Mesir pada masa pemerintahan Anwar Sadat: upaya Anwar Sadat dalam perdamaian Mesir Israel

(1)

MESIR ISRAEL

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi syarat gelar Sarjana (S1) Humaniora

OLEH: Putri Meilasari

107022001188

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

UPAYA ANWAR SADAT DALAM PERDAMAIAN

MESIR-ISRAEL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk memenuhi Syarat mendapat gelar Sarjana (S1) Humaniora

Oleh: Putri Meilasari NIM: 107022001188

Pembimbing

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA NIP: 19591222 199103 1 003

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(3)

Upaya Anwar Sadat Dalam Perdamaian Mesir-Israel, telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Jum’at tanggal 23 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam.

Jakarta, 23 September 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA Sholikatus Sa’diyah, M.Pd

NIP. 19591222 199103 1 003 NIP. 19750417 200501 2 007

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. H. M. Muslih Idris, Lc, MA Saiful Umam, Ph.D

NIP. 19520603 198603 1 001 NIP. 19671208 199303 1 002

Pembimbing

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu ( S 1 ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan sari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 23 September 2011


(5)

untuk merebut kembali semenanjung Sinai, yang diambil oleh Israel ketika krisis Terusan Suez 1956 dan Perang Enam Hari. Meskipun dalam pertempuran ini masih dipertentangkan pihak menang ataupun kalah, serta hasil Perjanjian Camp David yang menetapkan Sinai kembali ke tangan Mesir, keberhasilan Anwar Sadat menaikan moral rakyat Mesir dan Dunia Arab serta mengadakan perjanjian damai beberapa tahun berikutnya.

Perjanjian damai Camp David yang diprakarsai Jimmy Carter dan Henry Kissinger memang mengembalikan wilayah Mesir yang sebelumnya direbut oleh Israel pada perang 1967, namun tidak mengembalikan Dataran Tinggi Golan yang direbut Israel kepada Syria pada perang 1967. Meski secara politik, perang Yom Kippur atau Perang Ramadhan 1973 itu menguntungkan dunia Arab, masalah Palestina dan Jerusalem terutama Jerusalem Timur yang direbut Israel pada perang 1967 masih mengganjal bahkan beberapa kalangan mengatakan dilupakan. Hal ini membuat kemarahan dari kalangan PLO, kaum fundamentalis dan pergerakan Islam dan kalangan Palestina serta dunia Arab, terutama setelah kunjungannya ke Jerussalem atas undangan Manachem Begin.

Pada tahun 1977, Anwar Sadat mengadakan kunjungan ke Jerusalem atas undangan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin yang merupakan awal perundingan perdamaian antara Israel dan Mesir. Pada tahun 1978, terciptalah Perjanjian Damai Camp David, yang mana Anwar Sadat dan Menachem Begin menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Bagaimanapun tindakan ini ditentang hebat oleh dunia Arab. Banyak yang percaya bahwa hanya dengan ancaman militer dapat memaksa Israel berunding mengenai Palestina, dan Perjanjian Damai Camp David menepikan Mesir yang dianggap kekuatan militer di dunia Arab yang signifikan disamping Syria dan Irak pada saat itu.


(6)

ii

ΟŠÏ

m

§



9

$

#

Ç≈

u

Η÷

q



§

9

$

#

«

!

$

#

Οó

¡

Î

0

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada penulis terutama nikmat iman dan sehat, sehingga penulisan skripsi ini yang berjudul ”Mesir Pada Masa Pemerintahan Anwar Sadat: Upaya Anwar Sadat Dalam Perdamaian Mesir-Israel” dapat di selesaikan pada waktunya. Sholawat dan Salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat, keluarga dan umatnya yang selalu di berikan taufik dan hidayah-Nya.

Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini saya tidak semata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil. Maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasama, dorongan pengarahan dan bimbingan Bapak dan Ibu dosen, khususnya dosen pembimbing. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim M.Ag, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan Sholikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

4. Seluruh dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya.

5. Untuk kedua Orangtuaku, Bapak H. Syarmili Rosyadi, S. HI dan Ibu Hj. Atikah telah memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya yang luar biasa, serta kakak, adik, dan keponakanku yang telah memberikan semangat bagi penulis.

Penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya skripisi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembacanya

Jakarta, 19 September 2011 Penulis


(8)

iv

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah ………...…………... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….………... 7

D. Kajian Pustaka ………..………. 8

E. Metode Penelitian ………... 8

F. Sistematika Penulisan ……… 11

BAB II BIOGRAFI ANWAR SADAT A. Latar belakang Keluarga ……… 12

B. Pendidikan ……….. 19

C. Karya- Karya Anwar Sadat ……… 22

BAB III MESIR PADA MASA ANWAR SADAT A. Kondisi Pemerintahan di Mesir ………...……….. 25

B. Kondisi Masyarakat Mesir Masa Anwar Sadat …………...….. 29

C. Peran Anwar Sadat di Mesir ………... 32

BAB IV ANWAR SADAT DALAM UPAYA PERDAMAIAN MESIR-ISRAEL A. Upaya Anwar Sadat dalam Perdamaian Mesir Israel ……...…. 37

B. Dampak Dari Perdamaian Mesir Israel ………. 47

C. Respon Masyarakat Mesir Terhadap Perdamaian Tersebut ….. 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….………. 58

B. Saran ……..………... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

A. Latar belakang Masalah

Wilayah Timur Tengah merupakan kawasan yang penting dan strategis, terutama jika dilihat dari aspek ekonomi, politik, keamanan dan ideologi. Cadangan minyak dan gas yang banyak terdapat di wilayah Timur Tengah serta berada dipersimpangan tiga benua Asia, Afrika dan Eropa, telah menjadikan kawasan ini sebagai wilayah yang sangat starategis. Selain itu Timur Tengah juga menjadi tempat lahirnya peradaban-peradaban besar sejak zaman dahulu seperti Irak, Iran Palestina, dan Mesir. 1

Republik Arab Mesir adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara dengan luas wilayah sekitar 997.739 km². Daerah Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur.2 Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni oleh masyarakat Mesir.

1

Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, (Jakarta: Mizan, 2007, Cet I), h, v 2Ensiklopedi Islam


(10)

Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia yaitu Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di Luxor, sebuah kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang mencakup sekitar 65% artefak kuno di seluruh dunia. Kini, Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politik yang utama di wilayah Arab dan Timur Tengah.3

Mesir merupakan negara Arab paling banyak penduduknya, sekitar 74 juta orang, yang menempati wilayah Mesir. Hampir seluruh populasi penduduknya terpusat di sepanjang Sungai Nil, terutama Iskandariyah dan Kairo, dan sepanjang delta Nil dan dekat Terusan Suez. Hampir 90% dari populasi masyarakatnya adalah pemeluk Islam dan sisanya Kristen (Coptic). 4

Mesir mempunyai peranan yang penting dalam dunia Islam. Peranan ini disebabkan oleh dua faktor yakni letak geografis yang sangat strategis dan kesuburan lembah sungai Nil sebagai area pertanian. Letak Mesir yang strategis berada di pertemuan tiga benua, Afrika, Asia dan Eropa, menjadikannya pusat perdagangan yang penting sekali serta menjadikannya negeri kaya sejak masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah, Ayubiyah dan zaman sultan-sultan Mamluk. Perkembangan peradaban Mesir yang telah terjadi beberapa tahun silam menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain untuk tidak hanya menjalin hubungan kerjasama dengan Mesir, namun bahkan menjajahnya.5

3

http://en.wikipedia.org/wiki/Mesir 4

Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, h,430 5Ensiklopedi Islam


(11)

Penduduk Mesir beragam, Ada pengaruh dari Mediterania (seperti Arab dan Italia) dan Arab muncul di utara, ada beberapa penduduk asli hitam di daerah selatan. Agama memiliki peranan besar dalam kehidupan di Mesir. Secara tak resmi, adzan yang dikumandangkan lima kali sehari menjadi penentu berbagai kegiatan. Kairo juga dikenal dengan berbagai menara Masjid dan Gereja. Menurut konstitusi Mesir, semua perundang-undangan harus sesuai dengan hukum Islam. Negara mengakui mazhab Hanafi lewat Kementerian Agama. Imam dilatih di sekolah keahlian untuk imam dan di Universitas Al-Azhar, yang memiliki komite untuk memberikan fatwa untuk masalah agama. Penduduk Mesir yang Menganut agama Islam sebanyak 90%, mayoritas Sunni dan sebagian juga menganut ajaran Sufi lokal. Sekitar 10% penduduk Mesir menganut agama Kristen, yang terdiri dari Koptik Ortodok, Katolik Koptik dan Protestan Koptik.6

Meninggalnya Presiden Gammal Abdel Nasser, merupakan peristiwa yang secara otomatis menaikan Anwar Sadat yang sebelumnya menjabat wakil Presiden menjadi presiden. Sadat memerintah tahun 1971 hingga 1981 menggantikan presiden sebelumnya Gammal Abdul Nasser, ia mengubah perpolitikan Mesir menjadi sistem demokrasi. 7

Sadat dilahirkan di Mit Abu Al-Kum, Al-Minufiyah, Mesir, dalam sebuah keluarga yang berasal dari Mesir-Sudan yang miskin, dengan 13 bersaudara. Ayahnya berasal dari Mesir, sementara ibunya orang Sudan. Ia lulus dari Akademi Militer Kerajaan di Kairo pada 1938 dan ditempatkan di Korps Isyarat.

6

http://en.wikipedia.org/wiki/Mesir 7

Mohammed Heikal, Anwar Sadat; Kemarau Kemarahan, Terj, Arwan Setiawan, (Jakarta: PT. Temprin, 1986), h. 37


(12)

Ia bergabung dengan Gerakan Perwira Bebas, yang bertekad untuk membebaskan Mesir dari kekuasaan Britania Raya.8

Pada tahun 1964, setelah memegang berbagai jabatan dalam pemerintahan Mesir, ia dipilih oleh Presiden Gamal Abdel Nasser untuk menjabat sebagai Wakil Presiden. Ia menduduki jabatan itu hingga 1966, dan sekali lagi dari 1969 hingga 1970. Setelah Nasser meninggal, Anwar Sadat dilantik menjadi Presiden. Pada tahun 1973, Anwar Sadat, bersama-sama dengan Hafez Al Assad Presiden Syria, memimpin Mesir dalam Perang Yom Kippur melawan Israel, untuk merebut kembali semenanjung Sinai, yang dikuasai oleh Israel ketika Krisis Terusan Suez dan Perang Enam Hari.

Anwar Sadat berhasil menjebol benteng barlev dalam perang 6 Oktober tahun 1973 terhadap Israel kemudian Anwar Sadat berkunjung ke Tel Aviv dan berpidato di Knesset (parlemen) Israel, yang menyatakan keinginannya berdamai dengan Israel. Sejak itu, Mesir dikuasai oleh Zionis–Israel, dan tidak dapat berbuat apa-apa, ketika Israel semakin meneguhkan penjajahannya atas tanah-tanah Arab. Mesir hanya mendapatkan tanah-tanah Sinai, yang itu merupakan haknya Mesir. karena Mesir mengalami krisis ekonomi yang rapuh akibat perang 1969, upaya penyelesaian perdamaian dengan Israel diyakini oleh Sadat dapat meningkatkan pembangunan di dalam negeri khususnya di bidang ekonomi karena menurutnya dalam suasana negara yang aman dan stabil dapat meningkatkan investor asing yang masuk. Karena itu Anwar Sadat mengambil

8

Ahmad Munif , 50 Tokoh Legendaris Dunia, (Yogyakarts: Narasi. Cet Ke II. 2007), h. 15


(13)

keputusan damai sebagai jalan keluarnya.

