Subjek dan Objek Perjanjian

Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008. USU Repository © 2009 Barang tidak bertubuh dengan perbuatan yang dinamakan “cassie” sebagaimana diatur dalam Pasal 613 KUH Perdata yang berbunyi : “Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya dilakukan dengan membuat sebuah akta autentik atau di bawah tangan, dengan mana hak- hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang-orang lain.” Penyerahan yang demikian bagi si berhutang tiada akibatnya melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya secara tertulis, disetujui, dan diakuinya. Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan penyerahan surat itu, penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen.

B. Subjek dan Objek Perjanjian

a. Subjek Perjanjian

Dalam tiap-tiap perjanjian ada dua macam subjek yaitu: 1 Seorang manusia atau badan hukum yang mendapat beban kewajiban untuk sesuatu 2 Seorang manusia atau badan hukum yang mendapat hak atas pelaksanaan kewajiban itu. Subjek yang berupa seorang manusia harus memenuhi syarat umum untuk melakukan perbuatan hukum secara sah. Hal ini sangat penting diperhatikan berkaitan dengan syarat-syarat sahnya dalam perjanjian: Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008. USU Repository © 2009 Perjanjian dan persetujuan itu harus tanpa cacat, apabila tidak demikian maka persetujuan itu dapat dimintakan pembatalannya kepada pengadilan. Adapun yang dimaksud dengan cacat ialah: 14 a Kekhilafan b Paksaan, dan c Penipuan Ad. a Kekhilafan Kekhilafan ini dapat mengenai benda yang menjadi pokok persetujuan yang bersangkutan. Kekhilafan itu dapat juga mengenai pihak lawannya dalam persetujuan yang bersangkutan. Ad. b Paksaan Dalam hal ini, yang dimaksud adalah semata-mata paksaan psikis bukan fisik, sebab dalam hal ini disebut tidak ada kemauan. Jadi tidak mungkin ada konsensus sepakat antara kedua belah pihak, sesuai persetujuan yang diadakan dalam keadaan seperti itu adalah batal demi hukum, bukan dapat dibatalkan. Contoh: A ingin mengadakan persetujuan tentang sesuatu hal dengan B, yang sebetulnya tidak mau mengadakannya A secara kebetulan adalah seorang ahli sihir. Ia menghipnotis B dan dalam keadaan tidak sadar, B 14 Wirdjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1991, hal.85 Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008. USU Repository © 2009 disuruh A untuk menandatangani. Persetujuan semacam itu adalah batal demi hukum, karena tidak ada konsensus antara A dan B. 15 a. Orang yang belum dewasa Siapa yang melakukan paksaan itu tidak menjadi soal. Lain dengan halnya dengan penipuan. Pasal 1328 KUH Perdata menentukan bahwa penipuan merupakan suatu alasan untuk pembatalan, apabila itu muslihat yang dipakai oleh salah satu pihak lawan dalam persetujuan itu. Ancaman atau paksaan itu harus menimbulkan rasa takut pada orang yang normal. Harus ada rasa khawatir akan menderita kerugian mengenai dirinya adalah tidak hanya kehilangan jiwanya, melainkan juga kehilangan kesehatan, kehormatan, nama baik dan keabsahannya. Kerugian yang ditakutkan itu harus ada pada saat diadakannya persetujuan yang dipaksakan itu. Ad. c Penipuan Bedanya dengan kekhilafan antara lain adalah: Bahwa dalam penipuan, kehendak yang satu dengan sengaja dirumuskan ke arah yang salah satu pihak lawannya. Oleh sebab itu maka penipuan ini harus dilakukan oleh pihak lawan. Orang yang melakukan perjanjian haruslah memiliki kecakapan. Pasal 330 KUH Perdata orang yang melakukan perjanjian haruslah memiliki kecakapan yang memutuskan bahwa tidak cakap membuat perjanjian adalah: 15 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta, 2000, hal 69 Debby Amalia : Perjanjian Layanan Kesehatan Antara PT. PLN PERSERO Proyek Induk Pembangkit Dan Jaringan Sumatera Utara, Riau Dan Aceh Dengan Rumah Sakit Gleni, 2008. USU Repository © 2009 b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampunan

b. Objek Perjanjian

Di dalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi pokok perjanjian. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur. Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negatif terdiri dari : 1 Memberikan sesuatu 2 Berbuat sesuatu dan 3 Tidak berbuat sesuatu Pasal 1234 KUH Perdata. Yang menjadi prestasipokok perjanjian adalah menyerahkan hak milik atas rumah itu dan menyerahkan uang harga dari pembelian rumah itu.

C. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian