Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

B. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

Pada hakikatnya anak berhak diasuh oleh orang tuanya karena orang tua yang paling bertanggungjawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua pula yang memiliki ikatan batin yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun. Ikatan ini yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak sampai dewasa. Keluarga sebagai kelompok inti dalam masyarakat dan sebagai lingkungan alami bagi pertumbuhan dan kesejahteraan seluruh anggotanya terutama anak-anak harus diberi perlindungan dan bantuan yang dibutuhkan agar dapat memiliki sepenuhnya tanggung jawabnya dalam masyarakat. Seorang anak demi pengembangan pribadinya secara utuh dan harmonis harus dibesarkan dalam lingkungan keluarga, dalam suasana kebahagiaan, kasih sayang dan pengertian. Persoalan hukum antara orang tua dengan anak memperlihatkan hubungan tertentu dengan berbagai masalah. Masalah keturunan antara orang tua dengan anak merupakan soal ketertiban umum di dalam hukum kekeluargaan. 128 Mengenai hak orang tua didasarkan Pasal 46 UU Perkawinan dijelaskan bahwa anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka dengan baik dan jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara orang tua menurut kemampuannya. Tanggungjawab orang tua terhadap anak diatur dalam hukum positif Indonesia. Pasal 45 UU Perkawinan menjelaskan bahwa : 128 Hasil Wawancara dengan Drs. Hafifulloh, S.H. Hakim Pengadilan Negeri Klas IA Medan April 2010. Universitas Sumatera Utara 1 Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. 2 Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku sampai saat itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Kewajiban orang tua terhadap anak tetap berlangsung walaupun perkawinan kedua orang tua putus karena perceraian, hal ini ditegaskan dalam Pasal 41 UU Perkawinan, yaitu : Akibat putunya perkawinan karena perceraian adalah a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak- anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak pengadilan memberikan keputusannya; b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan danatau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri. Didasarkan Pasal 48 UU Perkawinan dijelaskan pula mengenai hubungan orang tua dengan anak bahwa orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 delapan belas tahun atau belum melangsungkan perkawinan kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya. 129 Kewajiban orang tua untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya sampai mereka kawin dan dapat berdiri sendiri, hal mana berarti pula bahwa walaupun 129 Lihat Pasal 48 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Universitas Sumatera Utara anak sudah kawin jika kenyataanya belum dapat berdiri sendiri masih tetap merupakan kewajiban orang tua untuk memelihara anaknya. Hal ini berbeda dengan ketentuan dalam KUH Perdata bahwa kewajiban orang tua terhadap anak hanya sampai anak berusia 21 tahun. KUH Perdata mengatur bahwa kewajiban orang tua bukan hanya sampai anak dewasa berumur 21 tahun tetapi sampai mereka mampu untuk berdiri sendiri walaupun ikatan perkawinan orang tuanya putus. Terhadap anak-anak yang belum dewasa oleh Pengadilan harus ditentukan kepada siapa dari bekas suami atau isteri anak-anak itu harus ikut. Apabila pihak yang diserahi anak itu tidak mampu memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak, maka menurut Pasal 230 KUH Perdata, Hakim dapat menentukan sejumlah uang yang harus diberikan oleh pihak lain untuk turut membayar biaya pemeliharaan dan pendidikan anak-anak tersebut. 130 Hukum Adat memandang hubungan orang tua dengan anak dipengaruhi oleh susunan kekerabatan masyarakat atas asas keturunan yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan yaitu patrilinea, matrilineal dan parental. Kedudukan suami isteri sebagai orang tua dilihat apakah suami isteri berkedudukan sebagai kepala keluarga rumah tangga dan atau ibu rumah tangga dari satu rumah saja atau sebagai kepala rumah tangga dan atau ibu rumah tangga 130 Lihat Pasal 230 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara dari satu rumah besar yang merupakan satu kesatuan dari beberapa rumah yang seketurunan. 131 Hubungan orang tua dengan anak dalam Hukum Adat mempunyai akibat adanya larangan perkawinan antara anak dengan orang tuanya, adanya kewajiban orang tua untuk mengurus anak-anaknya, dan pada perkawinan anak perempuan, ayah menjadi wali. Hukum adat memandang setelah terjadinya perkawinan, maka suami isteri bertanggung jawab untuk tidak saja mengurus, memelihara dan mendidik sebaik- baiknya anak kandung maupun bukan anak kandung termasuk kemenakan yang menjadi tanggung jawab suami isteri, sebagaimana berlaku di lingkungan masyarakat berdasarkan struktur kekerabatan masing-masing daerah. Hukum Adat tidak mengenal lembaga pencabutan kekuasaan orang tua terhadap anak-anak, oleh karena itu menurut hukum adat yang berlaku pada masing-masing masyarakat kekerabatan sudah ada ketentuannya. Walaupun ada orang tua yang melalaikan kewajibannya terhadap anak-anaknya, maka tanggung jawab dengan sendirinya beralih kepada paman-paman, saudara laki-laki dari ayah. Kewajiban orang tua dalam memelihara dan mendidik anak-anaknya tidak hanya terbatas sampai anak kawin dan dapat hidup mandiri tetapi juga meskipun anak-anaknya sudah kawin tetapi diberikan bimbingan dan pengawasan orang tua 131 Hasil Wawancara dengan Drs. Hafifulloh, S.H. Hakim Pengadilan Negeri Klas IA Medan April 2010. Universitas Sumatera Utara dan kerabat kedua pihak. Dalam Hukum Adat hak dan kewajiban suami istri sebagai orang tua adalah seimbang menurut kedudukan dan tanggung jawabnya masing-masing dalam keluarga. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengenai kewajiban dan tanggung jawab orang tua diatur dalam Pasal 26, yaitu : 1 Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk : a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. b. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak 2 Dalam hal orang tua tidak ada, ada tidak diketahui keberadaanya, atau karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, maka kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewajiban orang tua untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak tetap ada meskipun perkawinan kedua orang tuanya putus. Hal ini ditegaskan dalam undang-undang. Walaupun dalam hal pembatalan perkawinan mengenai kewajiban orang tua terhadap anak tidak diatur dalam undang-undang, sehingga ada salah satu orang tua yang melepaskan kewajibannya terhadap anaknya. 132 Selain itu dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 juga dikenal adanya kuasa asuh, yaitu kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik, memelihara, membina, melindungi dan menumbuh kembangkan anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan kemampuan, bakat serta minatnya. 