Pengertian Perkawinan di Bawah Umur
18
hubungan kelamin antara pria dan wanita, sedangkan menurut arti majazi ialah bersetubuh; demikian menurut golongan
Syafi‟iyah dan Malikiyah. Ketiga: Nikah, bersyarikat artinya antara akad dan setubuh; demikian menurut Abu al-
Qasim az-Zajjad, Imam Yahya, dan Ibnu Hazm. Beberapa arti nikah di atas, pada hakikatnya tidak ada perbedaan
kalaupun ada perbedaan hanya pada redaksinya saja. Dalam hal ini, jumhur ulama sependapat, bahwa nikah merupakan akad yang diatur oleh agama, untuk
memberikan kepada pria hak memiliki penggunaan faraj kemaluan wanita dan seluruh tubuhnya untuk penikmatan sebagai tujuan primer.
8
Perkawinan adalah perjanjian perikatan antara pihak seorang pria dengan pihak seorang wanita untuk melaksanakan kehidupan suami istri, hidup berumah
tangga, melanjutkan keturunan sesuai ketentuan agama.
9
Pernikahan adalah akad yang menimbulkan akibat hukum yaitu menghalalkan persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan, saling tolong
menolong serta menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya.
10
Dalam Bab 1 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, disebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara
8
Ibrahim Hosen, Fikih Perbandingan Masalah Pernikahan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003, jilid 1, cet. Ke-1, h. 116
9
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987, cet. Ke-2, h. 8
10
Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007, cet. Ke-1, h. 3
19
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
11
Pengertian perkawinan yang tercantum dalam Bab 1 Pasal 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, berbeda dengan pengertian
perkawinan menurut hukum perdata B.W., karena di dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek B.W. disebutkan bahwa
perkawinan hanya dalam hubungan-hubungannya dengan keperdataan.
12
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian perkawinan menurut hukum perdata adalah suatu ikatan hukum antara seorang pria dan
seorang wanita yang diakui sah oleh Undang-Undang Hukum Perdata negara dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang kekal.
13
Suatu ikatan perkawinan akan dianggap sah oleh negara, apabila perkawinan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terutama dalam hal batas usia perkawinan yang tercantum
dalam pasal 7 ayat 1 yang berbunyi: “Perkawinan
11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, h. 2
12
Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPer, Jakarta: Visimedia, 2008, cet. Ke-2, h. 8
13
Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, h. 4
20
hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 Sembilan belas tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 enam belas tahun”.
14
Berdasarkan pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan di atas, maka asumsi penulis adalah yang dimaksud dengan
perkawinan di bawah umur dalam konteks Negara merupakan sebuah pelanggaran terhadap batas minimal usia menikah yang telah ditetapkan oleh
Undang-Undang Perkawinan pasal 7 ayat 1 yaitu pihak laki-laki umur 19 Sembilan belas tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 enam belas
tahun. Kedewasaan seseorang, apabila dilihat dari berbagai ketentuan hukum
yang berlaku sangatlah beragam. Umumnya ketentuan yang berlaku atas kedewasaan seseorang didasarkan pada status perkawinan yang pernah dilakukan
dan usia. Seseorang dianggap dewasa, selain karena ia sudah menikah juga didasarkan pada usia yang menurut ketentuan hukum sudah dewasa. Kedewasaan
berdasarkan usia ini merupakan salah satu parameter yang bersangkutan telah dianggap cakap dan berhak atas apa yang diatur oleh ketentuan hukum.
Dalam hukum, kedewasaan berdasarkan usia merupakan salah satu unsur terpenting bagi seorang subyek hukum. Meskipun terdapat upaya dispensasi atau
toleransi atas besaran usia yang disahkan oleh pengadilan, namun subyek hukum dapat dikatakan belum cakap hukum apabila yang bersangkutan belum memiliki
14
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, h. 5
21
kecukupan usia. Misalnya dalam hukum perdata kita, salah satu syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 BW adalah adanya pihak-pihaknya yang cakap
berkemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum
yang salah satu
parameternya adalah kecukupan usia. Dengan usia yang belum mencukupi seseorang tidak dapat melakukan perbuatan hukum perdata dengan sendirinya
kecuali sudah menikah atau disahkan pengadilan.
