Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampunan
b. Objek Perjanjian
Di dalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi pokok perjanjian. Prestasi adalah apa yang
menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur. Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negatif terdiri dari :
1 Memberikan sesuatu
2 Berbuat sesuatu dan
3 Tidak berbuat sesuatu Pasal 1234 KUH Perdata.
Yang menjadi prestasipokok perjanjian adalah menyerahkan hak milik atas rumah itu dan menyerahkan uang harga dari pembelian rumah itu.
C. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian
Syarat sahnya perjanjian dapat dikaji berdasarkan hukum perjanjian yang terdapat dalam KUH Perdata civil law.
Dalam hukum kontinental syarat sahnya perjanjian diatur di dalam pasal 1320 KUH Perdata. Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya
perjanjian yaitu: a.
Adanya kesepakatan kedua belah pihak. b.
Kecakapan melakukan perbuatan hukum. c.
Adanya objek.
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
d. Adanya causa yang halal.
16
Keempat hal itu dikemukakan bahwa : Syarat yang pertama sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan atau
konsensus para pihak. Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah
pernyataannya karena kehendak itu tidak dapat dilihatdiketahui orang lain. Ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu
dengan: a
Bahasa yang sempurna dan tertulis b
Bahasa yang sempurna secara lisan c
Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan. Karena dalam kenyataannya sering kali seseorang menyampaikan
dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak lawannya;
d Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya;
e Diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan.
17
Pada dasarnya cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Tujuan
pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum
16
Ibid, hal 91.
17
Suharnoko, Ibid, hal 48
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, dikala timbul sengketa di kemudian hari.
18
Fungsi perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fungsi yuridis dan fungsi ekonomis. Fungsi yuridis perjanjian adalah fungsi dapat
memberikan kepastian hukum bagi para pihak. Sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan hak milik sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih
rendah menjadi nilai yang lebih tinggi.
19
a Kesepakatan mereka yang mengikat dirinya
Untuk sahnya perjanjian – perjanjian, diperlukan empat syarat:
b Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
c Suatu pokok persoalan tertentu.
d Suatu sebab yang tidak terlarang
Keempat unsur tersebut selanjutnya, dalam dokrin ilmu hukum yang berkembang digolongkan ke dalam:
1 Dua unsur pokok yang menyangkut subyek pihak yang mengadakan
perjanjian unsur subyektif , dan 2
Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan obyek perjanjian unsur obyektif
Unsur subyektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari pada pihak yang berjanji dan kecakapan dari pihak-pihak yang melaksanakan
18
Chairuman Pasaribu, Suhra Wardi K. Lubis, Op.Cit, hal 83
19
Suharnoko, Op.Cit, hal 71
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
perjanjian. Sedangkan unsur obyektif meliputi keberadaan dai pokok persoalan yang merupakan obyek yang diperjanjikan dan causa dari obyek yang berupa
prestasi yang disepakati untuk dilaksanakan tersebut haruslah sesuatu yang tidak dilarang atau diperkenankan menurut hukum.
Tidak terpenuhnya salah satu unsur dari keempat unsur tersebut menyebabkan cacat dalam perjanjian dan perjanjian tersebut diancam dengan
kebatalan, baik dalam bentuk dapat dibatalkan jika terdapat pelanggaran terhadap unsur subyektif maupun batal demi hukum dalam hal tidak
terpenuhnya unsur obyektif, dengan pengertian bahwa perikatan yang lahir dari perjanjian tersebut tidak dapat dipaksakan pelaksanaannya.
a. Syarat subyektif
Syarat subyektif sahnya perjanjian tergantung pada dua macam keadaan yaitu:
1. Terjadinya kesepakatan secara bebas diantara para pihak yang mengadakan atau melangsungkan perjanjian, kesepakatan bebas diantara
para pihak ini pada prinsipnya adalah pertanggungjawaban dari asas konsensualitas. Menurut ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata tersebut dapat dikatakan bahwa pada dasarnya kesepakatan bebas dianggap terjadi pada saat perjanjian dibuat oleh para
pihak, kecuali dapat dibuktikan bahwa kesepakatan tersebut terjadi karena adanya kekhilafan, paksaan maupun penipuan.
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
2. Adanya kecakapan dari pihak-pihak yang berjanji. Adanya kecakapan untuk bertindak dalam hukum merupakan syarat subyektif kedua
terbentuknya perjanjian yang sah diantara para pihak. Kecakapan bertindak ini dalam banyak hal berhubungan dengan masalah
kewenangan bertindak dalam hukum meskipun kedua hal tersebut secara prinsipil berbeda, namun dalam pembahas masalah kecakapan bertindak
yang melahirkan suatu perjanjian yang sah, maka masalah kewenangan untuk bertindak juga tidak dapat dilupakan.
b. Syarat obyektif Syarat obyektif sahnya perjanjian dapat ditemukan dalam:
1. Pasal 1332 sampai dengan pasal 1334 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenai keharusan adanya suatu hal tertentu dalam perjanjian.
