16.8 20.5 19.1 5 phr 7.5 phr phr 7.5 phr phr Kulit kerang Analisis FTIR

Kekuatan tarik menurun dapat berkaitan dengan pembetukan agregat yang besar agglomerate dari partikel filler untuk membentuk domain seperti benda asing, yang berkaitan dengan ukuran partikel agglomerate rata-rata yang lebih banyak. Apabila pengisi ditambahkan dalam formulasi lateks karet alam ini akan terselip di antara partikel-partikel getah, maka pemadatan dan penyusunan rantai akan tersekat karet. Apabila daya regangan diberikan kehadiran rantai-rantai karet akan mengkristal secara tersendiri dan akan berkurang apabila daya regangan diberikan. Kekurangan pengkristalan ini dalam struktur rantai karet menyebabkan kekuatan tariknya berkurang Maged. S, S, 2003. Pada penambahan pengisi kalsium karbonat kekuatan tariknya menurun dengan bertambahnya bahan pengisi.

10.9 16.8

17.3 20.5

15.5 19.1

10.5 5

10 15 20 25 Tanpa Bahan Pengisi

2.5 phr 7.5 phr

12.5 phr

Kulit Kerang Kalsium Karbonat Tanpa bahan Pengisi K ekua ta n t ari k M pa Variasi Bahan Pengisi Grafik 4.2. Kekuatan Tarik bahan pengisi kulit kerang,kalsium karbonat dan tanpa bahan pengisi Universitas Sumatera Utara

4.2.1. Perpanjangan Putus

Perpanjangan putus adalah total perpanjangan pada potongan uji pada waktu putus, ini diukur oleh penambahan dalam jarak antara dua garis yang ditempatkan dalam potongan uji sebelum proses pemotongan dimulai Polumin, 1962. Harga perpanjangan putus dapat dihitung dengan rumus : Perpanjangan putus = 100 x Lo Lo L − Untuk sampel yang diuji mempunyai panjang mula-mula 50 mm dan pada saat putus 540 mm, maka harga perpanjangan putus. Perpanjangan putus = 100 50 50 540 x mm mm mm − = 980 Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh bahan pengisi kulit kerang dan pengisi kalsium karbonat terhadap pemanjangan pada saat putus ditunjukkan pada gambar 4.5. Nilai perpanjangan saat putus menurun dengan peningkatan kandungan filler yang diberikan pada campuran latex karet alam. Pada waktu pengisi ditingkatkan berlaku interaksi kimia antara fasa yang menyebabkan rantai susah bergerak dan menjadi bertambah kaku Bucche ; 1958. Penurunan ini erat kaitannya dengan kepadatan sambung silang yang terjadi yang dapat menyebabkan mobilitas dari rantai molekul karet menjadi lebih tertahan. Ketertahanan mobilitas pergerakan rantai molekul karet ini akan menyebabkan vulkanisat karet menjadi putus Ahmad. A. Universitas Sumatera Utara 980 940 910 870 810 740 720 200 400 600 800 1000 Tanpa Bahan Pengisi

2.5 phr 7.5 phr

12.5 phr Kulit kerang

Kalsium karbonat Tanpa Bahan Pengisi P er p anj anga n P ut u s Variasi Bahan Pengisi 2004. Pada pengisi kulit kerang dimana perpanjangan putus terjadi pada 740 dan pada pengisi kalsium karbonat sebesar 720. Grafik 4.3. Perpanjangan Putus Bahan Pengisi Kulit Kerang, Kalsium Karbonat dan tanpa bahan pengisi

4.3. Analisis FTIR

Analisis FTIR di lakukan untuk melihat perbedaan gugus-gugus fungsi yang terdapat pada film lateks karet alam tanpa bahan pengisi, dengan pengisi kalsium karbonat dan dengan pengisi kulit kerang. Dari hasil analisa spektroskopi FTIR dari film lateks karet alam tanpa bahan pengisi diberikan pada gambar 4.4. Spekturm menunjukkan serapan pada daerah bilangan gelombang 3370.88 cm -1 OH dari amonium dan kalium hidroksida, 3035.28 cm -1 menandakan fibrasi regangan asimetris = C-H dari struktur poli isoprena pada gambar 2.1, 2927.04 cm -1 yang mengindikasikan gugus C-H streaching Sp 3 , 2854.83 cm -1 gugus C – H, 2172.61 cm -1 C = 0 serapan kurang tajam dari ZDBC, 1644.81 cm -1 C = C struktur dari poli isoprena, 1375.79 cm -1 gugus CH 3 , 1448.48 53 Universitas Sumatera Utara cm -1 gugus CH 2 , 1016.15 cm -1 regangan C – O, 835.89 cm -1 cincin para substitusi dari wingstay, 669.46 cm -1 Cis senyawa alkena pada gugus isoprena. Gambar 4.4 Spektrum FTIR film lateks karet alam tanpa pengisi Gambar 4.5 Spektrum FTIR film lateks karet alam dengan pengisi kalsium karbonat spektrum yang diperoleh menunjukkan munculnya puncak pada daerah bilangan gelombang 3371.35 cm -1 gugus OH dari amonium hidroksida dan kalium hidroksida, 3035.52 cm -1 = CH dari struktur poli isoprena, 2926.97 cm -1 C-H streaching Sp 3 , 2854.79 cm -1 gugus C-H, 1795.83 cm -1 C = O karbonil, 1663.99 cm -1 C = C , 1375.77 cm -1 gugus CH 3 , 1448.44 cm -1 gugus CH 2 , 1128.15 cm -1 gugus C – O, 1015.68 cm -1 regangan C – O, 871.92 cm -1 menunjukkan gugus Universitas Sumatera Utara CO 3 , 835.56 cm -1 cincin para substitusi dari wingstay, 669.39 cm -1 Cis senyawa alkena pada gugus isoprena. Spektrum FTIR film lateks karet alam dengan pengisi kulit kerang ditunjukkan pada gambar 4.6. Spektrum FTIR menunjukkan adanya gugus OH dengan bilangan gelombang 3363.09 cm -1 gugus OH dari amonium hidroksida dan kalium hidroksida, 3035.43 cm -1 = C-H dari struktur poli isoprena, 2927.40 cm -1 C-H streaching Sp 3 , 2961.47 cm -1 gugus C-H, 2062.10 cm -1 C = O karbonil, 1644.37 cm -1 C = C , 1375.90 cm -1 gugus CH 3 , 1450.44 cm -1 gugus CH 2 , 1261.64 cm -1 gugus C – O, 1015.25 cm -1 regangan C – O, 860.09 cm -1 menunjukkan gugus Gambar 4.5 Spektrum FTIR film lateks karet alam dengan pengisi kalsium karbonat Universitas Sumatera Utara CO 3 pada kulit kerang, 836.87 cm -1 cincin para substitusi dari wingstay, 699.93 cm -1 Cis senyawa alkena pada gugus isoprena. Gambar 4.6 Spektrum FTIR film lateks karet alam dengan pengisi kulit kerang

4.4. Hasil Karakterisasi Filem Lateks Karet Alam