27 hal ini menimbulkan kesulitan-kesulitan atau problema-problema pendidikan
dalam keluarga, dalam hal ini Islam memberikan arahan kepada keluarga dalam mendidik anak untuk tidak membeda-bedakan anak dalam pengasuhannya atau
dengan kata lain orang tua harus berlaku adil.
C. Tanggung Jawab Sosial
1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu kata wajib yang terdapat dalam
pengertian tersebut berarti tidak boleh tidak atau harus dilakukan artinya jika ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya.
31
Sedangkan menurut Wuryanano, “tanggung jawab adalah siap menerima kewajiban dan tugas.”
32
Tanggung jawab ini pun bertolak belakang dengan kata “kebebasan” karena kata bebas mengandung makna tidak menanggung atau
merdeka untuk membentuk perbuatan yang sesuai dengan kemauan sendiri atau dalam istilah jawa “sak enake dewe.”
Tanggung jawab ini pula memiliki arti yang lebih jauh bila memakai imbuhan, contohnya ber-, bertanggung jawab dalam kamus tersebut diartikan
dengan “suatu sikap seseorang yang secara sadar dan berani mau mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani memikul segala resikonya”. Dalam artian
lain, tanggung jawab meminjam istilahnya Bung Hatta adalah integritas individual.
33
Perlu menjadi perhatian utama, adalah bagaimana membentuk pola pikir anak agar pada suatu saat nanti mampu memiliki integritas – tanggung jawab –
baik itu secara pribadi maupun dalam kehidupan kolektif, sebagaimana hal itu tercantum dalam definisi di atas. Dengan kata lain, tanggung jawab yang
31
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar ..., Cet. 1, hal.899.
32
Wuryanano, Memahami Tanggung Jawab, dari http:Wuryanano.wordpress.com, 27 Oktober 2007.
33
Alike Mulyadi Kertawijaya, Tanggung Jawab Dalam Pendidikan, dari www.mail- archive.comrezaervaniyahoogroups.commsg02931.html, 22 Agustus 2008.
28 dimaksudkan disini adalah suatu investasi yang tak ternilai harganya, yang
ditanamkan pada seorang anak demi masa depannya kelak. Dan penanaman tanggung jawab itu sendiri hanya dapat tercapai jika dijalani lewat proses
pendidikan. Pendidikan disini bukanlah pendidikan sebagaimana pandangan konvensional yang mengatakan bahwa mendidik adalah urusan sekolah
institusi. Akan tetapi pendidikan yang dimaksudkan adalah pendidikan yang sebenar-benar pendidikan, yaitu pendidikan yang dilalui sepanjang hayat, yang
dilakukan oleh semenjak kehadiran anak di dunia, melalui transmisi kasih sayang, kepedulian, kepercayaan, empati dan kesinambungan serta pengarahan
secara spiritual. Setiap manusia yang dilahirkan menanggung tanggung jawabnya yaitu
sebagai manusia, yang meliputi tanggung jawab kepada dirinya sendiri, orang lain, lingkungan dan tentunya kepada Sang Khaliq. Tanggung jawab sebagai
konsekuensi dan resiko atas perbuatan yang telah ditetapkan. Manusia sebagai individu harus memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya agar dapat
mencapai kebahagiaan, manusia sebagai makhluk sosial harus menanggung kesulitan orang lain semampunya, seperti saling bantu-membantu, tolong-
menolong, dan saling menghormati, manusia sebagai makhluk yang menetap di atas bumi yang mampu berpikir juga harus menjaga lingkungan yang Allah
sediakan untuk mata pencahariannya, sedangkan manusia sebagai makhluk religius harus menanggung konsekuensinya yaitu melakukan segala perintah
yang telah ditetapkan dalam ajaran agama serta larangan-Nya, karena manusia memiliki tanggung jawab pada Tuhannya dengan melalui ajaran agama-Nya.