132 Hasil Wawancara dengan Drs. Hafifulloh, S.H. Hakim Pengadilan Negeri Klas IA Medan April 2010. Universitas Sumatera Utara Ketentuan yang mengatur tentang kekuasaan orang tua terdapat dalam Pasal 47 UU Perkawinan, yang menjelaskan bahwa : a. Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka 133 tidak dicabut kekuasaanya. b. Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum didalam dan di luar pengadilan. Didasarkan Pasal 49 UU Perkawinan mengenai pencabutan kekuasan orang tua, dimana apabila salah seorang atau kedua orang tua dicabut kekuasaanya terhadap seorang anak atau lebih untuk waktu tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang, dengan keputusan pengadilan dalam hal-hal ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya atau ia berkelakuan buruk sekali. Orang tua wajib memberi biaya pemeliharaan kepada anak-anak mereka meskipun dicabut dari kekuasaanya. Ayah atau ibu yang melaksanakan kekuasaan orang tua dapat dibebaskan dari kekuasaan orang tua terhadap anak bila ternyata dia tidak cakap atau tidak mampu memenuhi kewajiban untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya dan kepentingan anak-anak itu tidak bertentangan dengan pembebasan itu berdasarkan hal yang lain. 133 Lihat Pasal 48 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Universitas Sumatera Utara Jika hakim menganggap perlu untuk kepentingan anak-anak masing- masing dari orang tua, sejauh belum hilang kekuasaan orang tua, boleh dipecat dari kekuasaan orang tua, baik terhadap semua anak maupun terhadap seorang anak atau lebih, atas permintaan orang tua yang lainnya atau salah seorang keluarga sedarah atau semenda dari anak-anak itu sampai dengan derajat keempat atau dewan perwakilan, atau kejaksaan atas dasar, diantaranya adalah : 1 Menyalahgunakan kekuasaan orang tua atau terlalu mengabaikan kewajiban dan mendidik seorang anak atau lebih. 2 Berkelakukan buruk. 3 Dijatuhkan hukum yang tidak dapat ditarik kembali karena sengaja ikut serta dalam suatu kejahatan dengan seorang anak di bawah umur yang ada dalam kekuasaanya. 134 Meskipun orang tua dicabut kekuasaanya, mereka masih tetap berkewajiban untuk memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut. pengaturan kekuasaan orang tua di dalam UU Perkawinan, tidak sejauh apa yang diatur dalam KUH Perdata. KUH Perdata menjelaskan bahwa selama perkawinan bapak dan ibu, setiap anak sampai mereka dewasa tetap bernaung dibawah kekuasaan mereka, sejauh mereka tidak dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang tua. Setiap pemangku kekuasaan orang tua terhadap anak yang belum dewasa harus 134 Tan Thong Kie, Op.Cit., hal.127. Universitas Sumatera Utara mengurus barang-barang anak itu dan tidak boleh memindahtangankan barang- barang anak-anaknya yang belum dewasa melainkan dengan mengindahkan aturan tentang pemindahan tangan barang-barang kepunyaan anak-anak yang belum dewasa. Prinsip kekuasaan orang tua menurut Hukum Perdata kekuasaan selama perkawinan kedua orang tua seorang anak masih berlangsung, dan kekuasaan orang tua ini akan berakhir apabila : a. Anak telah dewasa atau telah mencapai umur dewasa b. Anak yang bersangkutan meninggal dunia c. Perkawinan kedua orang tuanya berakhir d. Kedua orang tua dipecat Tidak patut dan tidak mau untuk memenuhi kewajiban memelihara anak e. Kedua orang tua dibebaskan tidak cakap dan tidak mampu untuk mendidik anak f. Seorang tua dipecat dan yang lain dibebaskan. 135 Lingkungan masyarakat adat pada umumnya mengatur bahwa semua anak yang belum dewasa ataupun yang sudah dewasa, belum kawin atau sudah kawin, kesemuanya berada di bawah pengaruh kekuasaan orang tua dan keluarga atau kerabat menurut susunan kemasyarakatan adat dan bentuk perkawinan yang dilakukan orang tuanya. Hukum Adat tidak mengenal lembaga pencabutan kekuasaan orang tua terhadap anaknya, oleh karena itu menurut Hukum Adat yang berlaku pada masing-masing masyarakat kekerabatan sudah ada ketentuanya. Walaupun ada orang tua yang melalaikan 135 Ibid. Universitas Sumatera Utara kewajibannya terhadap anak-anaknya atau karena ia berkelakuan buruk, maka tanggung jawab akan dengan sendirinya beralih kepada orang tua lain menurut urutan kedudukan orang tua dan hubungan kekerabatan yang bersangkutan. Pemeliharaan anak diatur dalam Pasal 98 Kompilasi Hukum Islam, yaitu : 1 Batas usia aka yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak cacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan. 2 Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan. 3 Pengadilan Agama dapat menunjuk salah seorang kerabat terdekat yang mampu menunaikan kewajiban tersebut apabila kedua orang tuanya tidak mampu. 136 Didasarkan Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam, mengatur tentang hak pemeliharaan anak atau Hadhanah, yang menjelaskan bahwa : b. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya; c. Pemeliharaan anak yang mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memelihara diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaanya; d. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. 137 136 Lihat Pasal 98 Inpres No 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam 137 Lihat Pasal 105 Inpres No 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam Universitas Sumatera Utara Penguasaan orang tua dalam Kompilasi Hukum Islam dibedakan antara : 1 Hadhanah yaitu memelihara orangnya anaknya yang belum dewasa, hal mana meliputi pemeliharaan fisiknya, pemberian tempat kediaman, pemberian pendidikan. 2 Wilayatal mal, memelihara harta benda si anak dan kepentingan- kepentingan si anak yang berhubungan dengan kekayaan tersebut. Hadhanah pada hakekatnya dilakukan oleh kedua orang tua bersama, kecuali apabila perkawinan mereka putus, maka dalam hal ini ibunyalah yang memegang kuasa sampai anak tersebut mumayyiz artinya sudah dapat memilih ikut ayah atau ibunya. Kekuasaan wilayatal mal berlangsung sampai anak dapat dikatakan rasyid yaitu telah mampu untuk mengurus sendiri kekayaanya, dan seorang anak dikatakan rasyid, apabila sudah baligh atau usia 15 tahun. 138 Hukum Islam menegaskan tentang terpeliharanya keturunan dengan baik dan terang diketahui anak kerabat, tetanga, dilarang terjadi perkawinan diam- diam dan setiap anak harus kenal siap bapak dan ibunya. Ketika anak masih kecil ia dijaga dan dipelihara oleh ayah dan ibunya. Ketika anak telah dewasa, dimana orang tuanya sudah lemah dan tidak mampu, ia wajib mengurus dan memelihara orang tuanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Hanafi bahwa anak yang belum dewasa dan masih menuntut ilmu pengetahuan wajib 138 Hasil Wawancara dengan Dra. Harmala Harahap, S.H., Hakim Pengadilan Negeri Klas IA Medan, April 2010. Universitas Sumatera Utara mendapatkan nafkah dari orang tuanya, dan sebaliknya anak yang sudah dewasa dan mampu wajib memberi nafkah kepada orang tuanya yang tidak mampu.

C. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak yang Lahir Dari Perkawinan

Dokumen yang terkait

Pembatalan Perkawinan Menurut Undang-Undang NO. 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Pada Pengadilan Agama Medan)

3 123 72

Fungsi Pencatatan Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (Studi Kasus di Pengadilan Agama Medan)

0 31 131

Undang Undang Nomor I Tahun 1974 dan kaitannya dengan perkawinan antar orang yang berlainan agama: studi tentang praktek pelaksanaannya di DKI Jakarta

0 5 91

Pembatalan Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Semarang)

0 18 159

Perkawinan Dibawah Umur Menurut Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan (studi di Pengadilan Agama Klaten)

0 9 183

Akibat Pembatalan Perkawinan Karena Adanya Pemalsuan Identitas dan Kaitannya Dengan Kedudukan Anak Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Studi Pada Pengadilan Agama Medan Kelas-IA)

3 26 124

AKIBAT HUKUM DAN SOSIAL TERHADAP PEMBATALAN PERKAWINAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 ( Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta ).

0 0 16

ANALISIS YURIDIS PERCERAIAN TANPA PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MENURUT HUKUM ISLAM DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

0 1 12

Akibat Hukum Adanya pembatalan perkawinan kedua yang perkawinannya tanpa izin istri pertama yang dilangsungkan menurut Hukum Agama berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

1 1 1

PERBANDINGAN HUKUM TENTANG AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.

0 0 12