15
Adapun besaran usia dewasa menurut berbagai ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, yaitu:
1. Menurut konsep Hukum Perdata
Pendewasaan ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum tertentu terbatas. Keduanya
harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan untuk
pendewasaan terbatas syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun penuh pasal 421 dan 426 KUHPerdata.
16
Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Presiden RI dilampiri dengan akta kelahiran
atau surat bukti lainnya. Presiden setelah mendengar pertimbangan Mahkamah Agung, memberikan keputusannya. Akibat hukum adanya
15
Tim Bedah Hukum, Kedewasaan Seseorang Berdasarkan Besaran Usia Menurut Berbagai Ketentuan Hukum, Diakses dari http:bedahukum.blogspot.com200912kedewasaan-seseorang-
berdasarkan.html, pada tanggal 22 September 2011 pukul 08.40 WIB
16
Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPer, h. 132-133
22
pernyataan pendewasaan penuh ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa. Tetapi bila ingin melangsungkan
perkawinan izin orang tua tetap diperlukan. Untuk pendewasaan terbatas, prosedurnya ialah yang bersangkutan
mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang dilampiri akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Pengadilan setelah
mendengar keterangan orang tua atau wali yang bersangkutan, memberikan ketetapan pernyataan dewasa dalam perbuatan-perbuatan hukum tertentu saja
sesuai dengan yang dimohonkan, misalnya perbuatan mengurus dan menjalankan perusahaan, membuat surat wasiat. Akibat hukum pernyataan
dewasa terbatas ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa untuk perbuatan-perbuatan hukum tertentu.
17
2. Menurut konsep Hukum Pidana
Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa. Yang disebut umur dewasa apabila telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21
tahun, akan tetapi sudah atau sudah pernah menikah. Hukum pidana anak dan acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum berumur 18 tahun,
yang menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur 17 tahun dan telah kawin tidak lagi termasuk hukum pidana anak, sedangkan belum cukup
17
Diakses dari http:72legalogic.wordpress.com20090308dewasa-menurut-hukum-positif- indonesia, pada tanggal 22 September 2011 pukul 08.29 WIB
23
umur menurut pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin sebelumnya.
18
3. Menurut konsep Peraturan Lalu Lintas
Dalam peraturan Undang-Undang Lalu Lintas UU No. 22 Tahun 2009 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan usia dewasa adalah usia yang
sudah mencapai 17 tahun. Sebagaimana bunyi Pasal 81 ayat 2: Syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan paling rendah sebagai
berikut: a.
Usia 17 tujuh belas tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin Mengemudi C, dan Surat Izin Mengemudi D;
b. Usia 20 dua puluh tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I, dan
c. Usia 21 dua puluh satu tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II.
Sedangkan menurut penganut aliran psikoanalisis, pada hakikatnya alam perkembangan usia remaja adalah usaha penyesuaian diri coping, yaitu untuk
secara aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap
perkembangan remaja, yaitu:
19
18
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, Surabaya: Kesindo, 2008, cet. Ke-2, h. 97-98
19
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008, h. 24-25
24
1. Tahap remaja awal 12-15 tahun
Pada tahap ini, seorang remaja masih terheran-heran akan perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan itu. Kepekaan yang berlebih-lebihan ditambah dengan berkurangnya
kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
2. Tahap remaja pertengahan 15-18 tahun
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-
sifat yang sama dengannya. 3.
Tahap remaja akhir 19-22 tahun Pada tahap ini, merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal di bawah ini: a.
Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek; b.
Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru;
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi;
d. Egosentrisme terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain; e.
Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya private self dan masyarakat umum the public.