2. Pasal 1335 sampai dengan pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai kewajiban adanya satu sebab yang
halal dalam setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak. D. Asas-asas perjanjian secara umum
Dalam khasanah hukum perjanjian di kenal beberapa asas yang menjadi dasar para pihak di dalam melakukan tindakan hukum guna melahirkan suatu
perjanjian. Asas perjanjian itu harus merupakan suatu kebenaran yang bersifat fundamental, disamping itu asas semestinya tidak dapat ditimpangi, kecuali ada
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
hal-hal yang dianggap luar biasa dan lebih jelas kandungan meteri kebenarannya.
20
Adapun beberapa asas dalam perjanjian itu antara lain : Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa semua
kontrak perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari Pasal ini dapat disimpulkan adanya asas
kebebasan berkontrak, akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para pihak yang membuat perjanjian harus menaati
hukum yang sifatnya memaksa. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk
segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. Suatu perjanjian tidak diperbolehkan membawa
kerugian kepada pihak ketiga.
21
1 Asas Konsensualisme
Sejalan dengan arti konsensus itu sendiri yang merupakan kesepakatan, maka asas ini menetapkan terjadinya suatu perjanjian setelah tercapainya
kata sepakat kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian.
22
20
Chairuman Pasaribu, Suhra Wardi K. Lubis, Op.Cit, hal 68
21
Wirdjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal 71
22
Kartini Mulyadi Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal 47
Dapat dikatakan bahwa saat terjadinya adalah pada saat dicapainya kata sepakat
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
antara kedua belah pihak. Sejak terjadinya kesepakatan itu, maka saat itu perjanjian menjadi mengikat dan mempunyai kekuatan hukum. Keterangan
tentang kata sepakat menjadi asas dalam suatu perjanjian dapat pula dilihat bunyi Pasal 1320 KUHPerdata bahwa untuk sahnya persetujuan-persetujuan
diperlukan empat syarat, yang satu diantaranya adalah kata sepakat. Dengan tercapainya kata sepakat, telah menunjukkan pada saat itu suatu perjanjian
mulai berlaku dan mengikat para pihak. 2 Asas Kebebasan Berkontrak
Menurut asas ini, setiap orang mempunyai kebebasan untuk mengadakan suatu perjanjian yang berisi apa saja dan macam apa saja, asalkan perjanjian
itu tidak bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan dan Undang-undang. Asas kebebasan berkontrak ini dapat kita lihat di dalam Pasal 1339
KUHPerdata yang menyebutkan: Persetujuan-persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi
juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan Undang-undang. Dengan adanya keyentuan
semacam ini sebenarnya kebebasan para pihak di dalam melahirkan suatu perjanjian menjadi tidak bebas lagi
13
. Namun demikian dengan adanya pembatasan ini setiap orang menjadi sadar bahwa perjanjian itu haruslah
ditujukan demi untuk kebaikan dan tidak merugikan orang lain. Dalam satu putusannya Mahkamah Agung pernah memperlihatkan
bahwa betapa asas kebebasan berkontrak itu harus berpegang pada
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
kepatutan sebagaimana tertuang dalam Putusan Mahkamah Agung No. 935 KPdt1985 dalam kasus sewa beli mobil. Salah satu pertinbangannya,
Mahkamah Agung berpendapat isi perjanjian yang melenyapkan hak beli sewa atas barang yang telah dibeli hanya disebabkan keterlambatan atau
kesulitan pembayaran angsuran tanpa mempertimbangkan jumlah angsuran yang telah dibayar, sebagai perbuatan yang tidak patut dari segi keadilan
dan moral. Dalam perjanjian sewa beli mobil tersebut telah diperjanjikan kemacetan angsuran mengakibatkan penjual sewa mengambil mobil kembali
tanpa mengembalikan uang angsuran yang telah diterimanya
23
Pihak ketiga tidak dapat diperjanjikan oleh pihak yang mengadakan perjanjian, karena salah satu syarat sahnya perjanjian harus ada kata sepakat,
yang berarti pula bahwa dalam perjanjian itu pihak ketiga tidak hadir untuk memberi kata sepakat. Logikanya, kalau dalam suatu perjanjian ditetapkan
. Perjanjian ini merugikan pihak pembeli sewa, karena haknya tidak seimbang
3 Asas Kepribadian Asas kepribadian ini terdapat di dalam Pasal 1315 KUHPerdata, yang
berbunyi: Pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan dirinya atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1315 KUHPerdata ini, seseorang hanya diperbolehkan mengikatkan dirinya untuk kepentingan dirinya sendiri dalam
suatu perjanjian.