Sedangkan definisi sosial menurut KBBI yaitu “berkenaan dengan masyarakat atau suka memperhatikan kepentingan umum”.
34
Definisi di atas meliputi semua orang selain individu tersebut seperti kedua orang tua, kakak adik, teman bermain, guru dan lain sebagainya. Sehingga dapat
dimengerti bahwa sikap sosial yaitu bentuk interaksi seseorang dengan orang
34
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar..., Cet. 1, hal. 855.
29 lain, sikap ini berupa sikap menolong, membantu dan menyapa serta
memberikan selamat diberbagai kesempatan. Penjelasan di atas dapat penulis simpulkan tentang tanggung jawab sosial
yaitu sikap sadar terhadap hak masyarakat yang harus dipenuhi dan kewajiban- kewajiban yang harus dilakukan untuk masyarakat pula. Hak di sini merupakan
hak sosial seperti jika ada seseorang yang sedang kesulitan maka hak dia untuk mendapatkan bantuan, hak orang yang lebih tua untuk dihormati atau sebaliknya
hak orang yang lebih kecil untuk disayangi. Sedangkan kewajiban disini merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan bagi setiap manusia dalam
memenuhi hubungan sebagai makhluk sosial, seperti menghargai pendapat orang lain, bersedekah jika mempunyai kelebihan harta dan lainnya. Dengan ini
maka dapat dimengerti ketika seseorang telah menentukan pilihan untuk memenuhi hak dan menjalankan kewajiban, maka dia telah bertanggung jawab.
Dalam ajaran Islam manusia sudah diingatkan untuk mempertanggung jawabkan perannya, seperti dalam hadits :
ﮫﺘﯿﻋﺮ ﻦﻋ ﻞوﺆﺴﻣ ﻢﻜﻟﻜ و عاﺮ مﻛﻟﻛ
“Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dipertanggungjawabkan atas kepemimpinannya.” HR. Muslim
35
Dengan demikian Humanisasi menjadi kenyataan, yaitu penciptaan iklim mendidik anak untuk menjadi manusia yang berbudi, memiliki jiwa, merdeka,
mampu menghargai dirinya, dan mampu pula untuk memaknai akan makna penciptaannya di dunia. Artinya pendidikan yang dimaksudkan disini tak lain
merupakan suatu upaya memanusiakan manusia, dan mempunyai sifat tanggung jawab merupakan salah satu indikator keberhasilannya.
2. Hak dan kewajiban terhadap orang lain
Hak dan kewajiban terhadap orang lain merupakan hal yang harus dipupuk sejak dini dalam masa pendidikan anak. Hal ini pun demi terciptanya anggota
35
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairiy, Shohih Muslim, Beirut: Darul-Kutub Al- ‘Ilmiyah, 2008, h.732.
30 masyarakat yang baik dan berakhlak mulia. Jika sebaliknya, para anak-anank
tidak dididik tentang bagaimana berhubungan dengan masyarakat banyak dengan baik maka anak akan melakukan penyimpangan-penyimpangan bahkan
mereka akan menjadi alat yang dapat merusak dan meruntuhkan eksistensi masyarakat tersebut.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan, hak-hak sosial terpenting yang harus disampaikan sebagai upaya pendidikan kepada anak agar menjadi seorang anak
yang baik, di antaranya: a.
Hak terhadap kedua orang tua. Ridha Allah ada pada Ridha orang tua
Berbakti kepada orang tua lebih utama daripada berjihad perang
di jalan Allah. Mendoakan setelah meninggal dan menghormati teman mereka.
Lebih mengutamakan berbakti kepada ibu dari pada ayah. Etika berbakti kepada kedua orang tua. Maksudnya adalah anak
harus mengetahui cara bergaul yang baik dengan ayah dan ibu, seperti tidak berjalan di depan mereka, tidak memanggil dengan
nama mereka, tidak membantah nasihat mereka dan tidak menyalahi perintahnya.