Pada tanggal 20 November 1977, Sadat pernah membuat gagasan yang belum pernah dilakukan pemimpin Mesir lainnya, termasuk Gammal Abdel Nasser yang legendaries itu. Ia pergi ke Jerusalem untuk bertemu dengan para pemimpin Israel. tindakan Sadat baik ketika datang ke Jerusalem maupun Camp David mendapat applaus dari banyak pemimpin dunia barat karena keberaniannnya. Sadat telah melakukan hal yang sangat monumental. Ia telah melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan sama sekali. Mantan Presiden AS Gerald Ford pada waktu itu, menyebut Anwar Sadat sebagai “Sosok Manusia di Abad 20”. Ketika itu Ford diminta majalah Time untuk mencalonkannya sebagai tokoh yang paling pantas mendapat gelar “Sosok Abad 20”.9

Perjanjian damai Camp David yang diprakarsai Jimmy Carter dan Henry Kissinger memang mengembalikan wilayah Mesir yang sebelumnya direbut oleh Israel pada perang 1967. Perjanjian ini dilaksanakan di Camp David pada tanggal 17 September 1978 atas bantuan Amerika Serikat.10 Dalam perjanjian ini tidak mengembalikan Dataran Tinggi Golan yang direbut Israel kepada Syria pada perang 1967. Meski secara politik, perang Yom Kippur atau Perang Ramadhan 1973 itu menguntungkan dunia Arab, masalah Palestina dan Jerusalem terutama Jerusalem Timur yang direbut Israel pada perang 1967 masih mengganjal bahkan

9

Ahmad Munif, 50 Tokoh Legendaris Dunia, (Yogyakarts: Narasi. Cet Ke II. 2007), h. 13-14

10

Amin Saikal, Islam dan Barat, Konflik atau Kerjasama, (Jakarta: Sanabil. Cet. I 2006), h, 134


(14)

beberapa kalangan mengatakan dilupakan. Hal ini membuat kemarahan dari kalangan PLO, kaum fundamentalis dan pergerakan Islam dan kalangan Palestina serta dunia Arab, terutama setelah kunjungannya ke Jerussalem atas undangan Manachem Begin. Kemenangan Sadat dalam peperangan ini antara lain berhasilnya Mesir menyebrangi Terusan Suez dan menghancurkan benteng pertahanan Israel (Ar Lev Line) di tepi Timur. 11

Anwar Sadat memang sudah membuat sejarah. Kendati pun untuk itu ia juga telah mengundang kebencian orang yang tidak menyukainya. Rakyat Mesir tentu tidak akan melupakan hari Selasa, 6 Oktober 1981, ketika meletus tragedi nasional terbesar di negeri lembah Nil itu. Adalah siang yang kelabu bagi bangsa Mesir ketika hari itu berondongan peluru dari peserta parade militer menewaskan Sadat. Tragedi kematian Anwar Sadat tidak pernah terbayangkan sama sekali. Tidak ada yang membayangkan Sadat terbunuh saat memperingati kemenangan Mesir atas Israel dalam perang tahun 1973. Pada saat menyaksikan “parade kemenangan” di kursi kehormatan itulah ia ditembak.12

Berdasarkan analisa tersebut penulis ingin membahas tentang “Mesir Pada Masa Pemerintahan Anwar Sadat: Upaya Anwar Sadat dalam Perdamaian Mesir- Israel.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penulis membuat karya tulis berbentuk skripsi ini, maka penulis perlu membatasi pembahasan mengenai Mesir Pada Masa

11

Hermawati, Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 171

12


(15)

Pemerintahan Anwar Sadat: Upaya Anwar Sadat dalam Perdamaian Mesir- Israel. Hal ini dimaksudkan arah dan sasaran yang dikehendaki akan lebih jelas dan terarah.

Dari pembatasan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apa yang melatarbelakangi Presiden Anwar Sadat berdamai dengan Israel?

b. Mengapa Presiden Anwar Sadat mau melakukan Perdamaian tersebut? c. Bagaimana respon masyarakat Mesir tentang Perdamaian tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian skirpsi ini bertujuan Sebagai berikut: Pertama, Untuk mengetahui Latar belakang Presiden Anwar Sadat melakukan Perdamaian Mesir-Israel, Kedua, Untuk Mengetahui mengapa Presiden Anwar Sadat melakukan Perdamaian, Ketiga, Untuk Mengetahui Respon Masyarakat Mesir tentang Perdamaian Mesir-Israel.

Adapun dalam penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan manfaat yang luas tentang negara Mesir pada masa Anwar Sadat

2. Memberikan manfaat bagi penulis dan para pencinta studi sejarah dalam rangka pengembangan sejarah Islam di Mesir.

3. Menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan


(16)

5. Untuk mendapatkan gelar S1.

D. Kajian Pustaka

Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Penelitian mengenai Anwar Sadat telah dilakukan oleh Arief, R. A, Politik Luar Negeri Mesir Pasca Perjanjian Camp David: Peran Mesir bagi Terciptanya Stabilitas Politik Timur Tengah, Jakarta: Tesis UI, 2000, dan Baehaki, Ahmad, Inkosistensi Anwar Sadat tentang Demokrasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007. Tapi kajian-kajiian tersebut belum memberikan topik pembahasan yang detail seputar upaya Anwar Sadat dalam perdamaian Mesir-Israel. Penulisan ini dimaksudkan untuk mengisi ruang yang masih kosong tersebut. Adapun buku yang saya jadikan sumber dalam penulisan skripsi yang berjudul Mesir Pada Masa Pemerintahan Anwar Sadat: Upaya Anwar Sadat dalam Perdamaian Mesir-Israel, yaitu Anwar Sadat,

“Anwar Sadat Mencari Identitas sebuah Autobiografi, terj”. Jakarta; Tiara

Pustaka. 1983. Muhammad Haekal. “Anwar Sadat: Kemarau Kemarahan”

Jakarta: Grafiti Perss. 1984, dan sumber- sumber lain yang dijadikan sumber dalam penelitian skripsi ini.

E. Metodologi Penelitian


(17)

digunakan adalah metode deskriptif analisis. Poin-poin penting yang akan ditulis dipaparkan sesuai dengan bentuk, kejadian, suasana dan masanya.

Untuk memperoleh data serta bahan bacaan yang lebih lengkap, dalam penulisan proposal ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah melalui kajian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang berdasarkan pada sumber tulisan sebagai sumber utama, seperti buku, dokumen, jurnal, dan makalah yang merekam dan memberi informasi tentang objek yang diteliti.

Pengumpulan data atau sumber informasi primer dan sekunder yang berkaitan dengan objek penelitian, sebagai langkah awal, dilakukan dengan mencari data-data di beberapa tempat, Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, LIPI, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Kementrian Pendidikan, Perpustakaan Pemerintahan Daerah Bogor, dan lain-lain. Selain itu juga penulis menggunakan data-data pribadi seperti buku-buku dan koran yang berkaitan dengan tema skripsi.

Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian ini adalah buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Press, dengan harapan bahwa penulisan ini tidak hanya baik dari segi isi, tetapi juga baik dari segi metode penulisan.

a. Pendekatan Studi

Dalam studi ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologis yang mana pendekatan ini dipergunakan dalam penggambaran tentang peristiwa masa lalu, yang di dalamnya akan terungkap segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji dan


(18)

pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, pelapisan sosial, peranan dan status sosial.13

Dalam penyusunan rencana penelitian, peneliti akan dihadapkan pada tahap pemilihan metode atau tekhnik pelaksanaan penelitian. Metode yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian ini adalah Metode Sejarah yaitu proses menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik dan dapat dipercaya, serta usaha yang sintesis atas data semacam itu menjadi kisah yang dapat dipercaya14.

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu Penelitian atau Studi kepustakaan dilakukan terutama terhadap buku-buku, majalah, serta surat kabar yang berkembang pada masanya.

b. Sumber Data

Sumber data ini merupakan bagian sangat penting untuk digunakan dalam penelitian, untuk menjelaskan valid atau tidaknya suatu penelitian. Dalam hal ini penulis akan menggunakan :

a. Data Primer, merupakan data utama yang diperoleh dari orang yang menyaksikan terjadinya peristiwa sejarah.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber yang tidak menyaksikan secara langsung peristiwa Sejarah.

13

Dudung Abdurrahman, M. Hum, Metodologi Penelitian Sejarah, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,1999, Cet II), h. 11

14

Louis Gottschlak, Mengerti Sejarah, Terj, Nugroho Noto Susanto, (Jakarta: Universitas Indonesia Perss, 1985), h.22.


(19)

c. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya penulis mengolah data dengan interpretasikan data data yang diperoleh. Dalam hal ini penulis menggunakan deskriptif analistis yaitu penulis berusaha menggambarkan obyek penelitian yang sesuai dengan kenyataan yang ada.

F. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan skripsi ini dibagi menjadi lima Bab, termasuk di dalamnya Bab Pendahuluan dan Penutup. Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II, Berisi uraian singkat mengenai Biografi Anwar Sadat, Latar Belakang Keluarga, Pendidikan, dan Karya-Karyanya.

Bab III, Mesir pada masa Anwar Sadat. Peran Anwar Sadat di Mesir, Kondisi Pemerintahan di Mesir, Kondisi masyarakat Mesir

Bab IV, Anwar Sadat dalam Upaya Perdamaian Mesir-Israel, Kebijakan Anwar Sadat pada Perdamaian Mesir Israel, Dampak dari Perdamaian Mesir Israel, Respon Masyarakat Mesir terhadap Perdamaian tersebut.


(20)

12

BIOGRAFI ANWAR SADAT

A. Latar Belakang Keluarga

Anwar Sadat dilahirkan di Mit Abu Al-Kum, Al-Minufiyah, Mesir, dalam sebuah keluarga Mesir-Sudan yang miskin. Ayahnya berasal dari Mesir, sementara ibunya orang Sudan. Ayah Sadat memiliki empat orang Istri yang pertama tidak diketahui secara jelas identitasnya, yang kedua Sitt el- Barrien, Fatoum dan Amina, dan memiliki 13 anak dari keseluruhannya.

Ayah Sadat bernama Moehamed el- Sadaty dan ibunya Sitt el- Barrien, anak dari seorang Budak yang didatangkan dari Sudan, Afrika Utara, yang baru merdeka ketika penghapusan perbudakan dilakukan Inggris di masa Penjajahannya. Sebelum menikahi Sitt el- Barrien, Moehamed telah lebih dulu menikah, Tetapi tidak dikaruniai anak sehingga bercerai. Ayahnya bekerja sebagai penerjemah pada sebuah datasemen Korps kesehatan tentara Inggris di Shebin el- Kom yang melakukan riset tentang penyakit tropis.15

Setelah menerima sertifikat pendidikannya, Moehamed el-Sadaty bekerja sebagai rombongan kesehatan, ia menjabat sebagai penterjemah dengan rakyat desa itu. Kemudian pada usia 13 tahun ayah Sadat dinikahkan oleh ibunya dengan seorang gadis setempat. Dari istri pertama ini ia tidak dikaruniai seorang anak, bahkan anggota keluarganya pun tidak ingat siapa nama dari istri pertama

15

Mohammed Heikal, Anwar Sadat: Kemarau Kemarahan, Terj, Arwah Setiawan, (Jakarta: Temprin, 1986), h. 6


(21)

ayah Sadat . 16

Nenek Anwar Sadat bernama Siit Om-Mohamed. Ia sangat berpengaruh pada diri Sadat pada masa kanak-kanaknya. Ia memiliki kepribadian yang sangat kuat dan punya kearifan. Nenek Sadat sangat miskin, walaupun demikian ia sering berkeliling ke rumah-rumah keluarga yang kaya yang lebih mampu untuk menjual bahan-bahan makanan seperti mentega, tetapi ia bekerja keras dengan tekad bahwa putra tunggalnya harus bisa mengenyam pendidikan. Karena keuletan yang dimilikinya pada akhirnya ayah Sadat berhasil menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar pertamanya di desa tetangga yang lebih besar, Shebin el-Kom.

