Pendidikan BIOGRAFI ANWAR SADAT

19

B. Pendidikan

Anwar Sadat awalnya mengenyam pendidikan atas dasar neneknya yang ingin sekali menyekolahkan cucunya mengikuti jejak ayahnya. Mula-mula neneknya memasukan Anwar Sadat ke pengajian didekat desa ia tinggal, di sana ia belajar menulis, membaca dan menghafal Al- Qur’an. 28 Kemudian ia disekolahkan oleh ayahnya di Gereja Koptik di Toukh, ayahnya memilih sekolah swasta ini karena biaya pendidikannya ini tidak terlalu mahal. Namun tidak beberapa lama kemudian Anwar Sadat pindah ke sekolah Perkumpulan Islam. Sekolah itu terletak di Zaitun, tidak jauh dari rumahnya, dari sekolah inilah ia baru mengetahui tanggal kelahirannya yakni 25 Desember 1918. Di sekolah perkumpulan Islam Sadat belajar di kelas awal dan dua tahun di tingkat pendidikan dasar. Sadat lulus dengan angka yang cukup baik. Kemudian Sadat pindah ke sekolah Sultan Hussein di Heliopolis di sini ia tamat dengan memperoleh General Certificate of Primary Education. Pada tahun 1930 Sadat dan abangnya Taalat masuk sekolah pertama raja Fuad I. 29 Ia mengikuti abangnya Taalat ke sekolah negeri normal untuk anak laki-laki setingkatnya, tapi ketika ia di sekolah lanjutan pertama, sesuatu hal terjadi yang mengakibatkan ia harus meninggalkan sekolah itu dan pindah ke sekolah lain yang lebih rendah statusnya. Dalam autobiografinya Sadat menyebutkan secara tidak langsung kejadian yang kurang enak itu: “Saya sadar bahwa kegagalan saya merupakan titik balik dalam hidup saya. Saya sadar kegagalan merupakan sebuah pertanda bahwa tuhan 28 Anwar Sadat, Anwar Sadat Mencari Identitas sebuah Autobiografi, Terj, Banu Iskandar, ett. all.,”.Jakarta; Tiara Pustaka, 1983, h.5 29 Anwar Sadat, Anwar Sadat Mencari Identitas sebuah Autobiografi, h. 9 20 kecewa terhadap saya, mungkin karena kealpaan saya, mungkin karena ketakaburan saya .... Begitulah, dalam semangat yang demikian dan dalam perasaan yang kabur itu- kombinasi rasa dosa dan taubat – saya menyerahkan skripsi saya ke sekolah lain.” Selama ia duduk di bangku sekolah menengah di Kairo kehidupan keluarganya berada di garis kemiskinan. Dengan gaji terbatas ayahnya harus membiayai sekolah tiga belas putra dan putrinya. Maka walupun tinggal di kairo mereka membuat roti sendiri dengan tungku besar karena tidak mampu membeli roti yang biasa penduduk Mesir membeli di toko-toko roti. 30 Masa-masa sekolahnya sangat tidak menyenangkan karena terbentur faktor ekonomi yang sangat minim. Karena kedaaan ekonomi yang minim itulah Anwar Sadat hanya mempunyai satu stel jas tua yang dipakai untuk sekolah dan tidak pernah diganti atau diperbaharui. Hal ini sangat jauh berbeda dengan teman- teman usianya di sekolah, yang terpenting bagi Sadat adalah jasnya itu memenuhi kebutuhannya. Ia tidak mempermasalahkan apakah jas itu bagus atau jelek, mahal ataupun murah tidak menjadi soal baginya. Ia selalu tampil apa adanya, sebagai pemuda desa yang menggap bahwa menggarap tanah lebih mulia dari pada penduduk desa yang hanya hidup dari berdagang. Anwar Sadat saat berusia tujuh tahun, pindah ke Kairo beserta seluruh keluarganya. Ia melanjutkan sekolah di kota itu. Pada tahun 1940 Anwar Sadat lulus di Akademi Militer Kerajaan Kairo dalam usia 22 tahun. Masa sekolah di kairo membuka mata pikiran Anwar Sadat untuk melihat perbedaan antara kehidupan kota dan kehidupan desa. Anwar Sadat selalu memberi kesimpulan 30 Anwar Sadat, Anwar Sadat Mencari Identitas sebuah Autobiografi, h. 11 21 bahwa ia tidak menyukai kehidupan kota. Karena baginya kota sudah banyak dipengaruhi oleh budaya orang Inggris. 31 Terlepas dari kegiatan politik yang ia tekuni, setelah lulus dari Akademi, Sadat menekuni kegiatan budaya yang sama pentingnya karena kegiatan ini mendukung kegiatan politik. Oleh sebab itu ia mendaftarkan diri pada Lembaga Inggris di Mesir dan memperoleh gelar BA dari Universitas London. 32 Ia sangat menyukai sekali membaca. Karena itu ketika ia berlibur ia selalu menyempatkan dirinya untuk pergi ke Kairo untuk membeli buku di toko loakan di dekat taman Izbekiah. Apabila ia bertugas ke suatu daerah ia menulis surat ke berbagai penerbit dan toko buku untuk meminta daftar buku. Barangkali inilah yang membedakan Anwar Sadat dengan teman-teman lainnya. Ketika ada di Manqabad biasanya ada bus Angkatan Bersenjata yang setiap hari Kamis siang mengangkut Sadat dan teman-teman ke Asyut. Sore itu teman-teman Sadat mencari tempat-tempat hiburan, sedangkan Sadat hanya duduk di kedai kopi dekat stasiun kereta api, menghisap pipa, dan membaca buku yang ia beli di Kairo hingga saat teman-teman Sadat kembali dari tempat hiburan dan siap pulang. Kemudian Sadat bersama-sama teman-temannya kembali dari tempat hiburan dan pulang dengan bus menuju asrama. 33 Sebagai anak sekolah, Sadat sering berdemonstrasi menentang Inggris, yang menduduki Mesir pada waktu itu. Sadat lulus dari akademi pada tahun 1938. Di sana ia pertama kali bertemu Nasser, seorang pemimpin alami, serius dan agak menyendiri. Sebagai anak dari seorang petani Sadat dikenal sebagai anak yang 31 Mohammed Heikal, Anwar Sadat: Kemarau Kemarahan, h.14 32 Anwar Sadat, Anwar Sadat Mencari Identitas sebuah Autobiografi, h. 26 33 Anwar Sadat, Anwar Sadat Mencari Identitas sebuah Autobiografi, h. 26 22 sederhana. Sikapnya dibentuk oleh kemiliteran. Dia sangat mencintai keluarganya. Kegemarannya adalah menghisap pipa membaca novel detektif nonton film serta menggunakan pakaian tani yang longgar. Sadat juga orang yang religius namun ia tidak puritan. 34 Pada tanggal 26 Agustus 1936 ditandatangani persetujuan penghapusan persyaratan untuk menjadi seorang perwira guna mengembangkan pasukan Mesir. Maka terbukalah peluang bagi pemuda-pemuda seperti Anwar Sadat dan Gamal Abdel Nasser untuk menjadi perwira. Masa pendidikan diperpendek menjadi sembilan bulan. Sadat lulus dari Akademik Militer kerajaan sebagai letnan dua infanteri pada bulan Februari 1938. 35

C. Karya-karya Anwar Sadat