Larangan berbuat durhaka. Durhaka berarti melakukan pembangkangan, menentang dan tidak melaksanakan hak-hak,
seperti anak melotot sinis kepada ayahnya ketika marah, anak memandang dirinya sama dengan ayahnya, anak mengagungkan
dirinya tanpa mau mencium tangan kedua nya, atau tidak mau menghormatinya.
b. Hak terhadap sanak saudara. Yang dimaksud saudara di sini adalah
orang-orang yang mempunyai pertalian kerabat dan keturunan. Secara berturutan mereka adalah ayah, ibu, kakek, nenek, saudara
anak laki-laki, anak dari saudara perempuan, paman dari ibu, bibi
31 dari ibu dan seterusnya. Adapun hak-hak terhadap mereka yaitu
menjaga tali silaturrahmi dan selalu berbuat baik terhadap mereka. c.
Hak terhadap tetangga Tidak menyakiti tetangga
Melindungi tetangga Berbuat baik kepada tetangga
Ikut menanggung penderitaan tetangga
d. Hak terhadap guru
Hendaknya hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
Hendaknya memandang guru dengan keagungan, dan meyakini bahwa guru itu memiliki derajat sempurna.
Hendaknya mengetahui hak-hak terhadap guru dan jangan melupakan jasanya.
Jika guru mempunyai perangai kasar dan keras, hendaklah bersikap sabar.
Hendaknya duduk dengan sopan di depan guru, tenang, merendahkan
diri dan
hormal, sambil
mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan gurunya,
tanpa menoleh kemana pun, kecuali jika perlu. Tidak boleh menghadap guru di kelas atau di tempat khusus
kecuali sudah mendapatkan ijinnya, baik guru itu sedang sendirian maupun bersama orang lain.
Apabila mendengar guru menyebutkan suatu dalil hukum, suatu hal yang bermanfaat, menceritakan atau menyenandungkan syair
dnegan hafalan, hendaklah ia mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa butuh, dan gembira seakan-akan ia belum
pernah mendengarnya sama sekali. e.
Hak terhadap teman Mengucapkan salam ketika bertemu.
32 Menjenguk teman sakit.
Menziarahi di jalan Allah. Menolong ketika susah.
Memenuhi undangannya. Memberikan ucapan selamat.
Saling memberi hadiah.
f. Hak terhadap orang yang lebih tua.
Mendudukkan orang yang lebih tua secara layak. Mendahulukan orang yang lebih tua dalam segala permasalahan.
Melarang anak meremehkan orang yang lebih tua.
36
Hak-hak tersebut di atas merupakan hak-hak orang lain yang wajib dipenuhi. Tentunya hal tersebut di atas berdasarkan ajaran Islam dalam Nash. Seperti
Firman Allah SWT QS. Al-Isra: 24:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
mulia.”
37
Dan Seperti hadits Rasulullah Saw dari Anas bin Malik, tentang etika menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih kecil,
“Bukan dari golongan kita, orang yang tidak sayang kepada yang lebih muda
36
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam Pendidikan Anak Dalam Islam, oleh Jamaluddin Miri, Jakarta: Pustaka Amani, 1995, Cet. I, hal. 433-489.
37
Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya..., Jilid V, hal. 550-551.
33 dan tidak menghormati orang yang lebih tua.”HR. At-Tirmidzi.
38
Dan Hadits Rasulullah Saw tentang etika bertetangga, diriwayatkan oleh Thabrani dan Al-
Kharaiti dari ‘Umar bin Syu’aib dia berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:
“Apabila engkau membeli buah-buahan, maka berikanlah sebagian kepada tetanggamu. Namun apabila engkau tidak melakukannya, maka makanlah
dengan sembunyi-sembunyi dan janganlah anakmu keluar rumah dengan membawa makanan tersebut sehingga membuat anak tetanggamu sakit
hati.”
39
D. Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga