Kapur chalk terdiri dari sisa makhluk kecil coccolitk yang terletak dalam dasar lautan, dapat digunakan sebagai extender berbiaya rendah dan biasanya tidak
berhubungan dengan penguatan. Kalsium karbonat sebagai filler semi pengkuat, pemberian produk dengan biaya
rendah, tampilan yang baik dengan resiliensi yang agak tinggi dan daya rentang dan dapat digunakan dalam produksi Partington, 1961.
2.8. Karakterisasi Produk Latex Film
Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa campuran polimer. Karakterisasi yang dilakukan adalah swelling index, uji tarik, spektroskopy, FTIR
dan Scaning Elektron Microscoft SEM.
2.8.1. Uji Swelling Index
Uji Swelling ASTM 3615 adalah dilakukan dengan memotong film latex sampel karet yang dibentuk secara bulat diameter 38 mm dan ketebalan 0,2 mm
dengan metode perendaman dalam cyclohexana pada suhu kamar selama 30 menit untuk memungkinkan pengembangan guna mencapai kesetimbangan difusi.
Kemudian permukaan sample yang mengembang dihitung dengan menggunakan kertas grafik dan rasio pengembangan di definisikan sebagai:
Swelling Indek = Wi
Ws
Universitas Sumatera Utara
Dimana Ws dan Wi adalah berat dari benda uji sebelum mengembang dan setelah perendaman selama waktu “t”. Rasio ini tentu merupakan ukuran langsung dari
tingkat hubungan silang. Berat sample benda uji sebelum mengembang 38 mm Maged S, Sob 2003.
2.8.2. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer yang terpenting dan sering digunakan untuk karakteristik suatu bahan polimer. Kekuatan
tarik suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum F
maks
yang digunakan untuk memutuskan spesimenya bahan dibagi dengan luas penampang awal
Ao Wirjosentono, B. 1995. σ =
Ao F
maks
…………………………………………………. 2.1 Dimana :
σ = kekuatan tarik kg. fmm
2
F
maks
= beban maximum kgf Ao
= luas penampang awal mm
2
Bila suatu bahan dikenakan beban tarik yang disebut tegangan gaya persatuan luas, maka bahan akan mengalami perpanjangan regangan. Kurva tegangan terhadap
regangan merupakan gambaran karakteristik dan sifat mekanik suatu bahan. Untuk
Universitas Sumatera Utara
31 bahan poli isoprena bentuk kurva tegangan-regangan terlihat pada gambar 5 di bawah
ini.
Gambar 2.6. Kurva tegangan-regangan bahan poli-isoprena
Pada kurva di atas ada juga tahapan proses yang terjadi tahap pertama sampai titik A, kenaikan regangan bahan polimer berbanding lurus dengan tegangan, bila
tegangan dilepaskan specimen bahan akan kembali pada bentuk semula bahan bersifat elastis. Bila regangan diperbesar melampaui beban maksimum
σ molekul
bahan akan mengalami orientasi ke arah tarikan dan akan mengalami perubahan regangan yang besar. Sampai titik B, semua molekul sudah terorientasi secara
teratur dan membentuk struktur kristalin yang lebih kuat. Pertambahan regangan menjadi lebih kecil dan tegangan akan naik drastis sampai bahan terputus pada titik C
dengan besar tegangan = σ
t
. Daerah antara titik A dan C disebut daerah plastis, bila bahan tidak bersifat plastis maka specimen bahan akan terputus setelah titik A.
Di samping kekuatan tarik σ sifat mekanik bahan yang lain juga dapat diamati dan
sifat kemulurannya ε yang didefenisikan sebagai :
y y
y
A B
C
Kekuatan tarik akhir
Kemuluran Kemuluran
pada yield Tegangan
pada yield
Regangan C T
ega nga
n σ
Universitas Sumatera Utara
100 x
lo lo
lf −
ε = …………………………………………….. 2.2
dimana : ε
= dalam lf, lo = panjang specimen setelah dan sebelum diberi tegangan mm
Wirjosentono, 1995
2.8.3. Spektroskopi infra merah Fourier Transform FT-IR