Prinsip-Prinsip Perkawinan menurut Islam
50
pindah selama waktu tertentu ke negeri Eropa yang lain dimana perceraian dapat disahkan. Misalnya, Negara Swiss atau Inggris.
Sementara dalam Islam, talak atau perceraian merupakan perbuatan yang halal boleh akan tetapi dibenci oleh Allah. Sebagaimana disebutkan dalam
hadis, sebagai berikut:
“Telah diriwayatkan oleh Katsir Ibnu „Ubaid kepada Muhammad Ibnu Kholid, Mu‟arrif Ibnu Washil, Muharib Ibnu Ditsar Ibnu Umar bahwa Nabi
saw telah bersabda: “Suatu perbuatan yang halal tetapi dibenci oleh Allah adalah talak”. H.R. Abu Daud
Dari kandungan hadis di atas, dapat dipahami bahwa dalam Islam kemungkinan terjadinya talak atau perceraian itu dibolehkan, tentunya bagi
keluarga yang tidak mungkin dapat untuk mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Akan tetapi, meskipun dibolehkan tetap ada syarat-syarat yang
harus dipenuhi bagi mereka yang hendak melakukan perceraian. Dan syarat- syarat tersebut telah tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1
tahun 1974 pasal 19, sebagai berikut:
59
58
Sulaiman Ibnu Asy‟ats Abu Daud Sujastani Al-Azdi, Sunan Abi Daud, Beirut: Daar Al- Fikr, juz 6, h. 406
59
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, h. 49
51
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; b.
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
diluar kemampuannya;
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; d.
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain;
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiistri; f.
Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Syarat-syarat tersebut dibuat, agar tidak ada pihak yang semena-semena mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama dan terutama untuk
kemaslahatan umat Islam itu sendiri. 4.
Monogami. Yaitu asas yang hanya memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai
satu istri.
60
5. Kedewasaan calon mempelai
Yaitu setiap calon suami dan calon istri yang hendak melakukan perkawinan, harus benar-benar matang secara fisik maupun psikis rohani,
atau harus sudah siap secara jasmani maupun rohani.
60
Muhammad Amin Suma, h. 178
52
6. Keseimbangan hak dan kewajiban antara suami istri, baik dalam kehidupan
rumah tangga maupun pergaulan masyarakat. 7.
Perkawinan harus dicatatkan. Yaitu untuk mempermudah mengetahui orang-orang yang sudah menikah
atau melakukan ikatan perkawinan.
53