lainnya. Selama vulkanisasi untuk membentuk karet yang dapat larut pada garam, yang mana pada gilirannya bereaksi dengan bahan pencepat Akiba Hashim, 1997.
2.4. Formulasi Lateks Karet Alam
Sebelum mengalami proses vulkanisasi, lateks karet alam dan sejumlah bahan kompon terlebih dahulu mengalami proses pencampuran mixing sehingga
membentuk suatu formulasi lateks. Pencampuran yang melibatkan bahan dasar yaitu : 1.
Lateks HA 60 2.
Bahan penyambung silang seperti dispersi sulfur 3.
Pengaktif pencepat accelator activator seperti dispersi ZnO 4.
Pencepat reaksi sambung silang accelator seperti dispersi ZDBC 5.
Penahan degradasi sifat-sifat karet antidegradant seperti dispersi wingstay. 6.
Bahan pengisi filler dispersi kalsium karbonat atau dispersi kulit kerang. Semua bahan pravulkanisasi ini di stirer selama 2 jam dan dilakukan pemanasan pada
suhu 70 C maka diperoleh formulasi latex yang siap untuk di vulkanisasi dengan
suhu 100 C selama waktu 30 menit.
2.5. Proses Pencelupan
Proses pencelupan merupakan suau teknik yang menghasilkan barang dari lateks yang dilakukan dengan mencelup suatu pembentuk, yang telah dibersihkan ke dalam
formulasi lateks, semasa pembentuk dicelupkan di dalam formulasi lateks, partikel- partikel lateks yang bersentuhan dengan permukaan pembentuk mengalami proses
Universitas Sumatera Utara
penghilang kestabilan dan membentuk suatu lapisan atau film, dimana film yang terbentuk mempunyai bentuk yang sama dengan pembentuk cetakan yang
dicelupkan ke dalam formulasi lateks tersebut dan apabila film ini dikeringkan produk lateks akan terhasil. Dalam industri, teknik pencelupan ini selalu digunakan
untuk menghasilkan produk yang tipis dan berongga seperti sarung tangan, balon dan lain-lain. Teknik pencelupan terdiri dari tiga cara yaitu :
1. Pencelupan terus straight dipping
2. Pencelupan berkoagulan coagulant dipping
3. Pencelupan pengaktifan panas heat sensitized dipping Blackley, 1966
Pencelupan berkoagulan merupakan teknik pencelupan yang digunakan untuk menghasilkan produk yang mempunyai ketebalan sederhana yaitu 0,2 – 0,8 mm.
Contoh produk yang mempunyai ketebalan ini adalah sarung tangan. Pencelupan berkoagulan pada umumnya dapat dibagi atas dua jenis yaitu :
1. Pencelupan berkoagulan basah
2. Pencelupan berkoagulan kering
Pencelupan berkoagulan basah ialah teknik pencelupan dimana pembentuk dilapisi oleh koagulan dicelupkan ke dalam formulasi lateks semasa koagulan itu masih
basah. Contoh koagulan yang digunakan dalam pencelupan berkoagulan basah asam asetat.
Pencelupan berkoagulan kering pembentukan dimasukkan ke dalam formulasi lateks selepas koagulan yang meliputi pembentukan dikeringkan dahulu. Contoh koagulan
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan dalam pencelupan berkoagulan kering ialah kalsium nitrat. Pencelupan berkoaglan kering lebih sering digunakan dari pada pencelupan
berkoagulan basah. Keburukan dari koagulan basah ini sering menetes ke dalam tangki lateks
menyebabkan penghilang kestabilan lateks terjadi di dalam tangki lateks dan partikel kecil karet akan terhasil. Tangki lateks yang berisi partikel kecil karet tidak dapat
digunakan untuk menghasilkan produk, karena partikel kecil karet ini akan melekat pada permukaan produk dan mengakibatkan kecacatan Hamidah Harahap, et al,
2006. Ketebalan untuk film yang dihasilkan dengan teknik pencelupan berkoagulan
tergantung pada masa rendaman dwell time, kepekatan koagulan dan juga jumlah kandungan padatan lateks TSC lateks karet alam yang digunakan. Peningkatan nilai
faktor-faktor di atas akan meningkatkan ketebalan film yang terhasil Baharin, 2000.
2.6. Kerang Kipas