Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN
A. Pengertian Perjanjian pada Umumnya
Tentang perjanjian dianggap sudah berlangsung antara pihak pelanggan dan perusahaan apabila mereka telah menyetujui dan bersepakat tentang
keadaan benda dan harga barang tersebut, sekalipun harga belum dibayar dan harganya belum diserahkan pasal 1458 KUH perdata.
Di bawah ini akan memberikan beberapa dari pengertian perjanjian antara lain:
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
8
Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang atau jasa dan pihak lain
untuk membayar harga yang telah diperjanjikan.
9
Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang Perjanjian ini lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum, karena
perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan;
Pengertian perjanjian ini mengandung unsur : a. Perbuatan,
8
M. Yahya Hrp, Segi Hukum Perjanjian, Alumni 1996, Bandung, hal 61
9
Chairuman Pasaribu, Suhra Wardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Penerbit
Sinar Grafika, tahun 1994, hal 35
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih, Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang
saling berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocokpas satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum.
c. Mengikatkan dirinya, Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu
kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.
10
Perjanjian adalah salah satu sumber perikatan. Perjanjian melahirkan perikatan, yang menciptakan kewajiban pada salah satu atau lebih pihak dalam
perjanjian.
11
Jika kita perhatikan dengan seksama, rumusan yang diberikan dalam pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Perjanjian tersebut ternyata
menegaskan kembali bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya terdapat orang lain. Ini berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban
atau prestasi dari satu atau lebih orang pihak kepada satu atau lebih orang Menurut ketentuan pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Perjanjian didefinisikan sebagai : “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih.
10
R. Subekti, Op.Cit, hal 80
11
Kartini Mulyadi Gunawan Widjaja, Perikatan yang lahir dari Perjanjian, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hal : 91
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
pihak lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada
dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi debitor dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut kreditor.
Masing-masing pihak tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih orang, bahkan dengan berkembangnya ilmu hukum, pihak tersebut dapat juga terdiri dari satu
atau lebih badan hukum. Perbuatan yang disebutkan dalam rumusan awal ketentuan pasal 1313
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hendak menjelaskan bahwa perjanjian hanya mungkin terjadi jika ada suatu perbuatan nyata baik dalam bentuk
ucapan, maupun tindakan secara fisik dan tidak hanya dalam bentuk pikiran semata-mata. Atas dasar inilah kemudian dikenal adanya perjanjian konsensuil.
Dalam perjanjian konsensuil, kesepakatan yang dicapai oleh pihak secara lisan, melalui ucapan saja telah diikat para pihak. Dalam jual beli, dari
rumusan pasal 1457 dan pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatakan bahwa:
Pasal 1457 : “Jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang dan pihak yang lain
untuk membayar harga yang dijanjikan”. Pasal 1458 : “Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak,
segera setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
beserta harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar.
Dari rumusan pasal 1457 yang dipertegas kembali oleh ketentuan pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut, dapat kita lihat bahwa
jual beli, segera setelah para pihak sepakat untuk bersepakat mengenai harga dan kebendaan yang dijual atau dibeli, pihak penjual diwajibkan oleh Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata untuk menyerahkan kebendaan yang dijual tersebut dan pihak pembeli diwajibkan untuk membayar harga pembelian dari
kebendaan yang dibeli olehnya tersebut. Subekti, Perjanjian adalah merupakan perjanjian dimana pihak yang satu
menyanggupi akan menyerahkan hak milik atas sesuatu barang, sedang pihak lainnya menyanggupi akan membayar sejumlah uang sebagai harganya.
12
Yang harus diserahkan oleh konsumen kepada pembeli bukan sekedar kekuasaan atas barangnya, melainkan yang harus ia serahkan adalah “hak
milik” atas barang. Jadi yang harus dilakukannya adalah penyerahan atau levering secara yuridis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kontrak adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu berjanji untuk menyerahkan hak milik atas
suatu barang, sedangkan pihak lainnya untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.
12
Subekti, Jaminan Untuk Pemberian Perjanjian menurut hukum Indonesia, Penerbit
Citra Aditya bakti, Bandung, 1999. hal. 36
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
Menurut KUH Perdata, macam-macam barang ada tiga macam penyerahannya secara yuridis atas barang yang dipersewakan yaitu:
1. Untuk barang yang bergerak
2. Untuk barang yang tidak bergerak
3. Untuk piutang atas nama
Ad. 1. Untuk barang bergerak
Untuk barang bergerak cukup dengan penyerahan barang itu. Pasal 612 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata :
Penyerahan benda bergerak, terkecuali yang tidak bertubuh dilakukan dengan penyerahan nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik, atau
dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan dalam mana kebendaan itu berada.
Penyerahan tak perlu dilakukan apabila kebendaan yang harus diserahkan dengan alasan hak lain, telah dikuasai oleh orang yang hendak
menerimanya. Hasil penyaringan terhadap pendapat dari Subekti adalah :
“Kemungkinan hanya penyerahan kunci saja kalau barang yang disewa berada dalam suatu gudang dan penyerahan cukup dilakukan dengan suatu pernyataan
saja.”
13
13
R. Subekti, Op.Cit. hal. 112