25
Selain itu, perkawinan di bawah umur pun masuk dalam kategori ekploitasi anak, sepanjang hal itu tidak mengikuti ketentuan dan hukum yang
berlaku. Seorang anak yang masih berada dalam asuhan orang tuanya seharusnya mendapatkan kesempatan untuk belajar dan kehidupan yang layak. Sedangkan
perkawinan di bawah umur jelas akan merampas semua hak anak di atas. Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kesempatan belajar yang layak
justru harus dipaksa menjalani sebuah perkawinan yang masih belum saatnya dia pikul. Usia anak-anak adalah usia mendapatkan pendidikan seluas-luasnya,
bukan membawa beban kehidupan.
20
Kebijakan pemerintah tersebut, dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini
dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental. Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan di bawah umur
mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan di bawah umur
dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat
pernikahan di bawah umur dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak
20
Nasaruddin Umar, Refleksi Penerapan Hukum Keluarga di Indonesia, diakses dari http:www.komnasperempuan.or.idwp-contentuploads200902refleksi-penerapan hukumkeluarga-
di-indonesia_nasaruddin-umar.pdf , tanggal 29 Juni 2011 pukul 10.13 WIB
26
dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan di atas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.
21
Akan tetapi, dalam konteks agama Islam yang dimaksud dengan perkawinan di bawah umur adalah perkawinan yang dilakukan oleh salah satu
atau kedua calon mempelai laki-laki dan perempuan yang belum mencapai usia baligh. Dalam menyikapi hal tersebut, terdapat sekelompok ulama Ibnu
Syubrumah dan Abu Bakr al Ashom yang melarang perkawinan anak-anak sebelum mereka sampai pada usia kawin baligh.
22
Mereka beralasan dengan firman Allah:
۴
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin”. Q.S. An- Nisa:
4 : 6 Apabila dilihat dari kandungan ayat di atas, dapat dipahami bahwa tidak
ada ketentuan mengenai batas minimal usia menikah baik untuk laki-laki maupun perempuan, hanya saja yang menjadi ukuran dibolehkannya seseorang menikah
adalah sudah mencapai usia baligh.
21
Yusuf Fatawie, Pernikahan Dini Dalam Perspektif Agama dan Negara, diakses dari http:www.pesantrenvirtual.comindex.php?option=com_contentview=articleid=1240:pernikahan
-dini-dalam-perspektif-agama-dan-negaracatid=2:islam-kontemporerItemid=57, tanggal 29 Juni 2011 pukul 09.06 WIB
22
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh, h. 179
27
Adapun bagi laki-laki ditandai dengan mendapat mimpi basah ketika tidur dan wanita ditandai dengan keluarnya darah haid menstruasi. Tidak
mengherankan, wacana perkawinan di bawah umur nikah al-shaghirah justru berkonotasi positif, jika hal itu dilakukan atas pertimbangan kemaslahatan moral
dan agama. Hanya saja fuqaha menggarisbawahi, gadis-gadis yang dikawinkan di usia kanak-kanak itu baru boleh
“digauli”, jika mereka telah mengalami menstruasi haid.