Setelah beberapa tahun kemudian rombongan Moehamed el- Sadaty ditugasi bekerja ke Sudan dan ia dengan senang hati mengikuti mereka. Tetapi sebelum kepergiannya Om-Mohammed telah mengatur perkawinan kedua baginya. Wanita kedua yang dinikahinya adalah Sitt el-Barrien. Ia adalah putri kedua dari Khaerallah, yang semula didatangkan sebagai budak dari Afrika. Khaerullah adalah budak yang dibebaskan oleh majikannya pada saat setelah pendudukan Inggris yang melakukan tekanan untuk menghapus perbudakkan pada saat itu. Sitt el-Barrien inilah yang melahirkan Sadat ke dunia, Sadat sangat mirip sekali dengan ibunya dengan warisan raut wajah dan kulit negronya. Sadat merupakan anak kedua dari empat bersaudara, Talaat, Anwar Sadat, Esmat, dan Nefisa. Nama-nama tersebut mencerminkan kekaguman ayah mereka terhadap pemimpin Kaum Muda Turki setelah Revolusi 1908. Keluarga Sadat tinggal di rumah berdinding tanah milik neneknya, yang di panggil Om- Mohammed artinya

16


(22)

ibunya Mohammed. Pada tahun 1925 ketika Sadat berusia tujuh tahun, seluruh keluarganya pindah ke Kairo melanjutkan sekolah di kota itu.17

Setelah ayah Sadat meninggalkan Sudan pada tahun 1925 ia pergi ke Mesir untuk pekerjaannya. Moehamed el-Sadaty kemudian mencari tempat tinggal untuknya dan keluarganya dan menemukan tempat tinggal di suatu tempat yaitu di Flat tingkat satu dari rumah bertingkat di Kubri el-Kubba, suatu daerah pinggir Kairo, Sharia Mohamed Badr No. 1.

Akan tetapi karena sudah terbiasa dengan lingkungan negara asalnya, yaitu Sudan, ibu Anwar Sadat tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan Kairo, maka Siit Om-Mohamed sangat paham dengan kepentingan putra kesayangannya itu, dan dia pun mulai mencarikan istri lagi untuk anak kesayangannya. Moehamed el- Sadaty hanya bisa patuh terhadap ibunya. Ia pun menikahi Fatoum wanita dari Mansura. Pada pernikahan yang ke tiga ini dengan Fatoum ia tidak dikaruniai seorang anak.

Kemudian pada suatu hari ada beberapa tamu datang dari Mit Abu el-kom ke rumah Moehamed el- Sadaty. Mereka berkunjung dengan membawa anak gadis, yang bernama Amina. Ia berumur delapan belas tahun. Gadis ini berkulit terang, Moehamed el-Sadaty jatuh cinta kepadanya. Iapun mengatur penikahan yang ke empat dan segera melamarnya. Amina menggantikan posisi Fatoum yang malang itu.

Sulit dimengerti bahwa Sitt el-Barrien sudah dikalahkan oleh dua saingan dari istri-istri ayahnya Sadat. Amina sangat cepat menguasai Moehamed

17


(23)

Sadaty. Ia pun dikaruniai Sembilan orang anak yaitu dua laki-laki dan tujuh orang anak perempuan. Sadat muda sangat kehilangan masa kebebasan dan gairah hidupnya. Ia juga sering menyaksikan ibunya diturunkan ke posisi perbudakan. Segala beban pekerjaan rumah tangga dipikul oleh Sitt el-Barrien. Bila ia membuat kesalahan, ia dipukul oleh ayahnya Mohamed el-Sadaty di depan anak-anaknya.18

Pada usia dua puluh dua tahun Anwar Sadat lulus akademi militer kerajaan Kairo. Sadat menikah dua kali, istri yang pertama yaitu Ekbal Mohammed Madi dan mempunyai tiga putri yaitu Rokaya, Rowiya, Camelia.19 Pada tahun 1942-1945 tanpa alasan yang jelas, Anwar Sadat ditahan. Setelah keluar dari penjara, pada tahun 1945, setahun kemudian ia ditangkap lagi. Mungkin penangkapannya kali ini dikaitkan dengan terbunuhnya Menteri Keuangan Mesir. Tahun 1948, Sadat diadili dan divonis bebas. Bulan Maret tahun 1949 ia menceraikan Ekbal dan 2 bulan kemudian menikah dengan Jihan Raouf (kemudian dikenal dengan Jehan Sadat) Mereka punya satu anak laki-laki yaitu Gamal, dan tiga anak perempuan: Lobna, Noha dan Jehan. Tahun 1954 Sadat diangkat menjadi Menteri Penerangan.20

Jehan Sadat adalah seorang perempuan yang energik, dinamis, berani dan punya keinginan untuk meningkatkan hak-hak wanita di Mesir. Orang terpesona dan setengah kaget atas keberaniannya pada saat suaminya akan disumpah menjadi presiden. Jehan melangkah melewati ambang pintu terlebih dulu. Hal ini

18

Mohammed Heikal, Anwar Sadat: kemarau Kemarahan, h. 9 19

Bambang Widiatmoko, “Sadat, Anwar Al-“ dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia,

(Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1990), h. 313 20


(24)

dinilai sangat radikal di sebuah negara Islam, tempat para wanita diharuskan berjalan di belakang suaminya. Dengan nada membela istrinya, Sadat mengatakan bahwa ia dan istrinya ingin membuka babak baru bagi hak asasi perempuan di Mesir. Sejak menjadi ibu negara pada 17 Oktober 1970, Jehan Sadat semakin sibuk, terutama dalam kegiatan sosial untuk membantu rakyat kecil yang tinggal di Lembah Nil. Jehan juga aktif di Bulan Sabit Merah (Palang Merah) tiga tahun sejak sebelum menjadi ibu negara sampai tiga tahun kemudian setelah menjadi ibu negara. Jehan juga seorang akademikus yang memperoleh Master of Art bidang sastra Arab pada 1980 dari Universitas Kairo.21

Empat tahun setelah kematian suaminya, Jehan lebih banyak tinggal di Washington, mengajar di American University dan University of South Carolina tentang wanita di negeri Islam. Jika ia mengunjungi Mesir, ia selalu berziarah ke makam Anwar Sadat. Di matanya selalu terbayang percikan darah Sadat yang membasahi lantai kayu mimbar. “Aku selalu teringat jerit dan tangis ketakutan cucu perempuanku di tengah desingan peluru yang menghantam tembok penghalang di sampingku,” ujarnya.22

Para idealis perwira muda berbicara politik, memperdebatkan cara terbaik untuk membersihkan negara mereka dari Inggris. Pada 1939 Sadat memasuki Korps Sinyal. Sementara Nasser berada di Sudan, Sadat merencanakan tindakan langsung melawan Inggris. Sesekali ia bertemu dengan Hassan Al-Banna, guide agung Ikhwanul Muslimin, kelompok fanatik agama yang ingin mengubah Mesir

21

http://panglima-ali.com/2011/04/jehan-sadat-selalu-mencintai-sadad/ 22


(25)

menjadi teokrasi23.

Ketika Anwar Sadat bertugas di Manqabat, ia bertemu pertama kalinya dengan Nasser. Dalam bukunya Sadat menyebut bahwa ketika tiba di Manqabat ia sebenarnya sudah menjadi Revolusioner rahasia yang jauh lebih matang daripada rekan-rekan perwiranya yang kebanyakan tidak punya pendidikan politik.

Pertemuan pertama Sadat dan Nasser dipandang agak berbeda

“Meskipun Nasser dan saya bertemu pada usia beliau Sembilan belas, saya tidak bisa mengatakan bahwa hubungan kami pernah melebihi saling percaya dan saling hormat: sama sekali bukan sesuatu yang bisa kita namakan persahabatan. Tidak mudah bagi Nasser untuk mempunyai sahabat dalam arti kata sebenarnya, karena ia punya kecenderungan untuk

waspada , curiga, sangat pahit dan mudah naik pitam.24

Yang memberikan pengaruh lebih berarti terhadap kariernya adalah orang lain yang dijumpai Sadat di Maadi. Ia seorang perwira angkatan udara. Ia bernama Hassan Ezzat. Ezzat adalah anggota satuan kelompok gelap dalam angkatan udara yang juga mempunyai hubungan dengan Jendral Aziz el-Masri inspektur jendral angkatan darat. Tujuan dari kelompok ini ialah mengadakan kerjasama dengan Jerman, dengan menggunakan tentara mereka yang sedang maju untuk mengusir Inggris dan memerdekakan sejati bagi Mesir.

Selama kepemimpinan Nasser, Sadat pernah menjadi juru bicara di Parlemen Mesir selama sepuluh tahun. Ia selalu mencintai teater dan salah satu ambisi awalnya adalah menjadi actor. Nasser memberinya pekerjaan sebagai Juru Bicara karena kata Nasser, Sadat mempunyai suara yang bagus dan dapat berpidato dengan retorika seperti orang Suriah.

23

http://www.answers.com/topic/anwar-al-sadat#ixzz1JMu9m5zX 24


(26)

Anwar sadat adalah satu dari tiga perwira Mesir yang menggulingkan Monarki Mesir bersaama Nasser tahun 1953. Sejak muda dia telah berjuang melawan Inggris dan tahun 1942 ia ditangkap kemudian dalam Ketentaraan dia dekat dengan Nasser dan sejak Nasser berkuasa ia selalu mendampinginya. 25

Pada tahun 1969, setelah memegang berbagai jabatan dalam pemerintahan Mesir. Sadat dipilih Gammal Abdel Nasser untuk menjabat sebagai wakil Presiden. Nasser mengangap bahwa pada saat itu memang giliran Sadat.26 Setelah Gamal Abdel Nasser meninggal, Anwar Sadat dilantik dan dipilih menjadi presiden27

Anwar Sadat memerintah dalam bayang-bayang pendahulunya, Gamal Abdul Nasser. Memang Nasser sangat berpengaruh pada waktu itu. Orang-orang pro-Nasser masih sangat kuat dan berdiri di belakang Wakil Presiden Ali-Sabry. Sadat menyadari betul jika ingin kedudukannya tidak goyah dan pemerintahannya bisa kuat, pengaruh Nasser harus dihilangkan atau setidak-tidaknya dieliminir. Ia singkirkan para penentang, merekrut militer dan birokrat senior dari kalangan atas. Presiden Sadat kemudian membentuk Majelis Nasional di bawah undang-undang yang memberikan wewenang untuk membersihkan lawan-lawannya dan menempatkan Angkatan Bersenjata di bawah perintahnya.

