Kondisi Pemerintahan di Mesir

25

BAB III MESIR PADA MASA ANWAR SADAT

A. Kondisi Pemerintahan di Mesir

Pada masa pemerintahannya Sadat memberi sebuah identitas Islami yang khas pada Mesir dibandingkan masa Nasser. Pada masanya berbagai mesjid baru dibangun dan orang-orang kaya didorong melalui potongan pajak untuk menyumbang proyek-proyek pembangunan suci. Hukum Islam diperkenalkan lagi. Murtad menjadi pelanggaran hukum berat dan muncul pembicaraaan untuk menerapkan hukum potong tangan bagi pencuri. Penjualan alkohol dilarang di jalanan dan dibatasi hanya boleh di bar-bar dan klub-klub khusus. Sebuah stasiun radio Islami menyajikan pembacaan al-Qur’an sepanjang hari, bahkan adzan pun dikumandangkan di program- program radio Mesir. Untuk mendorong Islam bangkit, Sadat ingin mencampurkan agama ke dalam pemerintahannya. Namun pada kenyataannya adalah bahwa sistem pemerintahan yang diperbaharui Sadat mendorong munculnya radikalisme- revolusioner baru di Mesir. Tentu saja rakyat Mesir bukan satu-satunya yang menemukan kekuatan Islam pada saat itu. Selama tahun 1970-an, muncul gerakan Islam yang kuat di Iran. Mestinya gejala ini bisa membuat Sadat waspada. Ia sahabat baik Syah Iran. Ia memandang Iran yang saat itu negara maju yang memodernisasikan diri, sebagai model bagi Mesir tapi pada tahun yang sama dengan perjanjian Camp David antara Mesir dan Israel, sebuah Revolusi Islami menumbangkan rezim kuat Syah Iran dan Syah Reza Muhammad Pahlevi tepaksa 26 mengungsi ke Mesir. 39 Pada tahun 1970-an pemerintah mesir terang-terangan merujuk kepada Islam. Sadat banyak sekali menggunakan lambang-lambang dari retrorika Islam. Ia menyebut dirinya sebagai “Presiden Mukmin” karena ia menggunakan lambang Islam pada pemerintahannya tersebut. Ia pernah mendorong pembangunan- pembangunan mesjid dalam skala yang belum pernah ada sebelumnya. Ia juga pernah melancarkan dan melegitimasi perang Mesir-Israel 1973 sebagai Jihad. Sadat juga membebaskan angota Ikhwanul Muslimin dari penjara dan mengijinkan mereka untuk menjalankan fungsi mereka dalam kehidupan masyarakat, dan mendukung terbentuknya organisasi-organisasi mahasiswa Islam di kampus-kampus untuk membendung pengaruh kubu Nasseris dan Kelompok kiri. 40 Setelah ia dapat mengembalikan kehormatan Arab, yang telah dilumpuhkan secara parah pada tahun 1967, masyarakat Mesir tidak perlu lagi merasa berada dalam situasi bertahan dan dengan sendirinya bersikap memusuhi dan bersikap negative pada gagasan Perdamaian. Pencapaian perang Oktober 1973 juga meningkatkan gengsi Anwar Sadat di negerinya sendiri. Ia kini dapat menunjukan bahwa bila Nasser telah membuat orang Arab terhina, maka Sadat, pada tahun 1973 telah memungkinkan bangsa-bangsa- Arab untuk sekali lagi mengangkat kepala mereka. Tetapi Sadat ingin melangkahkan satu tahap lebih jauh. Ia ingin dapat mengatakan bahwa jika Nasser telah kehilangan Semenanjung 39 Karen Amstrong, Perang Suci: dari Perang Salib Hingga Perang Teluk, Jakarta: Serambi, 2004, h. 506-507 40 John. L. Eposito dan John O. Voll., Demokrasi Di Negara-Negara Muslim, Bandung: Mizan, 1999, h. 236 27 Sinai pada tahun 1967, maka ia merebutnya kembali untuk Mesir. Kini setelah ia mengangkat kehormatan bangsa Arab di Medan tempur dan membuktikan bahwa mesir adalah sebuah kekuatan yang harusnya diperhitungkan. Ia mengusulkan kepada Henry Kessinger selama negosiasi–negosiasi setelah perang bahwa ia sungguh-sungguh memikirkan untuk memperbaharui tawaran damai yang ia buat pada tahun 1971, yang telah ditolak dengan penuh cercaan oleh perdana Menteri Golda Meir dan Menteri Pertahanan Moshe Dayan. 