Pandangan Warga Desa Ciwalat tentang Perkawinan di Bawah Umur

63 1. Dampak terhadap suami istri Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istrti yang telah melangsungkan perkawinan di usia muda tidak bisa memenuhi atau tidak mengetahui hak dan kewajibannya sebagai suami istri. Hal tersebut timbul dikarenakan belum matangnya fisik maupun mental mereka yang cenderung keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi. 2. Dampak terhadap anak-anaknya Masyarakat yang telah melangsungkan perkawinan pada usia muda atau di bawah umur akan membawa dampak, terutama dari segi kesehatan istri dan anak yang dilahirkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan dr. Teti Ernawati, Sp.OG dijelaskan bahwa bagi wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun, jika hamil maka kemungkinan besar kehamilannya akan mengalami gangguan- gangguan seperti muntah-muntah yang lebih hebat bahkan kandungannya dapat juga mengalami pendarahan. Selain itu, kemungkinan bayi yang dilahirkan akan mengalami prematur atau berat badannya tidak normal sekitar 2 sampai 2,5 kg dan jika tumbuh hingga dewasa akan mengalami penyakit regeneratif pada usia lanjut 40 tahunan seperti penyakit gula dan jantung. 14 14 Teti Ernawati dr. Spesialis Kandungan, Wawancara Pribadi, di Rumah Sakit RS Syarif Hidayatullah pada tanggal 24 Agustus 2011 64 3. Dampak terhadap masing-masing keluarga. Selain berdampak pada pasangan suami-istri dan anak-anaknya, perkawinan di usia muda juga akan membawa dampak terhadap masing-masing keluarganya. Apabila perkawinan diantara anak-anak mereka lancar, maka akan menguntungkan orang tua masing-masing. Namun sebaliknya, apabila keadaan rumah tangga mereka tidak bahagia dan akhirnya terjadi perceraian. Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya biaya hidup mereka, dan yang paling parah lagi akan memutuskan tali kekeluargaan diantara kedua belah-pihak. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dalam perkawinan di bawah umur tidak hanya mengandung unsur negatif, akan tetapi ada juga unsur positifnya. Oleh karena itu, perkawinan di bawah umur ini merupakan sebuah pilihan seseorang dalam hal menikah. 65

BAB IV ANALISIS DATA

Setelah penulis menguraikan mulai dari bab satu sampai dengan bab tiga, maka pada bab empat ini penulis mencoba menganalisa permasalahan- permasalahan yang sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu: “UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI PELAKU PERKAWINAN DI BAWAH UMUR” Studi di Desa Ciwalat, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi.

A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perkawinan di Bawah Umur

Desa Ciwalat merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi. Adapun yang menjadi penyebab terjadinya perkawinan di bawah umur di desa ini berdasarkan data dari lapangan hasil wawancara, adalah sebagai berikut: 1 1. Faktor rendahnya pengetahuan pendidikan. Peranan pendidikan dalam kehidupan sangat penting. Menurut Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, 1 Wawancara pribadi dengan beberapa warga Desa Ciwalat, yaitu: I. Mansur, Ade Nuryaman, Lina, Weti dan Lati. 66 kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Demikian pentingnya peranan pendidikan, maka dalam Undang-Undang Dasar 1945 diamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapat pendidikan, pengajaran dan pemerintah mengusahakan untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang. 2 Dalam kehidupan rumah tangga, apabila masyarakat menyadari dan memahami betul tentang arti pentingnya pendidikan atau pengetahuan dalam kehidupan berumah tangga, besar kemungkinan masyarakat yang akan melakukan perkawinan di bawah umur akan berpikir lebih panjang dan jauh lagi, artinya tidak cepat-cepat melakukan perkawinan. Dengan demikian perkawinan di bawah umur dapat dihindari. Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan rendah, mereka akan kurang menyadari tentang pentingnya pengetahuan dalam kehidupan rumah tangganya, sehingga mereka melaksanakan perkawinan dengan hanya berbekal ilmu pengetahuan yang minim rendah dan umur yang masih relatif muda. 3 2 http:www.damandiri.or.idfileyeniabsahunairbab1.pdf, diakses pada tanggal 05 Juli 2011 pukul 11.38 WIB 3 I. Mansur Penghulu Desa Ciwalat, Wawancara pribadi, di Kp. Ciselut pada tanggal 14 Mei 2011 67 2. Faktor ekonomi. Faktor ekonomi merupakan salah satu alasan terjadinya perkawinan di bawah umur. Hasil wawancara dengan pelaku perkawinan di bawah umur didapatkan bahwa salah satu hal yang mendorong dilakukannya perkawinan di bawah umur adalah atas permintaan orang tua karena tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah, selain itu ekonomi keluarga pun kurang mampu. 4 Berdasarkan wawancara tersebut, didapat bahwa status sosial ekonomi berperan terhadap dilakukannya perkawinan di bawah umur. Salah satu indikator status sosial ekonomi adalah kesempatan memperoleh pendidikan. Hal ini terlihat dari para pelaku perkawinan di bawah umur yang telah diwawancarai, dimana pendidikan formal yang rendah, daerah pedesaan sebagai tempat tinggal dan penghasilan orang tua yang rendah mendorong untuk dilakukannya perkawinan di bawah umur. 3. Faktor adanya sistem perjodohan oleh orang tua. Dalam kehidupan masyarakat banyak sekali problema-problema hidup yang harus dihadapi oleh anggota masyarakat. Adakalanya masyarakat itu mampu mengatasi setiap persoalannya, tetapi ada juga masyarakat yang mengalami kesulitan dalam menghadapi persoalan hidupnya. Bagi masyarakat yang mampu mengatasi problema hidupnya, ia akan merasa tentram dan damai 4 Weti warga Desa Ciwalat, Wawancara pribadi, di Kp. Ciselut pada tanggal 15 Mei 2011