25Presiden Sadat Dibunuh,

Kompas Rabu, 7 Oktober 1981 26

Karen Amstrong. Perang Suci: dari Perang Salib Hingga Perang Teluk, (Jakarta: Serambi, 2004), h.,503

27

Lugger Ballack. Kisah Tragis 28 Penguasa: Intrik, Spionase dan Pembunuhan. (Jakarta: Visimedia, 2007. Cet I), h.107


(27)

B. Pendidikan

Anwar Sadat awalnya mengenyam pendidikan atas dasar neneknya yang ingin sekali menyekolahkan cucunya mengikuti jejak ayahnya. Mula-mula neneknya memasukan Anwar Sadat ke pengajian didekat desa ia tinggal, di sana ia belajar menulis, membaca dan menghafal Al- Qur’an.28 Kemudian ia disekolahkan oleh ayahnya di Gereja Koptik di Toukh, ayahnya memilih sekolah swasta ini karena biaya pendidikannya ini tidak terlalu mahal. Namun tidak beberapa lama kemudian Anwar Sadat pindah ke sekolah Perkumpulan Islam. Sekolah itu terletak di Zaitun, tidak jauh dari rumahnya, dari sekolah inilah ia baru mengetahui tanggal kelahirannya yakni 25 Desember 1918. Di sekolah perkumpulan Islam Sadat belajar di kelas awal dan dua tahun di tingkat pendidikan dasar. Sadat lulus dengan angka yang cukup baik. Kemudian Sadat pindah ke sekolah Sultan Hussein di Heliopolis di sini ia tamat dengan memperoleh General Certificate of Primary Education. Pada tahun 1930 Sadat dan abangnya Taalat masuk sekolah pertama raja Fuad I. 29

Ia mengikuti abangnya Taalat ke sekolah negeri normal untuk anak laki-laki setingkatnya, tapi ketika ia di sekolah lanjutan pertama, sesuatu hal terjadi yang mengakibatkan ia harus meninggalkan sekolah itu dan pindah ke sekolah lain yang lebih rendah statusnya. Dalam autobiografinya Sadat menyebutkan secara tidak langsung kejadian yang kurang enak itu:

“Saya sadar bahwa kegagalan saya merupakan titik balik dalam hidup saya. Saya sadar kegagalan merupakan sebuah pertanda bahwa tuhan

28

Anwar Sadat, Anwar Sadat Mencari Identitas sebuah Autobiografi, Terj, Banu Iskandar, ett. all.,”.(Jakarta; Tiara Pustaka, 1983), h.5

29


(28)

kecewa terhadap saya, mungkin karena kealpaan saya, mungkin karena ketakaburan saya .... Begitulah, dalam semangat yang demikian dan dalam perasaan yang kabur itu- kombinasi rasa dosa dan taubat – saya menyerahkan skripsi saya ke sekolah lain.”

Selama ia duduk di bangku sekolah menengah di Kairo kehidupan keluarganya berada di garis kemiskinan. Dengan gaji terbatas ayahnya harus membiayai sekolah tiga belas putra dan putrinya. Maka walupun tinggal di kairo mereka membuat roti sendiri dengan tungku besar karena tidak mampu membeli roti yang biasa penduduk Mesir membeli di toko-toko roti. 30

Masa-masa sekolahnya sangat tidak menyenangkan karena terbentur faktor ekonomi yang sangat minim. Karena kedaaan ekonomi yang minim itulah Anwar Sadat hanya mempunyai satu stel jas tua yang dipakai untuk sekolah dan tidak pernah diganti atau diperbaharui. Hal ini sangat jauh berbeda dengan teman-teman usianya di sekolah, yang terpenting bagi Sadat adalah jasnya itu memenuhi kebutuhannya. Ia tidak mempermasalahkan apakah jas itu bagus atau jelek, mahal ataupun murah tidak menjadi soal baginya. Ia selalu tampil apa adanya, sebagai pemuda desa yang menggap bahwa menggarap tanah lebih mulia dari pada penduduk desa yang hanya hidup dari berdagang.

Anwar Sadat saat berusia tujuh tahun, pindah ke Kairo beserta seluruh keluarganya. Ia melanjutkan sekolah di kota itu. Pada tahun 1940 Anwar Sadat lulus di Akademi Militer Kerajaan Kairo dalam usia 22 tahun. Masa sekolah di kairo membuka mata pikiran Anwar Sadat untuk melihat perbedaan antara kehidupan kota dan kehidupan desa. Anwar Sadat selalu memberi kesimpulan

30


(29)

bahwa ia tidak menyukai kehidupan kota. Karena baginya kota sudah banyak dipengaruhi oleh budaya orang Inggris. 31

Terlepas dari kegiatan politik yang ia tekuni, setelah lulus dari Akademi, Sadat menekuni kegiatan budaya yang sama pentingnya karena kegiatan ini mendukung kegiatan politik. Oleh sebab itu ia mendaftarkan diri pada Lembaga Inggris di Mesir dan memperoleh gelar BA dari Universitas London.32

Ia sangat menyukai sekali membaca. Karena itu ketika ia berlibur ia selalu menyempatkan dirinya untuk pergi ke Kairo untuk membeli buku di toko loakan di dekat taman Izbekiah. Apabila ia bertugas ke suatu daerah ia menulis surat ke berbagai penerbit dan toko buku untuk meminta daftar buku. Barangkali inilah yang membedakan Anwar Sadat dengan teman-teman lainnya. Ketika ada di Manqabad biasanya ada bus Angkatan Bersenjata yang setiap hari Kamis siang mengangkut Sadat dan teman-teman ke Asyut. Sore itu teman-teman Sadat mencari tempat-tempat hiburan, sedangkan Sadat hanya duduk di kedai kopi dekat stasiun kereta api, menghisap pipa, dan membaca buku yang ia beli di Kairo hingga saat teman-teman Sadat kembali dari tempat hiburan dan siap pulang. Kemudian Sadat bersama-sama teman-temannya kembali dari tempat hiburan dan pulang dengan bus menuju asrama. 33

Sebagai anak sekolah, Sadat sering berdemonstrasi menentang Inggris, yang menduduki Mesir pada waktu itu. Sadat lulus dari akademi pada tahun 1938. Di sana ia pertama kali bertemu Nasser, seorang pemimpin alami, serius dan agak menyendiri. Sebagai anak dari seorang petani Sadat dikenal sebagai anak yang

31

Mohammed Heikal, Anwar Sadat: Kemarau Kemarahan, h.14 32

Anwar Sadat, Anwar Sadat Mencari Identitas sebuah Autobiografi, h. 26 33


(30)

sederhana. Sikapnya dibentuk oleh kemiliteran. Dia sangat mencintai keluarganya. Kegemarannya adalah menghisap pipa membaca novel detektif nonton film serta menggunakan pakaian tani yang longgar. Sadat juga orang yang religius namun ia tidak puritan.34

Pada tanggal 26 Agustus 1936 ditandatangani persetujuan penghapusan persyaratan untuk menjadi seorang perwira guna mengembangkan pasukan Mesir. Maka terbukalah peluang bagi pemuda-pemuda seperti Anwar Sadat dan Gamal Abdel Nasser untuk menjadi perwira. Masa pendidikan diperpendek menjadi sembilan bulan. Sadat lulus dari Akademik Militer kerajaan sebagai letnan dua infanteri pada bulan Februari 1938.35

C. Karya-karya Anwar Sadat

Ketika ia mendekam di penjara, Anwar Sadat mengalami masa-masa sulit. Ia merasa sangat kesepian. Untuk mengusir rasa sepi yang diderita ini ia banyak membaca buku. Meskipun di dalam penjara ia senang belajar bahasa, sehingga di samping mampu berbicara dalam bahasa Arab dan Inggris, ia juga menguasai bahasa Jerman, Prancis, dan Persia. Perkenalannya dengan beberapa penulis Amerika Serikat, seperti Douglas dab Zane Greyy, membuat ambisi Sadat untuk belajar Politik kian meledak. Namun, jika ditanya siapa lagi yang amat mempengaruhi kepribadiannya, maka Sadat akan pasti menjawab Khalifah Oemar Ibn Khattab. 36

34

Presiden Sadat Dibunuh , Kompas Rabu, 7 Oktober 1981 35

Mohammed Heikal, Anwar Sadat: Kemarau Kemarahan, h.14 36

Anshari dan Anas Sadaruaan, Anwar Sadat Antara Pahlawan dan Penghianat (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), h, 1


(31)

Meskipun demikian, ia tidak hanya dipengaruhi oleh beberapa tokoh di atas. Beberapa orang besar lainnya yang ia kagumi juga berpengaruh kendati tidak sebesar pengaruh orang-orang di atas. Setidaknya ada beberapa tokoh lagi yang di sebut-sebut sangat dikagumi oleh Anwar Sadat. Di antaranya adalah Zahran, figure sentral yang menjadi teman akrabnya sejak kecil di Mesir, meskipun Zahran tidak seperti Douglas, namun ia cukup berpengaruh terhadap Sadat. Sementara yang lain, Mustofa Kemal Attaturk, Mohandas Gandhi, Adolf Hitler, Hasan al-Banna dan Gamal Abdul Nasser adalah figur yang ia kagumi.

Dari berbagai pertemuan dan petualangannya dengan sejumlah tokoh-tokoh di atas ditambah lagi minat bacanya yang tinggi ketika Sadat mendekam di penjara, maka ia menghasilkan sejumlah karya-karyanya. Karya besarnya antara lain:

1. The full Story of the Revolusion (1954)

2. Unknow Pages of the Revolusion (1955)

3. Revolusion on the nile (1957)

Sementara dalam karya lain adalah:

1. Son, This is your uncle gamal Memorirs of Anwar Sadat (1958)

2. In Search of Identity: An Autobiography (1978)

3. The Story of his life and of his country after (1918)

4. The prince of the Island (1956)37

5. Thirty Month in Prison (buku ini menceritakan watak Anwar

37


(32)

Sadat, buku ini sempat ditarik dari penerbitan namun setelah ia jadi Presiden kemudian buku ini diterbitkan kembali)38

38


(33)

A. Kondisi Pemerintahan di Mesir

Pada masa pemerintahannya Sadat memberi sebuah identitas Islami yang khas pada Mesir dibandingkan masa Nasser. Pada masanya berbagai mesjid baru dibangun dan orang-orang kaya didorong melalui potongan pajak untuk menyumbang proyek-proyek pembangunan suci. Hukum Islam diperkenalkan lagi. Murtad menjadi pelanggaran hukum berat dan muncul pembicaraaan untuk menerapkan hukum potong tangan bagi pencuri. Penjualan alkohol dilarang di jalanan dan dibatasi hanya boleh di bar-bar dan klub-klub khusus. Sebuah stasiun radio Islami menyajikan pembacaan al-Qur’an sepanjang hari, bahkan adzan pun dikumandangkan di program- program radio Mesir.

