Anak Luar Kawin Pengertian Anak dan Kedudukan Anak

2. Anak Luar Kawin

Anak luar kawin atau anak tidak sah terbagi dalam dua jenis yaitu anak yang lahir dari ayah dan ibu dimana ibu terdapat larangan kawin disebut anak luar kawin dalam arti sempit, dan anak yang lahir dari ayah dan ibu yang dilarang untuk kawin disebut anak zinah dan anak sumbang. Tan Thong Kie menyebutnya dengan anak luar nikah. 113 Anak zinah adalah anak-anak yang dilahirkan dari hubungan luar nikah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dimana salah satu atau kedua- duanya terikat perkawinan dengan orang lain. Anak sumbang adalah anak-anak yang dilahirkan dari hubungan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, yang antara keduanya ada larangan menikah. Anak luar kawin dalam arti sempit adalah anak yang dilahirkan dari hasil hubungan antara seorang laki- laki dengan seorang perempuan, yang kedua-duanya tidak terikat perkawinan dengan orang lain dan tidak ada larangan menikah. 114 Anak luar kawin tidak mempunyai kedudukan yang sempurna seperti anak sah. Seorang anak yang dilahir di luar perkawinan yang sah dapat pula menjadi anak sah jika kedua orang tuanya menikah secara sah, tentang pengesahan ini tidak diatur dalam UU Perkawinan, akan tetapi didasarkan Pasal 66 UU Perkawinan, bagi mereka terhadap siapa berlaku KUH Perdata dapat diterapkan ketentuan KUH Perdata. Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya 113 Tan Thong Kie, Op.Cit., hal. 120 . 114 Ibid, hal. 121. Universitas Sumatera Utara mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. 115 Seorang anak diberikan status keperdataan yang jelas meskipun hanya dengan ibunya dan keluarga ibunya. Pengakuan seorang anak tidak menjadikan anak itu menjadi anak sah. Anak luar kawin dapat menjadi anak sah oleh perkawinan kedua orang tuanya atau perkawinan dari ayah dan ibunya. Pada asasnya tidak ada hubungan hukum antara luar kawin dengan “Ayah” biologisnya maupun “Ibunya”. Hubungan hukum itu baru ada, kalau Ayah danatau ibunya memberikan pengakuan. Tanpa pengakuan dari ayah danatau ibunya, pada asasnya anak itu bukan anak siapa-siapa; ia tidak mempunyai hubungan hukum dengan siapapun. 116 Hubungan hukum antara orang tua dengan anaknya yang sah, didasarkan atas dasarnya hubungan darah antara keduanya. Hubungan hukum anak luar kawin dengan ayah yang mengakuinya, didasarkan atas hubungan darah melalui suatu pengakuan. Menurut Pasal 280 KUH Perdata, anak luar kawin boleh diakui kecuali anak hasil overspel atau hasil perbuatan sumbang. Anak-anak sumbang hanya boleh diakui dalam akta perkawinan orang tuanya, apabila perkawinannya mendapat dispensasi dari Menteri Kehakiman. 117 Pengakuan anak luar kawin dibagi dalam 2 dua kelompok : 118 1 Pengakuan secara sukarela 115 Lihat Pasal 43 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tahun 1974 tentang Perkawinan 116 Aris Bintania, Op.Cit., , http:www.pdf-search-engine.com.html, Diakses April 2010. 117 Lihat Pasal 208 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 118 Aris Bintania, Op.Cit., , http:www.pdf-search-engine.com.html, Diakses April 2010. Universitas Sumatera Utara Pengakuan anak secara sukarela yaitu suatu pernyataan, yang mengandung pengakuan, bahwa yang bersangkutan adalah ayah atau ibu dari anak luar kawin yang diakuinya olehnya. Pengakuan ini menimbulkan perdata antara anak dengan bapak yang mengakuinya. Lebih lanjut dalam KUH Perdata, ibu juga harus mengakuinya supaya ada hubungan perdata dengan anaknya. Pengakuan yang dilakukan ayah harus dengan persetujuan ibu selama ibu masih hidup, sebagai jaminan bahwa pria tersebut adalah ayah yang membenihkan anaknya. Dalam KUH Perdata Belanda ketentuan mengenai pengakuan oleh ibu telah dicabut sehingga ibu dari anak tidak perlu pengakuan dan dengan sendirinya sudah timbul hubungan perdata antara ibu dan anak. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 43 UU Perkawinan. 119 Pengakuan anak luar kawin dapat dilakukan pada umur berapapun, bahkan berdasarkan Pasal 2 KUH Perdata, tidak tertutup kemungkinan untuk mengakui anak yang masih dalam kandungan. Mengakui seorang anak luar kawin dapat dilakukan kapan saja, bahkan pada waktu anak luar kawin tersebut tidak meninggal dunia. 120 Akibat dari pengakuan anak adalah dengan pengakuan ayah terhadap anak, timbul hubungan perdata antara ayah dan anak yang diakui dan anak 119 Lihat Pasal 43 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 120 Lihat Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara tersebut berhak menggunakan nama keluarga ayah; terhadap keluarga ayah, bahwa pengakuan tersebut tidak berpengaruh terhadap keluarga ayah. 121 Ada 3 tiga cara untuk mengakui anak luar kawin secara sukarela yaitu : 1 Di dalam akta kelahiran anak yang bersangkutan 2 Di dalam akta perkawinan 3 Di dalam akta otentik Pengakuan anak luar kawin baru sah, apabila diberikan dihadapan seorang Notaris atau Pegawai Catatan Sipil. Kedua pejabat tersebut adalah pejabat umum yang diberikan kewenangan khusus untuk membuat akta tersebut. akta otentik yang bersangkutan yang dibuat dihadapan Notaris harus semata-mata muatan pengakuan anak luar kawin. 122 Pengakuan anak luar kawin yang diberikan dalam akta perkawinan dari ayah dan ibu anak luar kawin, maksudnya bahwa laki-laki dan perempuan yang semula mengadakan hubungan di luar nikah dan menghasilkan anak, kemudian memutuskan untuk menikah secarah sah dan sekaligus mengakui anak luar kawinnya. Pengakuan anak luar kawin yang dilakukan dengan akta yang dibuat oleh Pegawai Catatan Sipil dibukukan dalam register kelahiran menurut hari penanggulangannya. Pengakuan ini harus dicatat dalam akta kelahiran. 