41 Setelah Empat tahun berkuasa Anwar Sadat mencoba membangun kembali kepercayaan orang-orang Mesir. Ia berkonsentrasi pada perkembangan ekonomi. Pada tanggal 6 Oktober 1973 Sadat mulai membangun jembatan, hotel-hotel berbintang, jalan tol dan bangunan megah lainnya. Ia berhasil meyakinkan para investor dari dalam negeri dan negara-negara teluk untuk membangun kembali Kairo sebagai kota modern. 42 Kebijakan Politik dan Ekonomi Sadat bersikap terbuka memungkinkan berkembangnya gerakan-gerakan Islam beragam dan bewajah majemuk. Ikhwanul Muslimin muncul dari penjara dan kini mereka membentuk barisan kembali. Meskipun masih menjadi partai yang tidak sah, Ikhwan mengerakan kembali penerbitan-penerbitan dan aktivitasnya dan pada awalnya mendukung pemerintah, meskipun kadang-kadang juga bersikap kritis. Setelah didera oleh penindasan, pemenjaraaan dan siksaan, Ikhwan dibawah pimpinan Ommar Tilmassani mengambil sikap tegas dengan menentang tindakan kekerasan dan menjalankan 41 Karen Amstrong, Perang Suci: dari Perang Salib Hingga Perang Teluk, h. 526-527 42 Zuhairi Misrawi, Al- Azhar: Menara Ilmu, Reformasi dan Kiblat Keulamaan, Jakarta: Kompas, 2010, h. 106 28 kebijakan yang jelas untuk berusaha mengadakan perubahan di dalam sistem. 43 Hubungan baik Ikhwan dan Sadat tidak berlangsung lama, para tokoh Ikhwan berani mengkritik masa pemerintah Anwar Sadat dan sistem politik serta kebijakannya. 44 Namun inisiatif-inisiatif Islami Sadat terbukti tidak produktif ketika ia menemukan kenyataan yang telah diketahui oleh banyak orang dalam konteks yang berbeda-beda. Organisasi-organisasi mahasiswa yang didukung pemerintah dengan segera menjadi kekuatan besar di kampus-kampus dan mulai menyapu bersih hasil pemilihan mahasiswa serta tampil sebagai organisasi yang mandiri. Semakin lama rezim mendapati dirinya didikte oleh Ikhwan dan Jamaah Islamiah yang militan sebuah organisasi payung untuk kelompok mahasiswa 45 . Mereka mengecam Sadat atas kunjungannya ke Israel, kesediaanya menandatangani perjanjian Camp David, dukungannya pada Syah Iran dan kutukan nya terhadap Ayatullah Khoemeini, dan pengesahannya atas reformasi undang-undang keluarga. Tokoh-tokoh Islam mencemooh dan menolak reformasi hukum ini karena mereka anggap sebagai hasil pengaruh Barat. Mereka menyebut undang-undang Jihan, mengacu pada Jihan Sadat, yang ibunya berasal dari Inggris dan dia sudah terbaratkan. Kebijakan ekonomi pintu terbuka infitah Sadat dianggap sebagai ketergantungan ekonomi Mesir yang semakin besar pada barat dan mendorong penetrasai budaya Barat dari pakaian dan prilaku hingga televisi, musik dan video. 43 John. L. Eposito dan John O. Voll, Demokrasi Di Negara-Negara Muslim, h. 236 44 M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke Indonesia , Jakarta: Erlangga,2007, h. 37 45 John. L. Eposito dan John O. Voll, Demokrasi Di Negara-Negara Muslim, h. 237 29 yang menguntungkan kaum elite terbaratkan yang menikmati hak istimewa dalam ekonomi, dengan demikian mendorong tumbunya suatu masyarakat yang di dalamnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Meskipun banyak bergantung pada investasi asing, namun kesejahteraan masyarakat terus- menerus bergantung pada minyak, pada sektor pariwisata, bea teruzan Suez, dan kiriman uang para pekerja dari luar negeri. Demikianlah hutang luar negeri Mesir berkembang semakin besar. 46 Dengan menyatakan pemisahan agama dan politik, Anwar Sadat memperketat kendali atas Ikhwan dan berusaha menasionalkan masjid-masjid pribadi. Pada 1970-an, jumlah Masjid pribadi berlipat ganda kira-kira 20.000 menjadi 40.000. Dari 46.000 masjid di Mesir, hanya 6.000 yang dikontrol oleh Kementrian Wakaf. 47 Presiden Anwar Sadat yang berkuasa antara 1970-1981, menjalankan “liberalisasi” baik di sektor ekonomi maupun politik. Setelah perang Oktober 1973, Sadat membawa Mesir lebih pro-Barat. 48

B. Kondisi Masyarakat Mesir Masa Anwar Sadat