Untuk mendorong Islam bangkit, Sadat ingin mencampurkan agama ke dalam pemerintahannya. Namun pada kenyataannya adalah bahwa sistem pemerintahan yang diperbaharui Sadat mendorong munculnya radikalisme-revolusioner baru di Mesir. Tentu saja rakyat Mesir bukan satu-satunya yang menemukan kekuatan Islam pada saat itu. Selama tahun 1970-an, muncul gerakan Islam yang kuat di Iran. Mestinya gejala ini bisa membuat Sadat waspada. Ia sahabat baik Syah Iran. Ia memandang Iran yang saat itu negara maju yang memodernisasikan diri, sebagai model bagi Mesir tapi pada tahun yang sama dengan perjanjian Camp David antara Mesir dan Israel, sebuah Revolusi Islami menumbangkan rezim kuat Syah Iran dan Syah Reza Muhammad Pahlevi tepaksa


(34)

mengungsi ke Mesir.39

Pada tahun 1970-an pemerintah mesir terang-terangan merujuk kepada Islam. Sadat banyak sekali menggunakan lambang-lambang dari retrorika Islam. Ia menyebut dirinya sebagai “Presiden Mukmin” karena ia menggunakan lambang Islam pada pemerintahannya tersebut. Ia pernah mendorong pembangunan-pembangunan mesjid dalam skala yang belum pernah ada sebelumnya. Ia juga pernah melancarkan dan melegitimasi perang Mesir-Israel 1973 sebagai Jihad. Sadat juga membebaskan angota Ikhwanul Muslimin dari penjara dan mengijinkan mereka untuk menjalankan fungsi mereka dalam kehidupan masyarakat, dan mendukung terbentuknya organisasi-organisasi mahasiswa Islam di kampus-kampus untuk membendung pengaruh kubu Nasseris dan Kelompok kiri.40

Setelah ia dapat mengembalikan kehormatan Arab, yang telah dilumpuhkan secara parah pada tahun 1967, masyarakat Mesir tidak perlu lagi merasa berada dalam situasi bertahan dan dengan sendirinya bersikap memusuhi dan bersikap negative pada gagasan Perdamaian. Pencapaian perang Oktober 1973 juga meningkatkan gengsi Anwar Sadat di negerinya sendiri. Ia kini dapat menunjukan bahwa bila Nasser telah membuat orang Arab terhina, maka Sadat, pada tahun 1973 telah memungkinkan bangsa-bangsa- Arab untuk sekali lagi mengangkat kepala mereka. Tetapi Sadat ingin melangkahkan satu tahap lebih jauh. Ia ingin dapat mengatakan bahwa jika Nasser telah kehilangan Semenanjung

39

Karen Amstrong, Perang Suci: dari Perang Salib Hingga Perang Teluk, (Jakarta: Serambi, 2004), h. 506-507

40

John. L. Eposito dan John O. Voll., Demokrasi Di Negara-Negara Muslim, (Bandung: Mizan, 1999), h. 236


(35)

Sinai pada tahun 1967, maka ia merebutnya kembali untuk Mesir. Kini setelah ia mengangkat kehormatan bangsa Arab di Medan tempur dan membuktikan bahwa mesir adalah sebuah kekuatan yang harusnya diperhitungkan. Ia mengusulkan kepada Henry Kessinger selama negosiasi–negosiasi setelah perang bahwa ia sungguh-sungguh memikirkan untuk memperbaharui tawaran damai yang ia buat pada tahun 1971, yang telah ditolak dengan penuh cercaan oleh perdana Menteri Golda Meir dan Menteri Pertahanan Moshe Dayan. 41

Setelah Empat tahun berkuasa Anwar Sadat mencoba membangun kembali kepercayaan orang-orang Mesir. Ia berkonsentrasi pada perkembangan ekonomi. Pada tanggal 6 Oktober 1973 Sadat mulai membangun jembatan, hotel-hotel berbintang, jalan tol dan bangunan megah lainnya. Ia berhasil meyakinkan para investor dari dalam negeri dan negara-negara teluk untuk membangun kembali Kairo sebagai kota modern. 42

Kebijakan Politik dan Ekonomi Sadat bersikap terbuka memungkinkan berkembangnya gerakan-gerakan Islam beragam dan bewajah majemuk. Ikhwanul Muslimin muncul dari penjara dan kini mereka membentuk barisan kembali. Meskipun masih menjadi partai yang tidak sah, Ikhwan mengerakan kembali penerbitan-penerbitan dan aktivitasnya dan pada awalnya mendukung pemerintah, meskipun kadang-kadang juga bersikap kritis. Setelah didera oleh penindasan, pemenjaraaan dan siksaan, Ikhwan dibawah pimpinan Ommar Tilmassani mengambil sikap tegas dengan menentang tindakan kekerasan dan menjalankan

41

Karen Amstrong, Perang Suci: dari Perang Salib Hingga Perang Teluk, h. 526-527 42

Zuhairi Misrawi, Al- Azhar: Menara Ilmu, Reformasi dan Kiblat Keulamaan, (Jakarta: Kompas, 2010), h. 106


(36)

kebijakan yang jelas untuk berusaha mengadakan perubahan di dalam sistem.43 Hubungan baik Ikhwan dan Sadat tidak berlangsung lama, para tokoh Ikhwan berani mengkritik masa pemerintah Anwar Sadat dan sistem politik serta kebijakannya.44

Namun inisiatif-inisiatif Islami Sadat terbukti tidak produktif ketika ia menemukan kenyataan yang telah diketahui oleh banyak orang dalam konteks yang berbeda-beda. Organisasi-organisasi mahasiswa yang didukung pemerintah dengan segera menjadi kekuatan besar di kampus-kampus dan mulai menyapu bersih hasil pemilihan mahasiswa serta tampil sebagai organisasi yang mandiri. Semakin lama rezim mendapati dirinya didikte oleh Ikhwan dan Jamaah Islamiah yang militan sebuah organisasi payung untuk kelompok mahasiswa45.

Mereka mengecam Sadat atas kunjungannya ke Israel, kesediaanya menandatangani perjanjian Camp David, dukungannya pada Syah Iran dan kutukan nya terhadap Ayatullah Khoemeini, dan pengesahannya atas reformasi undang-undang keluarga. Tokoh-tokoh Islam mencemooh dan menolak reformasi hukum ini karena mereka anggap sebagai hasil pengaruh Barat. Mereka menyebut undang-undang Jihan, mengacu pada Jihan Sadat, yang ibunya berasal dari Inggris dan dia sudah terbaratkan.

Kebijakan ekonomi pintu terbuka (infitah) Sadat dianggap sebagai ketergantungan ekonomi Mesir yang semakin besar pada barat dan mendorong penetrasai budaya Barat dari pakaian dan prilaku hingga televisi, musik dan video.

43

John. L. Eposito dan John O. Voll, Demokrasi Di Negara-Negara Muslim, h. 236 44

M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke Indonesia , (Jakarta: Erlangga,2007), h. 37

45


(37)

yang menguntungkan kaum elite terbaratkan yang menikmati hak istimewa dalam ekonomi, dengan demikian mendorong tumbunya suatu masyarakat yang di dalamnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Meskipun banyak bergantung pada investasi asing, namun kesejahteraan masyarakat terus-menerus bergantung pada minyak, pada sektor pariwisata, bea teruzan Suez, dan kiriman uang para pekerja dari luar negeri. Demikianlah hutang luar negeri Mesir berkembang semakin besar.46

Dengan menyatakan pemisahan agama dan politik, Anwar Sadat memperketat kendali atas Ikhwan dan berusaha menasionalkan masjid-masjid (pribadi). Pada 1970-an, jumlah Masjid pribadi berlipat ganda kira-kira 20.000 menjadi 40.000. Dari 46.000 masjid di Mesir, hanya 6.000 yang dikontrol oleh Kementrian Wakaf.47 Presiden Anwar Sadat yang berkuasa antara 1970-1981, menjalankan “liberalisasi” baik di sektor ekonomi maupun politik. Setelah perang Oktober 1973, Sadat membawa Mesir lebih pro-Barat.48

B. Kondisi Masyarakat Mesir Masa Anwar Sadat

Pada masa pemerintahan Presiden Anwar Sadat kondisi masyarakatnya sangat memprihatinkan karena terjadi krisis moneter. Semua harga bahan pokok melambung tinggi akibat kebijakan terbuka terhadap investasi asing dan ketergantungan Sadat terhadap bantuan Amerika Serikat. Rezim baru masa kepemimpinan Sadat mewarisi kemerosotan ekonomi dan politik yang

46

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, , (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1999), Cet ke-I, jilid III h., 127

47

John. L. Eposito dan John O. Voll, Demokrasi Di Negara-Negara Muslim, h. 238 48

M Riza. Sihbudi, Islam, Dunia Arab, Iran: Bara Timur Tengah. (Bandung: Mizan, 1991), h.103


(38)

ditinggalkan setelah pendahulunya Gammal Abdel Nasser terutama setelah kekalahan Mesir pada tahun 1967. Hal ini sangat memprihatinkan sekali, karena pada perang enam hari Mesir melawan Israel telah menghabiskan banyak korban warga Mesir yang tidak bersalah dan biaya Perang yang dikeluarkan sangat tinggi hingga Mesir mengalami kerugian yang sangat besar.49

Pada tahun 1973 ekonomi Mesir mengalami Krisis Moneter. Selama lima tahun antara 1968 -1973 Mesir telah mengeluarkan 8 sampai 9 ribu juta dolar untuk kepentingan peperangan. Bagi rakyat Mesir itu adalah pengorbanan dan penderitaan yang luar biasa, Presiden Anwar Sadat dianggap gagal melindungi rakyatnya dari segala hak-hak kehidupannya.50

Akibat kebijakan infitahnya terhadap perusahan asing yang masuk, Mesir mengalami krisis yang sangat buruk. Dalam pemerintahan Sadat tidak selalu berjalan mulus. Pada masanya terdapat begitu banyak korupsi dan terdapat perbedaan stratifikasi sosial antara si kaya dan si miskin. Orang-orang yang diuntungkan Infitah hanyalah orang-orang asing dan para miliuner Mesir, bukan kaum para pebisnis Mesir yang lebih kecil. Hanya 4 % dari kaum muda Mesir yang mampu menemukan pekerjaan dengan imbalan baik dan masa depan yang sukses di Mesir baru ini. Selebihnya harus menghadapi pilihan keras. Jika mereka tinggal di Mesir maka mereka menghadapi masalah pengangguran atau pekerjaan yang dibayar amat murah serta tidak memiliki rumah tetap, karena bahkan apartemen kecilpun harganya amat mahal. Akhirnya rakyat mulai merasa tidak punya harapan dan putus asa. Satu-satunya cara memperbaiki keadaan adalah

49

John. L. Eposito dan John O. Voll, Demokrasi Di Negara-Negara Muslim, h. 235 50

Mohammad Heikal, Latar Belakang: Perang Arab Israel, (Jakarta: Badan Penerbit Alda. 1978 Cet I), h. 244


(39)

dengan emigrasi.51

Di negara-negara teluk yang berkembang dan makmur, para intelektual muda Mesir dan buruh-buruh terampil biasa mendapatkan banyak uang. Ribuan orang Mesir meninggalkan negerinya untuk waktu yang lama, mengirim uang dari teluk ke rumah mereka serta menabung untuk masa depan mereka. Di negeri asing mereka bergabung dengan para pengungsi Palestina, yang juga hidup makmur di teluk dan kemudian bersama-sama membentuk sebuah kelompok elit baru di dunia Arab yang sering kali dibenci dan ditakuti.

