Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membicarakan keadaan hukum kesehatan di Indonesia dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari sistem hukum yang dianut oleh suatu negara atau
masyarakat. Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, melalui penjelasan umumnya dapat diketahui bahwa telah terjadi
perubahan orientasi, baik tata nilai maupun pemikiran, khususnya dalam pengupayakan pemecahan masalah di bidang kesehatan. Yaitu harus
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dan dilaksanakan bersama antara PT. PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan
Jaringan Sumatera Utara, Riau dan Aceh dengan Rumah Sakit Gleni. Ini berarti bahwa masyarakat harus ikut serta berperan aktif dan masuk swasta, dalam
melakukan fungsi dan tangungjawab sosialnya sebagai mitra pemerintah. Dengan demikian antara PT. PLN Persero Proyek Induk Pembangkit
dan Jaringan Sumatera Utara, Riau dan Aceh dengan Rumah Sakit Gleni harus ada pembagian tugas dan wewenangnya yaitu peran pemerintah yang lebih
dititikberatkan pada pembinaan, pengaturan dan pengawasan dalam upaya kesehatan.
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
Kewajiban rumah sakit untuk memberi kesejahteraan pada karyawan dan menjaga keselamatan kerja, pada hakikatnya adalah merupakan penerapan
manajemen sumber daya manusia dalam organisasi rumah sakit secara profesional, handal, adil serta memperlakukan para karyawan rumah sakit
sesuai dengan harkat, derajat dan martabatnya sebagai manusia. Badan usaha lain kesehatan yang terkelola harus membagi tujuan pokok
menjadi dua kategori : tujuan-tujuan yang esensial dan tujuan-tujuan yang meskipun tidak esensial namun sangat diinginkan. Selama proses perundingan,
sebuah badan usaha kesehatan yang dikelola perlu tetap mengingat tujuan- tujuan yang merupakan keharusan dan tujuan-tujuan yang diinginkan. Tidak
jarang sebuah usaha layanan kesehatan yang dikelola atau seorang penyedia pada akhir proses perundingan tiba-tiba menyadari bahwa perjanjian ini belum
mencapai sebuah tujuan utamanya. Tujuan utama dari sebuah usaha layanan kesehatan yang terkelola bisa berbeda-beda. Jika usaha lain kesehatan yang
terkelola berada dalam sebuah masyarakat dengan seorang penyedia tunggal dari layanan spesialisasi tertentu, maka tujuan perjanjian bisa hanya pengadaan
perjanjian dengan cara apapun dengan penyedia tersebut. Di sisi lain, tujuan perjanjian dari usaha layanan kesehatan yang terkelola bisa sangat rumit, dan
menuntut adanya perundingan yang direncanakan dengan hati-hati untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
PT. PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Riau dan Aceh dengan Rumah Sakit Gleni akan memberikan layanan
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
kepada anggota dengan cara yang ekonomis dan efisien yang sejalan dengan standar operasional perawatan medis yang umumnya diterima di masyarakat
medis. Rumah sakit tidak akan mendiskriminasi perawatan anggota dan kecuali ditentukan oleh perjanjian ini, akan membuat pelayanan tersedia bagi anggota
dengan cara yang sama seperti yang diberikan pada pasien-pasien lain. Rumah sakit akan memastikan dan mempertahankan disepanjang masa
perjanjian ini, kebijakan tentang tunjangan umum dan tunjangan operasional seperti yang diperlukan untuk menjamin rumah sakit, agen-agennya dan
pegawai-pegawainya terhadap setiap klaim untuk kerusakan yang ditimbulkan oleh alasan cedera atau kematian yang berhubungan secara langsung atau tidak
langsung dengan pelaksanaan atau tidak dilaksanakannya setiap layanan rumah sakit.
Perjanjian ini akan mulai berlaku pada tanggal efektif yang ditetapkan pada halaman tanda tangan dan akan dilanjutkan untuk sebuah jangka waktu
satu tahun atau sampai diakhiri seperti yang ditentukan berikut ini: 1.
Setiap pihak dapat mengakhiri perjanjian ini tanpa sebab dengan pemberitahuan tertulis paling sedikit sembilan puluh hari sebelum
pengakhiran perjanjian ini. 2.
Setiap pihak dapat mengakhiri perjanjian ini dengan sebab dengan pemberitahuan tertulis paling sedikit tiga puluh hari sebelumnya.
1
1
Salim H. S. Perkembangan Hukum Kontrak Innominati di Indonesia, Penerbit Sinar
Grafika, Jakarta, 2003, hal 104
Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008.
USU Repository © 2009
Karena tujuan perjanjian adalah untuk mengontrak pemberian layanan kesehatan, maka pentingnya adanya penjelasan tentang layanan ini di dalam
kontrak. Seperti telah disebutkan di atas, pencantuman layanan yang harus kontrak atau dicantumkan dalam sebuah lampiran. Format daftar sering kali
memungkinkan pihak-pihak untuk lebih lentur dan memungkin kesederhanaan administrasi jika ditambahkan sebagai bagian daftar perjanjian, terutama jika
perlu dilakukan perubahan untuk mendapatkan persetujuan Undang-undang. Usaha layanan kesehatan antara PT. PLN Persero Proyek Induk
Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Riau dan Aceh dengan Rumah sakit Gleni juga memerlukan hak hukum untuk mempunyai akses ke buku-buku dan
catatan-catatan. Perjanjian akan menyatakan bahwa usaha layanan kesehatan yang terkelola, perwakilan dan agen pemerintah mempunyai hak utnuk
memeriksa, mengkaji dan membuat atau meminta salinan dari catatan medis, keuangan dan administrasi. Perjanjian dengan penyedia secara berkala berisi
pemberitahuan dari penyedia bahwa usaha layanan kesehatan yang terkelola diberi wewenang untuk menerima catatan medis.
B. Perumusan Masalah