b. Wawancara
29
dengan menggunakan pedoman wawancara interview quide
30
. Wawancara dilakukan terhadap responden dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara ini
dilakukan dengan cara terarah maupun wawancara bebas dan mendalam depth interview.
6. Analisis Data
Dalam analisis data dilakukan penyusunan data primer dan data sekunder secara sistematis. Selanjutnya data primer dan data sekunder yang telah disusun
secara sistematis dianalisis dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan
membandingkan sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam
tesis ini sehingga diperoleh kesimpulan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis data akan dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan kalimat yang sistematis untuk
menmperoleh kesimpulan jawaban yang jelas dan benar.
29
Herman Warsito, Loc.cit, yang menyatakan wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu pewawancara interviewer, responden interview informasi dalam wawancara, yaitu pewawancara interviewer,
responden interview pedoman wawancara, dan situasi wawancara.
30
Ibid, hal. 73. Menyatakan pedoman wawancara yang digunakan pewawancara, menguraikan masalah penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan.
Isi pertanyaan yang peka dan tidak menghambat jalannya wawancara.
Universitas Sumatera Utara
BAB II FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TUNTUTAN PEMBATALAN
PERKAWINAN POLIGAMI TANPA IZIN
A. Perkawinan Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
Perkawinan dalam
bahasa Indonesia,
berasal dari kata kawin, yang kemudian diberi imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”. Istilah sama dengan kata kawin
ialah nikah, apabila diberi imbuhan awalan “per” dan akhiran “an” menjadi pernikahan. Perkawinan atau pernikahan diartikan sebagai perjanjian antara laki-
laki dan perempuan bersuami isteri.
31
Menurut bahasa Arab kawin disebut dengan al-nikah.
32
Al-nikah yang bermakna al-wathi’ dan al-dammu wa al-tadakhul, terkadang juga disebut dengan
al-dammu wa al-jam’u atau ibarat ‘an al-wath wa al-‘aqd yang bermakna bersetubuh, berkumpul dan akad.
33
Istilah nikah yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia, sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi
berarti kata nikah mempunyai dua makna, yaitu perjanjianakad dan bersetubuhberkumpul.
Perkawinan merupakan
akad atau perjanjian, namun demikian bukan berarti bahwa perjanjian ini sama artinya dengan perjanjian biasa yang diatur dalam Buku
31
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994, hal. 453.
32
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara Penterjemah pentafsiran Al-Qur’an, Jakarta, 1973, hlm. 468.
33
Amiur Nuruddin Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dan Fikih, UU No. 11974 Sampai KHI, Prenada Media,
Jakarta, 2004, hal. 38.
35
Universitas Sumatera Utara