23
Ibid, hal 48
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
suatu janji untuk pihak ketiga, maka akan merugikan pihak ketiga yang tidak tahu apa-apa dan tidak mengikatkan dirinya
24
Sedangkan asas obligator mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak itu baru dalam taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja,
belum memindahkan hak milik. Hak milik baru berpindah apabila dilakukan dengan perjanjian yang bersifat kebendaan zakelijke overeenkomst yaitu
melalui penyerahan levering. . Namun demikian Undang-
undang memberikan kekeculian terhadap asas ini sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1316 KUHPerdata. Berdasarkan ketentuan pasal ini bahwa pihak
yang mengadakan perjanjian, diperbolehkan menetapkan janji untuk pihak ketiga sebagai penanggung akan berbuat sesuatu.
Di samping ketiga asas yang telah disebutkan di atas, sebenarnya masih ada lagi beberapa asas pelengkap tersebut mengandung arti bahwa ketentuan
Undang-undang boleh tidak diikuti apabila pihak-pihak menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan
Undang-undang. Tetapi apabila dalam perjanjian mereka buat tidak ditentukan lain, maka berlakulah ketentuan Undang-undang. Asas ini pada pokoknya
hanya mengenai hak dan kewajiban para pihak.
25
Di samping asas-asas yang telah disebutkan di atas kiranya juga perlu diperhatikan syarat-syarat sahnya perjanjian. Hal ini dianggap penting, sebab
24
Ibid, hal 50
25
Subekti, Op.Cit, hal 61
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
suatu perjanjian yang dilahirkan tanpa melihat kepada syarat-syarat ini maka perjanjian yang dibuat itu akan menjadi bakal karenanya. Adapun mengenai
syarat-syarat sahnya perjanjian ini adalah sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa untuk sahnya perjanjian
diperlukan empat syarat yakni: 1
Sepakatnya mereka yang mengikatkan diri. 2
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3
Suatu hal tertentu 4
Suatu sebab yang halal Kesepakatan para pihak di dalam perjanjian dikenal dengan asas
konsensualisme sebagaimana telah dijelaskan di atas. Menurut R. Subekti asas konsensualisme ini menunjukkan syarat mutlak bagi hukum perjanjian yang
modern untuk terciptanya kepastian hukum. Adapun yang dimaksud dengan asas konsensualisme adalah suatu perjanjian telah lahir pada saat terjadinya
kesepakatan para pihak. Persesuaian kehendak ini dapat dinyatakan dengan lisan, tulisansurat dan lain-lain.
26
c. Para pihak atau undang-undang menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu maka persetujuan akan hapus;
Perjanjian berakhir karena : a. Ditentukan oleh para pihak berlaku untuk waktu tertentu;
b. Undang-undang menentukan batas berlakunya perjanjian;
26
Ibid, hal 6
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
Peristiwa tertentu yang dimaksud adalah keadaan memaksa overmacht yang diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUH Perdata. Keadaan memaksa
adalah suatu keadaan dimana debitur tidak dapat melakukan prestasinya kepada kreditur yang disebabkan adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya,
misalnya karena adanya gempa bumi, banjir, lahar dan lain-lain. Keadaan memaksa dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
a keadaan memaksa absolut adalah suatu keadaan di mana debitur sama
sekali tidak dapat memenuhi perutangannya kepada kreditur, oleh karena adanya gempa bumi, banjir bandang, dan adanya lahar force majeur.
Akibat keadaan memaksa absolut force majeur : b
debitur tidak perlu membayar ganti rugi Pasal 1244 KUH Perdata; kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi, tetapi sekaligus demi
hukum bebas dari kewajibannya untuk menyerahkan kontra prestasi, kecuali untuk yang disebut dalam Pasal 1460 KUH Perdata.
c keadaan memaksa yang relatif adalah suatu keadaan yang menyebabkan
debitur masih mungkin untuk melaksanakan prestasinya, tetapi pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan memberikan korban
besar yang tidak seimbang atau menggunakan kekuatan jiwa yang di luar kemampuan manusia atau kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang
sangat besar. Keadaan memaksa ini tidak mengakibatkan beban resiko apapun, hanya masalah waktu pelaksanaan hak dan kewajiban kreditur
dan debitur.
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
d pernyataan menghentikan persetujuan opzegging yang dapat dilakukan
oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak pada perjanjian yang bersifat sementara misalnya perjanjian kerja;
e putusan hakim;
f tujuan perjanjian telah tercapai;
g dengan persetujuan para pihak herroeping.
27
27
Ibid, hal 29
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
BAB III PERJANJIAN LAYANAN KESEHATAN