Ribuan petani juga meninggalkan Mesir untuk bekerja di negara Arab lainnya, tempat mereka biasa mendapatkan imbalan sekedar untuk membangun sebuah rumah atau membeli traktor ketika nantinya mereka kembali ke rumah. Sadat memaksa banyak rekan senegaranya melakukan hijrah dari tanah air mereka karena ia telah membuat mustahil hidup di Mesir hingga masyarakatnya pun berpindah.52

Gaya hidup Sadat berbanding terbalik sekali dengan masyarakatnya yang serba kekurangan. Ia memiliki 120 rumah peristirahatan, banyak di antaranya dibangun kembali dengan biaya miliyaran Pon Mesir. Ia juga semakin sering bergaul dengan para desainer Barat. Ia juga sering bergaul dengan para kapitalis semacam David Rockefeller. Istrinya Jihan berpakaian seperti pakaian orang Barat dan berprilaku sebagaimana orang Barat. Ini amat mengejutkan orang Mesir. Jihan menjadi amat luwes bergaul dengan orang Barat. Ketika para tamu tiba ia seringkali terlihat mencium pipi mereka, yang terus terang dipandang

51

Karen Amstrong, Perang Suci: dari Perang Salib Hingga Perang Teluk, h.527 52


(40)

sebagai perbuatan memalukan bagi orang-orang Mesir.53

Dalam tekanan hidup tersebut banyak kaum muda yang berpaling pada agama. Kaum Muda bergerombol menuju berbagai asosiasi mahasiswa Islam (Jama’ah Islamiyyah), mulai mengendalikan kampus setelah perang Oktober. Pada tahun 1976 Sadat mengeluarkan peraturan baru yang memungkinkan asosiasi mahasiswa Islam itu sepenuhnya mengambil alih persatuan-persatuan Mahasiswa. Pada tahun 1976 mareka (Jama’ah Islamiyyah) menjadi pemimpin mahasiswa. Kampus kemudian mempertunjukan penampilan Islami. Kaum lelaki muda memelihara jenggot dan mengenakan Jubah, sedangkan wanita mulai menyelubungkan wajahnya dengan cadar. Mereka mendesak diberlakukannya pemisahan seksual laki-laki dan perempuan baik di kelas maupun di bus dan mulai menggelar Shalat-shalat berjamaah dalam tindakan berskala besar. Seakan mahasiswa ini lebih cerdas dibanding dengan mahasiswa lain.54

C. Peran Anwar Sadat di Mesir

Anwar Sadat memulai karir sebagai Tentara dan menjadi Presiden ketiga Mesir, setelah Jenderal Muhammad Najib (1953-1954) dan Kolonel Gammal Abdul Nasser (1956-1970). Anwar Sadat berpangkat Marshal ketika dilantik menjadi Presiden (1970-1981). Penggantinya, Presiden Husni Mubarak Ia dilantik menjadi Presiden ketika menjabat sebagai kepala Angkatan Udara Mesir (1981-2011) . Karena itu, tidak heran suasana pemerintahan negeri Mesir terasa

53

Karen Amstrong, Perang Suci: dari Perang Salib Hingga Perang Teluk , h. 529 ` 54 Karen Amstrong, Perang Suci: dari Perang Salib Hingga Perang Teluk, h. 530


(41)

sangat Militeristik.55

Mereka memberlakukan undang-undang darurat Militer sampai kini di Mesir. Anwar Sadat memperoleh hadiah Nobel karena langkahnya menandatangani perjanjian damai Camp David antara Mesir dan Israel pada 1978.56 Ia menjadikan Mesir Negara Arab pertama yang mengakui keberadaan Israel. Sebagai anggota Free Officer Commite, ia turut berperan dalam menggulingkan pemerintahan raja Farruk di tahun 1952. Anwar Sadat pernah menjadi anggota dewan komando revolusioner, menjadi Menteri Negara (1954-1956), dan menjadi Pemimpin dewan Nasional (1960-1968).57 Anwar Sadat memegang berbagai posisi pemerintah, termasuk Direktur Hubungan Tentara Publik, Sekretaris Jenderal Uni Nasional, Partai Politik Mesir, dan Presiden dari Majelis Nasional.

Presiden Mesir Gammal Abdel Nasser meninggal, karena serangan jantung pada tanggal 28 September 1970. Presiden Anwar dipilih untuk menggantikan Nasser. Pada tanggal 15 Oktober 1970, Sadat dilantik menjadi presiden Republik Mesir. Dalam masa pemerintahannya ada yang tidak senang dengan naiknya Sadat sebagai Presiden. Itu terbukti dengan pecahnya kudeta pada bulan Mei 1971.58 namun, Sadat berhasil memadamkan kudeta itu. Sadat memodifikasi sikap garis keras Mesir terhadap Israel, yang diwariskan oleh

55

Achmad Desmon A, Ensiklopedi Peradaban dunia: Sebuah Ensikopedi Praktis nan Lengkap 4000 peristiwa penting 900 tokoh dunia dan ratusan artikel menarik, (Jakarta: Restu Agung. 2007), h. 628

56

http://bataviase.co.id/node/320851 57

Achmad Desmon A, Ensiklopedi Peradaban dunia: Sebuah Ensikopedi Praktis nan Lengkap 4000 peristiwa penting 900 tokoh dunia dan ratusan artikel menarik, (Jakarta: Restu Agung, 2007), h. 628

58

Baaklini, Abdo, Et.all. Legislatif Politics in Arab Word, (London: Lynne Rinner Publishers, 1999, h. 226


(42)

Nasser. Meski demikian, mesir di bawah Sadat tetap menuntut agar Israel mundur dari wilayah-wilayah yang direbut dan diduduki dalam Perang 1967.59

Dalam karier politik Anwar Sadat, seperti yang dia tulis dalam Otobiografinya, menyebutkan bahwa ketika ia tiba di Manqabat dalam tugas kemiliteranya, ia sebetulnya sudah seorang revolusioner, namun masih bergerak secara rahasia. Sadat jauh lebih matang dari pada rekan-rekan perwiranya yang tidak punya pendidikan politik. Dikatakan bahwa Ia berusaha keras dalam perbincangan-perbincangan yang panjang, untuk membuka mata rekan-rekannya terhadap realitas keadaan yang pada umumnya dan posisi Inggris pada khususnya walaupun tidak ada bukti atas pengakuan ini.60

Anwar Sadat pada tanggal 15 Januari 1950 menjadi kapten lagi dalam ketentaraan Mesir. Pada saat itu ia sudah menikah dengan Jihan Rouf. Mereka tinggal di sebuah Flat di lingkungan Manial Kairo. Tetapi para penguasa Militer berfikir bahwa orang-orang yang Kontroversial ini lebih baik ditempatkan diluar Kairo dan demikianlah ia ditugasi di Rafah, Sinai Utara.61

Pada akhir 1951 Anwar Sadat dengan resmi diajak menjadi anggota gerakan Perwira Bebas. Hampir semua gerakan itu kecuali Nasser sangat menentang dimasukkannya Sadat sebagai perwira bebas, karena apa yang telah dilakukan Sadat, tetapi Nasser memandangnya begitu berbeda, semua perwira Junior yang mempunyai pengalaman politik secara potensial berguna bagi gerakan itu dan bahwa kaitan Sadat dengan Istana jangan disia-siakan. Ia dapat

59

Trias Kuncahyono, Jalur Gaza: Tanah Terjanji, Intifada, dan Pembersihan Etnis,

(Jakarta: Kompas. 2009). h. 27 60

Muhammad Haekal, Anwar Sadat: Kemarau Kemarahan, (Jakarta: Grafiti Perss. 1984), h. 13

61


(43)

menyampaikan informasi mengenai apa yang sedang terjadi di Istana dan barangkali menyampaikan kepada istana informasi yang menyesatkan tentang Perwira Bebas.

Menjelang akhir tahun 1951, Sadat diminta oleh Nasser untuk bergabung dengan lingkaran dalam gerakan Klandestin pejabat sukarela. Ia memainkan peran langsung kecil dalam kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Muhammad Naguib yang menggulingkan Monarki dan membawa gerakan untuk kekuasaan pada bulan Juli 1952, tetapi ia dipilih untuk menyiarkan pengumuman pertama dari kudeta pada pagi hari itu terjadi. Kemudian ia menjadi editor Koran al-Jumhuriyya.

Semenjak Sadat berada di Akademi Militer di Abasia, ia mulai berkenalan dengan kehidupan politik yang sebenarnya. Ia berkampanye untuk kemerdekaan Mesir dalam arti yang sebenarnya.62 Ia bergabung dengan Gerakan Perwira Bebas, yang bertekad untuk membebaskan Mesir dari kekuasaan Britania Raya. Pada Perang Dunia II ia dipenjarakan oleh Britania atas usaha-usahanya untuk mendapatkan bantuan dari Kekuatan Poros dalam mengusir pasukan-pasukan pendudukan Britania. Ia ikut serta dalam kudeta 1952 yang menggulingkan Raja Farouk II. Ketika revolusi meletus, ia diperintahkan mengambil alih jaringan Radio dan mengumumkan pecahnya Revolusi kepada rakyat Mesir.

Kemudian pada tahun 1958 ia menjadi juru bicara parlemen bersama setelah dibentuk UNI Mesir dan Syiria (Republik Persatuan Arab). Kemudian ia diangkat sebagai Menteri Luar Negeri yang membuatnya menjadi lebih banyak

62

Anshari Thayib dan Anas Sadaruan, Anwar Sadat antara Pahlawan dan Penghianat


(44)

berhubungan dengan dunia luar. Pada 20 Februari 1961 Anwar Sadat menjadi pembicara dalam Dewan Nasional dan bertanggung jawab dalam propaganda melawan Israel. Tahun 1966 sehari setelah presiden Nasser mengkritik habis-habisan kebijaksanaan Amerika Serikat di Timur Tengah, Sadat pergi ke Washington dan dapat bersikap dingin dan sopan ketika bertemu dengan Presiden AS Lindon B Jonson.

Pada tahun 1964-1967 Anwar Sadat ditunjuk menjadi salah satu wakil Presiden Mesir. Kemudian ia terpilih menjadi Presiden setelah kematian Nasser pada tahun 1970. Untuk menyelesaikan konflik Arab-Israel, Sadat pergi mengunjungi Israel pada November 1977, setelah itu Anwar Sadat mengadakan perundingan perdamaian dengan Israel yang dikenal dengan perjanjian Camp David pada tahun 1978, pada tanggal 6 Oktober 1981 Anwar Sadat ditembak mati kelompok yang tidak senang dengan kebijakan politiknya yang berdamai dengan Israel.


(45)

A. Upaya Anwar Sadat dalam Perdamaian Mesir-Israel

Sementara Presiden Anwar Sadat mencari cara penyelesaian perdamaian dengan Israel, pada saat yang sama pula Presiden Anwar Sadat menghadapi masalah perekonomian dalam negeri yang rapuh. Upaya penyelesaian perdamaian dengan Israel diyakini oleh Sadat dapat meningkatkan pembangunan di dalam negeri khususnya di bidang ekonomi karena menurutnya dalam suasana negara yang aman dan stabil dapat meningkatkan investor asing yang masuk. Dengan keyakinan ini pula, di tengah gejolak di dalam negeri Mesir sebagai akibat terpuruknya perekonomian dan kebuntuan proses perdamaian Arab-Israel, Presiden Anwar Sadat tetap melakukan perundingan perdamaian dengan Israel.

Perjuangan Anwar Sadat untuk meraih perdamaian merupakan suatu cerita panjang yang sudah dimulai dari pemilihan sebagai seorang Presiden Mesir pada tanggal 15 Oktober 1970. Meskipun hubungan diplomatik Mesir dan Amerika sudah terputus, namun delegasi Amerika Serikat yang dipimpin oleh duta besar Richardson datang untuk ikut berbelasungkawa atas meninggalnya Nasser. 63

Secara mengejutkan dan sangat berani Anwar Sadat melakukan perjanjian damai Camp David yang diprakarsai Jimmy Carter dan Henry Kissinger. Perjanjian ini memang mengembalikan wilayah Mesir yang sebelumnya direbut oleh Israel pada perang 1967, namun tidak mengembalikan dataran Tinggi Golan

63

Anwar Sadat, Anwar Sadat Mencari Identitas sebuah Autobiografi, Terj, Banu Iskandar, ett. all.,”.(Jakarta; Tiara Pustaka. 1983), h. .375


(46)

yang direbut Israel kepada Syria pada perang 1967. Perang menghadapi Zionisme Israel selama enam hari pada tahun 1967 ini berakibat didudukinya wilayah Mesir (Semenanjung Sinai) oleh Israel dan menambah permasalahan baru lagi bagi Mesir. 64

Pada tanggal 6 Oktober 1973, pasukan Mesir menyerang Israel yang saat itu tengah merayakan Yom Kippur (Hari Perdamaian).65 Mesir di bawah Presiden Sadat telah berusaha untuk dapat merebut kembali Semenanjung Sinai dengan kekuatan Militer. Untuk dapat melakukannya, Militer Mesir harus dapat menyeberangkan personil dan kendaraan lapis baja menyeberangi Terusan Suez dengan cepat sebelum Militer Israel dapat memberikan respon yang berarti. Tugas ini tidaklah ringan karena terdapat hambatan utama yaitu garis pertahanan Bar-Lev.