2 Pengakuan secara terpaksa 121 Tan Thong Kie, Op.Cit., hal.123 122 Ibid. Universitas Sumatera Utara Pengakuan terhadap anak luar kawin berakibat lahirnya hubungan hukum dengan mengakuinya yaitu lahirnya hubungan hukum antara yang mengakui dengan yang diakui, 123 selanjutnya mendapat status sebagai “Anak Luar Kawin yang Diakui”. Serta adanya akibat hukum yang sangat terbatas dengan keluarga pihak yang mengakuinya, dimana hubungan hukum itu terbatas sekali, yaitu hanya antara yang mengakkui dan anak yang diakui saja. Pihak-pihak yang boleh mengakui anak luar kawin adalah : 124 a. Pengakuan oleh ibunya Pengakuan oleh ibunya dilakukan agar ada hubungan keperdataan antara anak luar kawin dengan ibunya. Tanpa pengakuan, tidak ada hubungan perdata antara anak dengan ibu, berarti bahwa menurut undang- undang anak itu tidak mempunyai ibu dan bukan anak ibunya. Walaupun dalam akta kelahiran dicantumkan nama ibunya tetapi ibu tidak wajib memeliharanya. Namun, berdasarkan Pasal 43 UU Perkawinan pengakuan oleh ibu tidak diperlukan lagi, karena anak luar kawin telah mempunyai hubungan keperdataan dengan ibunya. b. Pengakuan oleh bapaknya Pengakuan oleh bapaknya dapat dilakukan apabila anak sudah dewasa, atau telah mencapai umur 19 tahun atau belum berumur 19 tahun tetapi sudah kawin. Apabila ibu anak tersebut masih hidup, pengakuan oleh bapak 123 Lihat Pasal 280 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 124 Hasil Wawancara dengan Drs. Hofifulloh, S.H., Hakim Pengadilan Negeri Klas IA Medan April 2010. Universitas Sumatera Utara harus disetujui oleh ibunya, karena ibunya yang mengetahui siapa bapak anak tersebut. Pengakuan harus dilakukan secara otentik dan tegas. Pengakuan anak luar kawin dapat bersifat deklaratif, bahwa pengakuan hanya merupakan sarana bukti saja dan hubungan kekeluargaan sebenarnya sudah ada, atau pengakuan bersifat konstitutif, bahwa seseorang menerima kedudukan sebagai ayahibu atas anak yang diakuinya maka dengan pengakuan itu baru tercipta hubungan kekeluargaan antara yang mengakui dengan yang diakui. Selain pengakuan anak juga dikenal adanya pengesahan anak. Pengesahan anak diatur dalam Bagian ke 2, Bab XII, Buku I KUH Perdata. Didasarkan Pasal 272 KUH Perdata dijelaskan bahwa “Kecuali anak-anak yang dibenihkan dalam zinah atau dalam sumbang, tiap-tiap anak yang diperbuahkan di luar perkawinan, dengan kemudian kawinnya bapak atau ibunya, akan menjadi sah, apabila kedua orang tua itu sebelum kawin telah mengakuinya menurut ketentuan undang-undang atau, apabila pengakuan itu dilakukan dalam akta perkawinan sendiri.” 125 Syarat-syarat pengesahan anak luar kawin berdasarkan Pasal 272 KUH Perdata adalah syarat pertama yaitu pengakuan. Pengakuan dapat dilakukan sebelum kedua orang tuanya menikah, atau pada saat pernikahan itu dilangsungkan. Dalam hal dilakukan pada saat perkawinan kedua orang tuanya, maka pengakuan itu sekaligus dicatat dalam akta nikah yang bersangkutan. 125 Lihat Pasal 272 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara Pengesahan itu perlu ditindaklanjuti oleh yang berkepentingan dengan permintaan agar pengesahan itu dicatat di pinggir minuta akta kelahiran anak yang bersangkutan. Syarat kedua adalah bapak yang mengakui anak luar kawinnya menikah dengan perempuan yang melahirkan anak tersebut. tanpa dipenuhinya syarat yang kedua ini, maka pengakuan yang sebelumnya sudah diberikan oleh bapak, tidak akan mengubah status anak menjadi anak yang disahkan. Perubahan sifat pengesahan terjadi saat perkawinan orang tua anak itu dilangsungkan. Pengakuan yang diberikan pada saat kedua orang tuanya menikah maka dengan pernikahan kedua orang tua tersebut, pengakuan langsung berubah dan mempunyai akibat sebagai suatu pengesahan. Pengesahan terjadi secara sendirinya demi hukum apabila dipenuhi syarat-syarat yang disebutkan dalam Pasal 272 KUH Perdata. Cara-cara pengesahan seorang anak luar kawin dapat dilakukan dengan cara : 126 a. Pengakuan disertai dengan perkawinan dari orang tua anak luar kawin; b. Melalui suatu pengesahan presiden. Pasal 274 KUH Perdata menegaskan bahwa pasal ini diadakan untuk menampung kebutuhan pengesahan anak luar kawin yang orang tuanya lupa melakukan pengakuan sebelum menikah atau di dalam akta nikah mereka; 126 Tan Thong Kie, Op.Cit., hal.124-125 Universitas Sumatera Utara c. Surat permohonan yang ditujukan kepada Presiden oleh kedua orang tua anak luar kawin. Pengesahan tidak berlaku mundur sejak saat anak yang disahkan dilahirkan, tetapi hanya sampai saat perkawinan kedua orang tua dilangsungkan. Akibat hukum dari pengesahan adalah kedudukan anak yang disahkan adalah sama dengan anak sah. Namun ada pengecualiannya yaitu dalam Pasal 278 KUH Perdata bahwa anak-anak yang disahkan tidak boleh merugikan anak-anak sah dan keluarga sedarah dari pewaris dalam pewarisan. Hubungan antara anak dengan orang tuanya, yaitu anak yang lahir diluar perkawinan dalam Hukum Islam, hanya mempunyai hubungan nasab perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Agar seorang anak diangap anak sah dari suami ibunya, maka harus lahir sekurang-kurangnya enam bulan sesudah pernikahan atau di dalam tenggang masa iddah 4 bulan dan 1- hari sesudah perkawinanya putus. Seorang anak yang lahir dalam tenggang waktu 6 bulan setelah pernikahan atau setelah perkawinannya putus adalah anak tidak sah artinya tersebut tidak mempunyai hubungan dengan ayahnya, tetapi anak tersebut tetap mempunyai hubungan dengan ibu yang melahirkan. 127 Pengakuan terhadap anak luar kawin oleh ibunya, dalam Hukum Islam tidak diperlukan, karena hubungan antara ibu dan anak tercipta dengan sendirinya sedangkan terhadap ayahnya sama sekali tidak ada hubungan hukum. 127 Hasil Wawancara dengan Drs. Hafifulloh, S.H. Hakim Pengadilan Negeri Klas IA Medan April 2010. Universitas Sumatera Utara

B. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

Dokumen yang terkait

Pembatalan Perkawinan Menurut Undang-Undang NO. 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Pada Pengadilan Agama Medan)

3 123 72

Fungsi Pencatatan Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (Studi Kasus di Pengadilan Agama Medan)

0 31 131

Undang Undang Nomor I Tahun 1974 dan kaitannya dengan perkawinan antar orang yang berlainan agama: studi tentang praktek pelaksanaannya di DKI Jakarta

0 5 91

Pembatalan Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Semarang)

0 18 159

Perkawinan Dibawah Umur Menurut Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan (studi di Pengadilan Agama Klaten)

0 9 183

Akibat Pembatalan Perkawinan Karena Adanya Pemalsuan Identitas dan Kaitannya Dengan Kedudukan Anak Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Studi Pada Pengadilan Agama Medan Kelas-IA)

3 26 124

AKIBAT HUKUM DAN SOSIAL TERHADAP PEMBATALAN PERKAWINAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 ( Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta ).

0 0 16

ANALISIS YURIDIS PERCERAIAN TANPA PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MENURUT HUKUM ISLAM DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

0 1 12

Akibat Hukum Adanya pembatalan perkawinan kedua yang perkawinannya tanpa izin istri pertama yang dilangsungkan menurut Hukum Agama berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

1 1 1

PERBANDINGAN HUKUM TENTANG AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.

0 0 12