Pandangan Melayu-Muslim Patani terhadap Integrasi

46 ke dalam negara Thai. Mereka tidak ingin kehilangan otonomi agama dan budaya mereka. Jika konsep integrasi Thailand tersebut merupakan tindakan manifestasi dari kosmologi Budha, Melayu-Muslim Patani tidak ingin menjadi bagian dari tujuan manifestasi tersebut. 101 Karena itu, Melayu-Muslim Patani di Thailand Selatan, merasa terperangkap di tengah-tengah revitalisasi dan kebangkitan ideologi aksi politik yang menjadi dilema bagi mereka. Bagi mereka hanya ada dua pilihan, menjadi bagian dari negara Thailand dengan menciptakan karakteristik baru yang tidak mereka sukai, atau menentang dengan kekerasan campur tangan negara Thailand. 102 Dengan demikian, sampai kapanpun Melayu-Muslim Patani tidak akan pernah menerima konsep dan kebijakan integrasi pemerintah Thailand meskipun dengan alasan nasionalisme bangsa, karena mereka berbeda dengan bangsa Thailand. Serangkaian perdebatan dan penolakan kebijakan integrasi pemerintah Siam Thailand terhadap golongan Melayu-Muslim di selatan dipandang sangat kontradiktif oleh Carlo Bonura Jr., kontradiksi tersebut meliputi dua hal. Pertama, berkaitan dengan tingkat institusionalisasi elite politik Islam, bahwa tidak adanya lembaga yang menaungi aspirasi politik Muslim elite sehingga mereka tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan kebijakan. Kedua, kontradiksi berkaitan dengan pengembangan masyarakat demokratis politik dan politik masa lalu dalam konsep sebuah negara bangsa. Bahwa pemerintah Siam Thailand tidak mengakui sejarah politik Muslim yang memiliki identitas pan-Islam dan budaya Melayu 101 Surin Pitsuwan, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, Jakarta: LP3ES, 1989, hal.7-8 102 Ibid. hal.9 47 sehingga mereka tidak kehilangan kedaulatan mereka sebagai kelompok Muslim, dan ketegangan antara kelompok mayoritas dengan minoritas dalam upaya integrasi dapat diatasi. 103

C. Konsep Integrasi Perspektif PBB

Sebagai salah satu solusi dalam meningkatkan kualitas interaksi dalam hubungan masyarakat, maka sebagai perangkat heuristik dalam menjalankan proses ke arah hubungan yang baik tersebut diperlukan tahapan-tahapan integrasi. Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Sekretariat PBB, merancang tahapan tersebut dengan mengidentifikasi enam tahap integrasi sosial. Integrasi sosial dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hubungan sosial, karena hubungan sosial inilah yang menentukan arah integrasi yang diinginkan. 104 Hubungan sosial memiliki tahapan sebagai berikut: 1 Tahap Fragmentation fragmentasi, yaitu yang muncul dalam situasi pelecehan, konflik bersenjata, dan gangguan sosial. Dalam hal ini, hubungan sosial hancur pada tingkat paling mendalam atau psikologis. 2 Tahap Exclusion pengecualian, yaitu yang timbul di mana ada penindasan atau kelalaian. Dalam kasus ini, hubungan sosial yang asimetris, Sehingga strategi inklusi yang membangun kapasitas swadaya dan mata pencaharian. 103 Cahyo Pamungkas, “The State Policies Towards Southern Border Provinces”, dalam Multiculturalism, Separatism, and Nation State Building in Thailand , Jakarta: Pusat Penelitian Sumber Daya Regional PSDR-LIPI, 2004, hal.62 104 http:www.un.orgesasocdevsibinclusive_societysocial20integration.html. Diakses pada tanggal 13 Februari 2010, pukul 21:51. 48 3 Tahap Polarization polarisasi, apabila kelompok dapat memobilisasi. Dalam kasus ini, hubungan sosial yang bermusuhan, agresif paling mendalam pada tingkat agama identitas etnis, sehingga menimbulkan mediasi rekonsiliasi. Tahapan-tahapan di atas masih memiliki tahap transisi, jika tahap polarisasi belum memadai proses integrasi secara keseluruhan, maka transisi dari polarisasi koeksistensi sangat penting. Hal ini menjadi fokus penting ketika ingin memperbaiki dan menyembuhkan hubungan sosial untuk memperkuat proses jalannya integrasi tersebut. Secara spesifik, gambaran agar hubungan sosial lebih maju 105 adalah sebagai berikut: 1. Koeksistensi, yang muncul dengan toleransi perbedaan yaitu hubungan sosial kemasyarakatan berkisar pada dialog pada sosial sipil. 2. Kolaborasi, pelebaran muncul dengan rasa keadilan sosial-ekonomi, yang mengatakan, hubungan sosial mengakibatkan perencanaan pembangunan partisipatif. 3. Kohesi muncul dengan kedamaian-budaya, artinya, dukungan hubungan sosial penemuan atau penciptaan makna dan nilai bersama tetap menghargai dan bahkan merayakan keragaman.

D. Pengertian Integrasi dan Konsep Integrasi Menurut Intelektual

Integrasi berasal dari bahasa Latin, yaitu interger yang berarti keseluruhan. Dalam integrasi berarti terdapat bagian-bagian, unsur-unsur, faktor- 105 http:www.un.orgesasocdevsibinclusive_societysocial20integration.html. Diakses pada tanggal 13 Februari 2010, pukul 21:51.