48
3 Tahap Polarization polarisasi, apabila kelompok dapat memobilisasi.
Dalam kasus ini, hubungan sosial yang bermusuhan, agresif paling mendalam pada tingkat agama identitas etnis, sehingga menimbulkan
mediasi rekonsiliasi.
Tahapan-tahapan di atas masih memiliki tahap transisi, jika tahap polarisasi belum memadai proses integrasi secara keseluruhan, maka transisi dari
polarisasi koeksistensi sangat penting. Hal ini menjadi fokus penting ketika ingin memperbaiki dan menyembuhkan hubungan sosial untuk memperkuat proses
jalannya integrasi tersebut. Secara spesifik, gambaran agar hubungan sosial lebih maju
105
adalah sebagai berikut: 1.
Koeksistensi, yang muncul dengan toleransi perbedaan yaitu hubungan sosial kemasyarakatan berkisar pada dialog pada sosial sipil.
2. Kolaborasi, pelebaran muncul dengan rasa keadilan sosial-ekonomi, yang
mengatakan, hubungan sosial mengakibatkan perencanaan pembangunan partisipatif.
3. Kohesi muncul dengan kedamaian-budaya, artinya, dukungan hubungan
sosial penemuan atau penciptaan makna dan nilai bersama tetap menghargai dan bahkan merayakan keragaman.
D. Pengertian Integrasi dan Konsep Integrasi Menurut Intelektual
Integrasi berasal dari bahasa Latin, yaitu interger yang berarti keseluruhan. Dalam integrasi berarti terdapat bagian-bagian, unsur-unsur, faktor-
105
http:www.un.orgesasocdevsibinclusive_societysocial20integration.html. Diakses pada tanggal 13 Februari 2010, pukul 21:51.
49
faktor atau perincian-perincian yang telah digabungkan ke dalam bentuk sedemikian intimnya sehingga menimbulkan suatu keseluruhan yang sempurna.
106
Dengan demikian, integrasi merupakan suatu proses penggabungan dan pembauran dengan menghilangkan jati diri yang khas. Sedangkan menurut
Ogburn dan Nimkoff,
107
integrasi adalah: “process where by individuals or groups once dissimilar become similar, become indentified in their interest and
outlook.” proses dimana oleh individu atau kelompok yang berbeda menjadi
sama, menjadi teridentifikasi dalam kepentingan dan pandangan mereka. Integrasi memiliki beberapa aspek, seperti aspek horizontal teritorial dan
aspek vertikal elite-massa. Kedua aspek tersebut dapat dikaji dari segi tujuan integrasi, dari segi konsensus atau dari segi budaya politik. Juga sifat integrasi
dianggap sebagai suatu proses bukan sebagai suatu yang konstan, agama atau ideologi salah satu aspek kuat dan menentukan dari proses integrasi tersebut.
108
Ogburn dan Nimkoff beranggapan bahwa integrasi memiliki relevansinya dengan sistem norma sebagai unsur dalam mengatur tingkah laku suatu kelompok
dan keberhasilan dalam proses integrasi, unsur-unsur tersebut yaitu, saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, mencapai konsensus mengenai norma-
norma sosial, dan norma-norma yang berlaku tetap konsisten sehingga membentuk suatu struktur yang jelas.
106
Saafrudin Bahar, Integrasi Nasional, Teori, Masalah dan Strategi, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996, hal.97
107
Ogburn dan Nimkhoff, A handbook of Sociology, London: 1960, hal.101
108
Bahar Saafrudin, Integrasi Nasional, Teori, Masalah dan Strategi, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996, hal.97. Demikian juga, menurut Ogburn dan Nimkoff, integrasi merupakan
proses mental karena itu prosesnya berjalan tidak cepat. Lihat tulisan Ogburn dan Nimkoff yang diambil dari Park dan Burgess, “It is a process of interpenetration and fusion in which persons and
groups acquire the memories, sentiments and attitudes of other persons or groups and by sharing their experiences and history are incorporated with them in a cultural life
.” Astrid, S., Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial,
Bandung: Binacipta, 1979, hal.124