yang digunakan adalah metode cakap atau percakapan langsung dengan penutur selaku narasumber Sudaryanto, 1993:137. Kemudian, metode ini dikembangkan dengan teknik pancing sebagai teknik dasar. Dalam teknik pancing narasumber dipancing berbicara untuk mendapatkan data. Selain itu, teknik cakap semuka juga dilakukan sebagai teknik lanjutan. Dalam teknik cakap semuka peneliti mengarahkan dan mengendalikan pembicaraan sehingga peneliti dapat memperoleh data selengkapnya. Peranan narasumber sangat menentukan keakuratan data yang diperolrh peneliti. Untuk mendapat hasil yang baik, narasumber tersebut harus benar-benar mengetahui kebudayaannya. Pemilihan narasumber didasarkan pada persyaratan-persyaratan berikut: 1. Berjenis kelamin pria dan wanita; 2. Lahir dan besar di daerah penelitian; Nelli Roliska L. Gaol. Tanda -tanda dalam upacara perkawinan batak toba tinjauan semiotika. 2007 USU e-Repository©2009 3. Berusia antara 30-70 tahun; 4. Memiliki kebanggan terhadap kebudayaannya; 5. Pengetua adat, yang mengetahui dengan jelas tentang seluk-beluk adat-istiadat; 6. Mempunyai ketertarikan di dalam penelitian mengenai kebudayaan ; dan 7. Sehat jasmani tidak cacat berbahasa dan memiliki pendengaran yang baik dan rohani tidak gila atau pikun Mahsun, 1995. Selain metode dan teknik di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat bantu berupa kamera atau poto untuk memperoleh data berupa gambar dari tanda-tanda yang berhubungan dengan upacara perkawinan Batak Toba.

1.4.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Untuk menganalisis data digunakan metode padan. Disebut metode padan karena objek penelitian ditentukan berdasarkan kesepadanan, kecocokan, atau kesamaannya dengan alat penentu atau referennya. Alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa language narasumber Sudaryanto, 1993:13. Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu, yaitu adanya daya pilah peneliti dalam melihat bagian-bagian sebuah tanda yang sudah disesuaikan dengan sifat unsur penentu masing-masing. Teknik lanjutannya adalah teknik hubung banding menyamakan, maksudnya peneliti mengolah data dengan menghubungkan serta membandingkan suatu tanda dengan makna yang dikandungnya serta melihat bagian persamaan tanda dengan kenyataan dalam upacara perkawinan tersebut. Sebagai contoh ulos Batak Toba berikut ini: Nelli Roliska L. Gaol. Tanda -tanda dalam upacara perkawinan batak toba tinjauan semiotika. 2007 USU e-Repository©2009 Gambar 1. Ulos Batak Pada kenyataannya, ulos Batak Toba adalah sebuah benda yang terbuat dari benang. Bagi orang lain ulos tersebut hanyalah sehelai kain yang tidak mempunyai makna. Namun bagi masyarakat Batak Toba yang kaya dengan budaya, ulos tersebut memiliki makna. Dengan adanya makna yang terkandung dalam benda tersebut, maka benda itu berfungsi sebagai alat untuk memberi berkat, kekuatan, dan perlindungan bagi Nelli Roliska L. Gaol. Tanda -tanda dalam upacara perkawinan batak toba tinjauan semiotika. 2007 USU e-Repository©2009 jiwa kedua mempelai. Selain itu tanda tersebut juga digunakan untuk mempererat tali persaudaraan antara kedua belah pihak. Hal ini terlihat dari bentuk ulos yaitu helaian benang yang sudah disatukan menjadi sebuah ulos yang kuat dan utuh. Demikian juga halnya dengan kedua mempelai yang akhirnya disatukan menjadi satu keluarga baru yang kuat menghadapi segala cobaan. Pada akhirnya mempelai tersebut tetap utuh selamanya seumur hidup seperti keutuhan ulos Batak tersebut. Selain itu, ulos Batak tersebut mempunyai makna berupa permohonan atau doa agar kedua mempelai mempunyai banyak keturunan seperti ‘rambu’ yang terdapat pada ujung ulos Batak. Ulos tidak hanya menyatukan kedua mempelai saja, tetapi keluarga kedua belah pihak telah disatukan menjadi satu keluarga besar yang siap tolong-menolong antara yang satu dengan yang lain. Nelli Roliska L. Gaol. Tanda -tanda dalam upacara perkawinan batak toba tinjauan semiotika. 2007 USU e-Repository©2009 Gambar 2. Sipir ni Tondi Beras ‘boras’ dalam upacara perkawinan Batak Toba dikatakan juga sipir ni tondi. Dikatakan sipir ni tondi karena beras tersebut merupakan tanda yang melambangkan kekuatan dan alat untuk memberkati pengantin agar rohnya ‘tondi’ dalam membangun rumah tangga yang baru tetap kuat. Salah satu prosesnya ialah beras tersebut dibuat di atas kepala mempelai dengan maksud agar jiwa dan roh kedua mempelai tersebut tetap kuat seperti biji beras itu. Boras ‘sipir ni tondi’ termasuk suatu tanda dalam upacara pekawinan Batak Toba.

1.5 Landasan Teori