Dalam peperang ini Israel mengalami kekalahan yang cukup berarti hingga berefek kepada beberapa kebijakan yang menyulitkan pihak Eropa. Negara-negara Liga Arab melakukan embargo minyak hingga mengakibatkan harga minyak dunia melambung tinggi. Bagi negara-negara pengekspor minyak saat itu, termasuk Indonesia, kebijakan ini melahirkan apa yang disebut Bom Minyak (Oil Boom). Untuk menyelesaikan masalah ini maka diadakan konferensi di Jenewa pada bulan Desember 1973, namun tidak menghasilkan apa-apa.66

Pada waktu itu serangan terhadap Israel tidak hanya dari Selatan, yakni

64

Hermawati, Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.170

65

Yom Kippur adalah satu-satunya hari puasa wajib bagi orang-orang yahudi yang dirayakan sekitar bulan September atau Oktober. Tujuan perayaan ini adalah untuk menghapus dosa-dosa Israel. Pada hari itu diadakan upacara yang meriah di kenisah. Jadi Yom kippur adalah hari suci bagi orang-orang yahudi.

66


(47)

dari Mesir, tetapi juga dari Utara yaitu Suriah. Pasukan Israel tak berdaya menghadapi serangan dadakan Mesir di Sinai. Sementara di wilayah Dataran Tinggi Golan, pasukan Suriah juga melakukan serangan dadakan yang membuat tentara Israel tidak berdaya. Perang pun segera meluas, tidak hanya didarat, tetapi juga di udara.

Dalam benak Anwar Sadat berkecamuk pikiran untuk mencoba mengakhiri rentetan peperangan yang ia yakini tidak akan dimenangkan oleh Arab, tetapi masih ada perspektif yang lebih luas yakni negosiasi-negosiasi langsung yang disponsori oleh Amerika. Ketika perdamaian tercapai dengan Israel, maka Mesir dapat saja menjadi sekutu yang lebih penting bagi Amerika dengan segala konsikuensi yang mungkin mengikutinya berupa dukungan ekonomi maupun sikap Amerika yang lebih menguntungkan terhadap klaim-klaim atas Arab Palestina.

Sedangkan dalam pandangan pemerintah Israel pada waktu itu tujuannya berbeda, yaitu membuat perdamaian dengan Mesir yang merupakan musuh bebuyutan, meskipun dengan taruhan mereka harus mundur dari Sinai, sehingga mereka bisa mengonsentrasikan kekuatan untuk mendapatkan tujuan politik mereka yang lebih esensial, yakni menempatkan penduduk Yahudi di wilayah taklukan yaitu di Tepi Barat dan secara perlahan menguasai daerah tersebut, dan bisa berhubungan secara efektif dengan oposisi mana saja yang datang dari Suriah dan PLO. Maka, dalam pembahasan-pembahasan yang diikuti oleh Sadat selama perjalanannya, masalah utamanya adalah keterkaitan yang akan dibuat antara perdamaian Mesir-Israel dan status Tepi Barat.


(48)

Kemenangan Presiden Sadat pada perang 1973 antara lain yaitu berhasilnya menyebrangi Terusan Suez dan menghancurkan benteng pertahanan Israel (Ar Lev Line) di tepi timur. Dan secara bersamaan, tentara Suriah juga berhasil menekan pasukan Israel melalui Dataran Tinggi Golan. Namun demikian, Mesir tidak dapat mempertahankan kemenangan awalnya karena pada 20 Oktober 1973 pasukan Israel berhasil mengepung pasukan tentara Mesir di Tepi Barat Terusan.

Peperangan yang menewaskan 2500 orang tentara Israel dan 9000 orang tentara Mesir ini akhirnya dapat diakhiri setelah kedua negara atas sponsor PBB pada tanggal 22 November 1973 menyetujui untuk melakukan gencatan senjata. Pada peperangan ini, Mesir merasa puas dengan keberhasilannya setelah kecewa dengan kekalahanya oleh Israel pada tahun 1967. Untuk pertama kalinya Negara Arab bersatu dalam bertindak sehingga kedua negara super power tidak berfungsi, Eropa Barat bingung, Israel tertekan dan senjata minyak Arab sangat ampuh. 67

Walaupun tidak memberikan kemenangan mutlak bagi Mesir, namun dengan berakhirnya perang ini, Mesir berhasil menarik perhatian dunia internasional dan AS tentang kebuntuan perdamaian Arab- Israel yang telah berlangsung lama. Di samping itu, Mesir berhasil pula menghancurkan kondisi No War No Peace dengan Israel.68

Pada tahun 1977, Anwar Sadat mengadakan kunjungan ke Jerusalem atas undangan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin yang merupakan awal

67

Mohammed Heikal, Anwar Sadat: Kemarau Kemarahan, Terj, Arwah Setiawan, (Jakarta: Temprin, 1986), h. 45

68

Hermawati, Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005), h. 172


(49)

perundingan perdamaian antara Israel dan Mesir. Pada tahun 1978, terciptalah Perjanjian Damai Camp David, yang mana Anwar Sadat dan Menachem Begin menerima hadiah nobel Perdamaian. Bagaimana pun tindakan ini ditentang hebat oleh dunia Arab. Banyak yang percaya bahwa hanya dengan ancaman militer dapat memaksa Israel berunding mengenai Palestina, dan perjanjian damai Camp David menepikan Mesir yang dianggap kekuatan militer di dunia Arab yang signifikan disamping Syria dan Irak pada saat itu.69

Pada tahun 1978 Kesepakatan damai telah dicapai oleh Mesir dan Israel melalui mediasi negara Amerika Serikat. Menurut kesepakatan tersebut, harus ada perdamaian resmi antara Mesir dan Israel dan juga beberapa bentuk otonomi yang ditetapkan kemudian bagi Tepi Barat dan Gaza, terhitung setelah lima tahun pembahasan mengenai status pastinya. Namun, tidak ditemukan keterkaitan resmi antara kedua masalah tersebut. Dalam perundingan tentang otonomi, maka segera terlihat bahwa gagasan-gagasan Mesir maupun Amerika dan Israel menolak untuk menghentikan kebijakannya pada pemukiman Yahudi diwilayah-wilayah taklukan.70

69

Ahmad Munif, 50 Tokoh Legendaris Dunia, h.14 70

Albert Hoouranni, Sejarah Bangsa Bangsa Muslim, Terj, Irfan Abu Bakar, (Bandung: Mizan, 2004), h.773


(50)

Peta Mesir. 71

Dunia kemudian dikejutkan oleh keputusan Anwar Sadat pada tahun 1977. Pada tanggal 20 November 1977, Anwar Sadat mengunjungi Jerussalem. Perjalanan yang menghubungkan Tel Aviv dengan Jerussalem tersebut diselesaikan menjelang kunjungan Presiden Mesir Anwar Sadat ke Israel. Presiden Anwar Sadat menjadi pemimpin Arab pertama yang mengunjungi Israel. Menteri pertahanan Israel yaitu Ezer Weizmann, menulis bahwa pada abad 20 ada dua perjalanan yang terkenal: perjalanan manusia pertama ke bulan dan perjalanan Presiden Anwar Sadat ke Jerussalem. Yang satu merupakan perjalanan paling berani dan paling panjang, sedangkan Anwar Sadat merupakan perjalanan Perdamaian.72

71

http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir 72

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian Konflik dan Pengadilan Akhir, (Jakarta: Kompas. 2009), h. 110


(51)

Pada tahun 1978 Presiden Mohammad Anwar Sadat pernah mengatakan: “Saya ulangi apa yang saya katakan di depan Knesset lebih dari setahun lalu setiap kehidupan yang hilang dalam sebuah peperangan adalah kehidupan seseorang manusia, terlepas apakah itu kehidupan seorang Arab atau Israel. Istri yang menjadi janda adalah seorang manusia yang berhak hidup dalam sebuah keluarga yang bahagia, Arab atau Israel. Anak-anak yang tidak berdosa yang kehilangan perhatian dan pengasuhan orangtua, semua itu anak-anak kita terlepas apakah hidup ditanah Arab atau Israel dan kita harus memperlihatkan tanggung jawab yang sangat besar untuk memberikan kebahagiaan kepada mereka dimasa

sekarang ini dan kecerahan dimasa datang………….”73

Perjanjian ini mengundang kontroversi. Negara-negara Arab terutama orang Palestina, mengutuknya dan menganggap perjanjian ini sebagai pengkhianatan. Yasser Arafat menyatakan "Biarkan mereka menandatangani apa yang mereka suka. Kedamaian palsu tidak akan berlangsung." Di sisi lain, perjanjian ini membuat Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin mendapat hadiah nobel Perdamaian hingga Anwar Sadat menjadi tidak populer di negara-negara Arab dan negaranya sendiri karena keputusannya itu.74

Sebelum penandatanganan perjanjian itu, Mesir dan Syria menjadi kekuatan penyeimbang yang sangat diperhitungkan Israel dan AS. Tetapi dengan sangat taktis Israel dan AS merangkul Mesir, dengan mengembalikan Semenanjung Sinai kepadanya. Tapi, Israel menolak mengembalikan dataran tinggi Golan kepada Syria.75 Perjalanan Anwar sadat adalah perjalalanan Perdamaian. Hari kedua perjalanan kunjungannnya ke Jerussalem, 20 November 1977, bertepatan dengan hari raya Idhul Adha. Pertama-tama Sadat mengunjungi

73

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian Konflik dan Pengadilan Akhir, h. 286 74

http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Damai_Israel-Mesir 75 http://bataviase.co.id/node/320851


(52)

Temple Mount (Bukit Kuil), tempat pengurbanan Abraham, dan Kemudian Shalat di Mesjid Al-Aqsha.

Ia kemudian mengunjungi tempat-tempat suci Kristen dan Yahudi yaitu Gereja Makam Kudus dan Yad Vashem, tempat peringatan Holakous. Bahkan, Sadat pada sore harinya berpidato di depan para anggota Knesset (para Parlemen Israel) di Jerussalem. Kunjungan itu dilakukan semata-mata untuk mengusahakan perdamaian. Pada kesempatan itu, Anwar Sadat mengemukakan pandangannya mengenai perdamaian, mengenai status wilayah pendudukan wilayah-wilayah yang direbut Israel dalam perang tahun 1967, yakni Gurun Sinai, Tepi Barat, Gaza dan sebagian Jerussalem dan masalah penggungsi Palestina. Kunjungan Anwar Sadat ini sungguh Merupakan sebuah kejuataan bagi siapa saja. Di awal pidatonya ia mengatakan:

“Saya datang dihadapan anda semua pada hari ini dengan niat teguh untuk menciptakan sebuah kehidupan baru dan perdamaian. Kita semua mencintai tanah ini dengan niat teguh untuk menciptakan sebuah kehidupan baru dan perdamaian. Kita semua mencintai tanah ini, Tanah Tuhan kita semua, Umat Muslim, Kristen dan Yahudi semua menyembah

tuhan….”76

76

Trias Kuncahyono, Jalur Gaza: Tanah Terjanji, Intifada, dan Pembersihan Etnis, (Jakarta: Kompas. 2009), h. 28


(53)

Presiden Jimmy Carter berjabat tangan dengan Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin pada penandatanganan Perjanjian Perdamaian Israel-Mesir77

Kunjungan Anwar Sadat ke Jerussalem itulah yang antara lain, mendorong ditandatanganinya perjanjian Camp David, 17 September 1978. Naskah perjanjian itu ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Manachaem Begin, disaksikan oleh Presiden AS Jimmy Carter. Ada dua naskah yang ditandatangani di Camp David, AS, yakni A Framework for Peace in the Middle East dan A Framework for the Conclusion of a peace Treaty between Egypt and Israel. Naskah kedua itulah yang menjadi dasar dicapainya perjanjian perdamaian antara Mesir-Israel ditandatangani pada bulan Maret 1979. Sebagai bagian dari perjanjian itu, Israel menarik mundur pasukannya dari Gurun Sinai secara bertahap dan menyerahkan seluruh wilayah yang direbut dalam perang tahun 1967 itu kepada Mesir pada tanggal 25 April 1982.78 Israel akan menarik mundur tentara mereka serta mengevakuasi pemukiman-pemukiman secara

77

http://en.wikipedia.org/wiki/Anwar_Sadat 78


(54)

bertahap dan akan diizinkan secara bebas untuk melewati Selat Tiran dan Teruzan Suez.79

Perundingan yang berlangsung selama 12 hari antara Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin ini dinamai Camp David, karena pertemuan antar pemimpin Mesir dan Zionis Israel dilakukan di tempat peristirahatan para presiden AS, Camp David di Frederick County, Maryland. Perjanjian ini kemudian melahirkan perjanjian damai Israel-Mesir pada tahun 1978.80

Pada tanggal 2 Desember 1979 Liga Arab mengadakan pertemuan untuk membekukan hubungan diplomatik dengan Mesir. Liga Arab sangat kecewa pada keputusan damai yang dilakukan oleh Presiden Mesir.81 Kemudian ia menyerukan perundingan perdamaian dengan semua saudara Arab yang diadakan di Kairo pada bulan Desember di Mena House, tetapi PLO, Syiria, Irak, Yaman Selatan, Aljazair dan Libya menolak untuk hadir. Marah oleh penolakan tersebut Anwar Sadat memberi respon dengan memerintahkan agar tiga ratus diplomat mereka meninggalkan Mesir. Namun hanya satu saja Negara yang mendukung Anwar Sadat yaitu Syah Iran, ia mendukung atas inisiatif perdamaian Sadat bukan saja di hadapan dunia, tetapi terutama untuk negara-negara Arab.82

79

Karen Amstrong, Perang Suci: dari Perang Salib Hingga Perang Teluk, (Jakarta: Serambi, 2004), h. 557

80

mainsource:http://konspirasi.com/peristiwa/militer-mesir-picu-emosi-rakyat-patuhi-perjanjian-camp-david/

81

Jehan Sadat, Otobiografi Istri Presiden Mesir: Jehan Sadat Kisah Seorang Perempuan Mesir, Bagian ke- II, h. 129

82

Jehan Sadat, Otobiografi Istri Presiden Mesir: Jehan Sadat Kisah Seorang Perempuan Mesir, h.131


(55)

B. Dampak Dari Perdamaian Mesir Israel

Permasalahan yang dihadapi oleh Mesir untuk melanjutkan proses perdamaian khususnya setelah perjanjian tersebut adalah sulitnya mengembalikan kepercayaan bangsa-bangsa di kawasan yang rawan konflik ini terhadap Mesir, di samping menjalin hubungan dengan negara-negara besar Iainnya seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Akan tetapi kunjungan Anwar Sadat ke Jerussalem dan penandatanganan perjanjian dengan Israel itu menuai keras reaksi pro dan kontra. Setelah melakukan perdamaian yaitu pada tanggal 18 Januari 1978 ketika itu terjadi ledakkan di Iskandariah dan Kairo. Puluhan ribu rakyat turun ke jalan-jalan untuk melakukan protes. Rakyat yang hidupnya sudah berat, kini mendapat tekanan yang memungkinkan mereka tidak dapat hidup. Gerakan protes ini segera menyebar ke seluruh kota besar Mesir. 83

Liga Arab misalnya menentang kebijakan Anwar Sadat. Maka pada tahun 1979, Liga Arab membekukan keanggotaan Mesir, bahkan Markas Besar Liga Arab di pindah dari Kairo ke Tunis, Tunisia. Namun tidak sampai tahun 1989, Mesir kembali diakui sebagai anggota dan markas besar Liga Arab dikembalikan lagi ke Kairo. Sikap penentangan yang lebih keras justru dilakukan sekelompok rakyat Mesir yang berakhir dengan pembunuhan Sadat. 84

Memang dari kepentingan Nasional langkah Anwar Sadat dapat dimengerti, tetapi dari sudut kepentingan yang lebih luas, apa yang dilakukan oleh Sadat jelas sangat merugikan perjuangan bangsa Arab dan Palestina dalam

83

H. Sihombing dan K. Dwiyana, Buku Pinta Politikus Dunia, (Jakarta: Pustaka Delapratasa., 2002), h. 1

84


(56)

menghadapi kekuatan gabungan Israel-AS. Karenanya tidak mengherankan jika Liga Arab yang disponsori negara-negara Arab seperti: Suriah, Libya, Aljazair, Yaman Selatan dan Irak sepakat mengeluarkan Mesir dari Organisasi tersebut. Keputusan itu diambil dalam KTT Liga Arab di Baghdad, 27 Maret 1979. Negara-negara anggota Liga Arab juga sepakat memutuskan semua bentuk hubungan politik dan ekonomi mereka dengan Mesir. Namun, dalam kenyataannya, hanya Suriah, Libya, dan Yaman Selatan yang cukup konsisten menjalankan “Politik anti Mesir” sampai tahun 1988. Bagi As’ad, Presiden Syiria dan pemimpin Libya (Mu’amar Khadafi), Sadat adalah penghianat perjuangan bangsa Arab dan Palestina” yang telah melakukan dosa yang tak terampuni.85

Anwar Sadat yang berkuasa antara 1970-1981, menjalankan “liberalisasi” baik di sektor Ekonomi maupun Politik. Setelah perang Oktober 1973, Sadat membawa Mesir lebih pro-Barat, khususnya AS. Tahun 1979, mereka menggerakkan demonstrasi di Universitas Minya dan Asyut untuk memprotes diterimanya Syah Iran di Mesir. Tahun 1981, mereka dituduh terlibat dalam pembunuhan reaksi terhadap penangkapan besar-besaran para anggota Ikhwan dan Jamaah, yang dilakukan rezim Sadat. 86

Namun sejalan dengan penandatanganan perjanjian Camp David, kondisi ekonomi Mesir mengalami perubahan antara lain dihentikannya bantuan-bantuan dari negara-negara Arab. The Arab Fund for Ekomonic and Social Development menghentikan semua bantuan dan kredit untuk Mesir. Pada bulan Mei 1979 Saudi Arabia dan Qatar menyatakan keluar dari The Arab Organization for

85

M Riza. Sihbudi, Islam, Dunia Arab, Iran: Bara Timur Tengah. (Bandung: Mizan, 1991), h. 108

86


(57)

Industrilization (AOI) yang merupakan perusahaan berkedudukan di Mesir, sehingga perusahaan ini runtuh.

Dihapuskannya dari perusahaan tersebut tentunya sangat berarti bagi Mesir. Namun Presiden Anwar Sadat berharap kesulitan ekonomi tersebut tidak berjalan lama karena dapat diatasi melalui “Carter Plan”, dimana mesir akan mendapatkan bantuan sebesar US$ 12.250 juta selama 5 tahun terutama yang berasal dari Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang. Mesir mendapat bantuan kedua terbesar setelah Israel dari Amerika Serikat. Mesir mendapat bantuan sebesar US$ 300 juta dan yang terpenting adalah paket bantuan sejumlah US$ 1,5 juta untuk bidang Militer. Pada awal tahun 1980-an, Amerika Serikat menyediakan dana terbesar US$ 1000 juta per tahun.87

Ketergantungan akan bantuan ekonomi dari negara Amerika tersebut menurut keputusan di AS merupakan kelemahan Mesir yang terbesar, sehingga bantuan ekonomi tersebut dapat dijadikan alat yang ideal dalam membangun pengaruh AS di Mesir. 88 di samping itu Mesir menyadari bahwa bantuan ekonomi akan mendorong terciptanya stabilitas dalam negeri yang pada akhirnya mempengaruhi peran dan posisi Mesir baik di Timur Tengah maupun di internasional. Akibat kebijakan pintu terbuka terjadi kesenjangan ekonomi secara meluas, sehingga membangkitkan reaksi yang sama dengan kesenjangan yang

87

R. A. Arief, Politik Luar Negeri Mesir Pasca Perjanjian Camp David : Peran Mesir Bagi Terciptanya Stabilitas Politk Timur Tengah, (Tesis S2 Bidang Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Politik Kekhususan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, 2000 ) , h. 52

88

R. A. Arief, Politik Luar Negeri Mesir Pasca Perjanjian Camp David : Peran Mesir bagi Terciptanya Stabilitas Politk Timur Tengah, h. 52


(1)

63

Jakarta: Pustaka Zahra, 2004 Cet I.

Misrawi, Zuhairi, Al- Azhar: Menara Ilmu, Reformasi dan Kiblat Keulamaan, Jakarta: Kompas, 2010

Munif, Ahmad, 50 Tokoh Legendaris Dunia. Jogyakarta: Narasi, Cet Ke II. 2007.

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1996

Sadat, Jehan, Otobiografi Istri Presiden Mesir: Jehan Sadat Kisah Seorang Perempuan Mesir Bagian Kedua, Terj. Dra. Myra Sidharta dan Drs. Iwan Fridolin, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1992 Cet. I

Sadaty, Anwar, Mencari Identitas sebuah Autobiografi, Terj. Drs. Banu Iskandar, Marwan, dan Dra. Lanny anggawati. Jakarta; Tiara Pustaka. 1983

Saikal, Amin, Islam dan Barat, Konflik atau Kerjasama, Jakarta: Sanabil. 2006.Cet. I

Shadily, Hasan, Ensiklopedi Indonesia Jilid V, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1984

Sihbudi, M Riza, Menyandera Timur Tengah; Kebijakan AS dan Israel atas Negara-negara Muslim, Jakarta: Mizan, 2007.

---, Islam, Dunia Arab, Iran: Bara Timur Tengah, Bandung: Mizan, 1991

Sihombing, H. dan Dwiyana, K, Buku Pintar Politikus Dunia, Jakarta: pustaka Delapratasa, 2002


(2)

ainsource:http://konspirasi.com/peristiwa/militer-mesir-picu-emosi-rakyat-patuhi-64 perjanjian-camp-david/ http://www.eramuslim.com/berita/dunia/dua-orang-yang-terlibat-pembunuhan-presiden-mesir-anwar-sadat-dibebaskan.htm http://panglima-ali.com/2011/04/jehan-sadat-selalu-mencintai-sadad/ http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir

“Presiden Sadat Dibunuh”. Kompas 7 Oktober 1981

“Presiden Sadat dimakamkan dengan upacara sangat sederhana”. Kompas 11 Oktober 1981.


(3)

(4)

(5)

(6)