23
Dasarnya adalah hadis perkawinan Nabi Muhammad saw dengan „Aisyah r.a. yang dinikahi di usia 6 tahun, dan baru “dikumpuli” ketika telah berusia 9
tahun usia haid, sebagai berikut:
23
Yusuf Hanafi, Perkawinan Anak di Bawah Umur Nikah al-Shaghirah dalam Islam: Studi
tentang Kontroversi
Hadis Perkawinan
„Aisyah, diakses dari http:eprints.sunan- ampel.ac.id831Yusuf_Hanafi.pdf, tanggal 29 Juni 2011 pukul 09.13 WIB
28
“Diriwatkan dari „Aisyah r.a. dia telah berkata: “Rasulullah saw telah mengawini aku ketika aku berumur enam tahun dan tinggal bersamaku pada
waktu aku berumur sembilan tahun”. Aisyah menyambung lagi: “kami telah berhijrah ke Madinah dan aku demam panas selama sebulan sehingga rambutku
memanjang sampai bahu. Ketika itu ibu kandungku, Ummu Ruman, datang menemuiku yang sedang berada di atas buaian bermain bersama teman-
temanku, lalu dia memanggilku dan aku segera menemuinya sedangkan aku tidak mengetahui apa yang hendak dia lakukan terhadapku. Ibuku memegang
tanganku dan membawaku masuk ke dalam rumah sehingga dia memberhentikanku di pintu dan aku melepaskan lelahku sehingga keadaanku
menjadi tenang. Selepas itu ibuku membawa aku masuk ke dalam rumah. Tiba- tiba seorang wanita Anshor menyambut kami dengan mesra serta mendoakan
untuk pengantin supaya diberi kesenangan dan keberkatan. Ibuku menyerahkan aku kepada mereka lalu mereka membelai kepalaku dan menghiasi diriku
secantik mungkin. Rasulullah saw tidak menghampiriku secara tiba-tiba tetapi perempuan-perempuan Anshor menyerahkan diriku kepada beliau ketika waktu
dhuha”. H.R. Bukhori dan Muslim Meskipun hadis di atas menyebutkan bahwa dahulu diantara anak
perempuan usia 9 sembilan tahun identik sudah baligh atau dewasa, karena sudah mendapat haid menstruasi. Akan tetapi tidak semua perempuan, namun
pada saat ini batas usia dewasa bagi mayoritas anak perempuan lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan zaman dahulu, bahkan di usia SD kelas 5
atau 6 sudah ada tanda dewasa. Cepatnya masa puber anak perempuan saat ini diduga karena terkait
obesitas yang memang berhubungan erat dengan perkembangan seksual yang lebih dini. Menurut Dr. Marcia E. Herman-Giddens, seorang peneliti di
24
Abu Al-Husain Muslim Ibnu Al-Hijaj Ibnu Muslim Al-Qusyairi Al-Nisaburi, Shahih Al- Muslim, Beirut: Daar Al-Jaeyl, juz 4, h. 141
29
University of North Carolina, Chapel Hill menduga bahwa bahan kimia lingkungan seperti makanan cepat saji instan yang menyerupai efek estrogen
dapat mempercepat masa pubertas.
25
Di Indonesia, rata-rata usia dewasa anak perempuan dimulai saat berumur 8 delapan hingga 10 sepuluh tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung dengan cepat. Selain itu, seorang anak akan menunjukkan tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai berubah,
tumbuhnya rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk seorang gadis. Untuk seorang anak perempuan, tanda-tanda itu biasanya muncul
pada usia 10 tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat, yaitu pada usia 11 tahun ke atas.
26
Dari sudut pandang yang berbeda, pakar hukum Islam kontemporer menghendaki terobosan hukum terkait dengan legalitas perkawinan anak di
bawah umur. Mereka melihat bahwa agama pada dasarnya tidak melarang secara tegas perkawinan di bawah umur, namun juga tidak pernah menganjurkannya,
terlebih jika dilaksanakan tanpa mengindahkan dimensi-dimensi fisik, mental, dan hak-hak anak. Adapun perkawinan historis Nabi
saw dengan „Aisyah r.a. itu
25
Cincinnati
,
Anak Perempuan Sekarang Sudah Puber di Usia 7-8 Tahun, diakses dari
http:faktabukanopini.blogspot.com201101anak-perempuan-sekarang-sudah-puber-di.html, tanggal 20 Juli 2011 pukul 06.26 WIB.
26
Diakses dari http:id.wikipedia.orgwikiPubertas, tanggal 22 Agustus 2011 pukul 08.06 WIB.
30
diposisikan sebagai suatu eksepsi pengecualian dan kekhususan yang mengusung tujuan dan hikmah tertentu dalam agama.
27