45 Pada dasarnya cita-cita Muammar Qaddafi tentang ekonomi sosialisme
secara keseluruhan untuk menghapus efek eksploitasi masa lalu dan menempatkan Libya dalam tuntunan untuk mendapatkan masa depan masyarakat yang sanggup
mencukupi kebutuhannya sendiri dalam bidang pertanian, industri, dan pendidikan. Perhatiannya pada sosialisme intinya adalah bersifat kemanusiaan.
Lebih tepatnya dia percaya bahwa Arab Libya tidak dapat mencapai tujuan nasionalnya kecuali apabila kondisi materi mareka adalah sedemikian rupa
sehingga mereka dapat memberikan kontribusinya kepada perjuangan nasional.
30
Kenyataannya yang ada adalah sekelompok minoritas menguasai kekuasaan tanah dan hal ini akan menjadi kendala bagi kemajuan. Karena semua
warga negara harus ikut serta dalam kejayaan negerinya. Sosialisme Libya adalah sesuatu keadaan alam di mana semua warga berada dalam posisi untuk
mengembangkan potensi mereka sehingga apabila semua kelas yang tertindas tidak lagi tertindas maka ketika itu mereka dapat bersia-siap membuka jalan ke
arah kemajuan dan persatuan.
31
A.
C. Pembahasan Masalah Sosial
Pada bagian pemikiran yang ketiga ini merupakan bagian yang paling penting dan menarik karena terlihat paling teoritis. Di sini ia menampilkan teori
30
W.B Fiser, “Libya”, Dalam TheMiddle East and North Africa, London: Europe Plication Limited, 1993. Hal. 667.
31
Harris, Lilian Craig, Libia : Qadhafi’s Revolution The Modern State, Colorado : Westview, 1986, Hal. 68.
46 dasarnya dengan cara yang sama yaitu masih menggunakan teori-teorinya dalam
bidang ekonomi dan politik. Lebih awal Qaddafi menjelaskan masalah struktur masyarakat, ia
menuturkan bahwa komponen dasar struktur masyarakat manapun adalah adat ‘urf dan pemahaman agama yang mendalam. Urf dapat diartikan sebagai
identitas kesukuan atau kebangsaan qawmiyah. Jika adat adalah keseluruhan dari kebiasaan-kebiasaan, maka identitas suku harus dianggap sebagai sintetis dari
elemen-elemen tersebut. Dalam sejarah bangsa, elemen-elemen ini menghasilkan perbedaan kepribadian kultural dan histories. Di atas pandangan ini, Qaddafi
memulai diskusi dengan mengatakan,”satu-satunya penggerak sejarah manusia adalah faktor sosial dan kesukuan”. Faktor-faktor sosial ini membentuk hubungan
dasar diantara unit-unit masyarakat utama, dari keluarga kepada suku dan selanjutnya kepada bangsa. Faktor sosial adalah faktor terpenting dalam sejarah.
Tujuan utama yang terdapat dalam semua gerakan sejarah adalah kemerdekaan suatu masyarakat atau suku bangsa dari kekuasaan orang lain. Jadi
pergerakan sosial selalu merupakan gerakan kemerdekaan, gerakan yang bertujuan merealisasikan identitas esensial dari kelompok yang kalah atau
tertindas. Gerakan modern pada waktu itu sekaligus bersifat kebangsaan sebagaimana gerakan kesukuan atau kemasyarakatan. Mereka adalah gerakan
pembebasan yang akan tetap bertahan hingga setiap kelompok suku, masyarakat atau bangsa terbebaskan dari pengendalian oleh semua. Ini berarti, dalam
pandangan Qaddafi,” bahwa dunia sekarang sedang melewati suatu periode
47 revolusi bersejarah yang mncerminkan perjuangan kebangsaan, dan bertujuan
mendukung kebangsaan.
32
Gerakan revolusioner yang bersifat kesukuan atau kebangsaan adalah gerakan sosial yang tepenting dan terkuat, karena gerakan tersebut bersumber
kepada identitas suku dan bangsa. Bagi Qaddafi identitas kesukuan merupakan dasar fundamental bagi kelangsungan keberadaan suatu bangsa. Karena itu, dalam
hal ini mungkin berguna untuk menganalisa pandangan Qaddafi yang dinyatakan dalam Buku Hijaunya, yaitu pandangan mengenai qawmiyah identitas kesukuan
dan umamiyah nasionalisme multisuku atau internasionalisme. Sebuah qawm adalah sekelompok orang atau bangsa yang memiliki
bahasa, sejarah dan warisan budaya yang sama. Kata ‘qawmiyah’ derivatif dari qawm
yang berarti nasionalisme yang dipahami di Barat. Istilah dan konsep nasionalisme inipun yang dipahami oleh Barat pada dasarnya berasal dari budaya
Arab klasik. Sedangkan kata Ummah berarti komunitas masyarakat yang memiliki
tujuan, kepercayaan atau nasib yang sama. Bentuk jamak dari ummah adalah umam
, yang kemudian menjadi umamiyah, umamiyah sebagai ideologi dianggap oleh Qaddafi sebagai alat imperalisme kapitalis dalam usahanya untuk menguasai
dunia. Seperti pernyataan yang ada pada Buku Hijau menyatakan bahwa “gagasan tentang internasionalisme umamiyah sesungguhnya adalah suatu bentuk baru
neo-imperialisme”.
33
Ideologi ini tidaklah menghormati kebangsaan, suku dan batas geografi orang lain, dan bersandar pada prinsip ‘kekuatan dan kebenaran’.
32
Muammar Qaddafi, The Green Book, Tripolli: Mateu Cromo. Hal. 86.
33
Muammar Qaddafi, The Green Book, Tripolli: Mateu Cromo. Hal. 87.
48 Jadi bangsa yang mengadopsi ideologi ini akan menggunakannya untuk
merampas kekayaan bangsa lain dengan alasan bahwa bangsa tersebut, secara tekhnologi tidak mampu mengeksploitasi kekayaan alam mereka sendiri, dan
karenanya harus mempercayakannya kepada mereka yang bisa melakukannya. Setelah itu di dalam Buku Hijau itupun mengomentari lebih jauh menolak
umamiyah atau konsep aturan internasional yang berdasarkan hanya kepada identitas agama umum. Demikian adanya kecenderungan baru dari kelompok
keagamaan dan kesukuan yang mengusung internasionalisme sebagai identitas dunia, yang pada akhirnya tak dapat dipungkiri akan membawa kepada
“kehancuran peradaban dan penghilangan banyak entitas sosial.” Dengan demikian Qaddafi menyatakan bahwa bangsa apabila kehilangan
identitas kesukuannya akhirnya akan hilang. Paling tidak, bangsa itu akan bertahan sebagai minoritas tertindas. Iapun beranggapan identitas kesukuan dan
kesetiaan yang dilahirkannya adalah ibarat gaya gravitasi. Dimana ketika gaya itu hilang, ’galaksi’ yang menghubungkan kelompok-kelompok kesukuan akan
hancur. Hal ini karena, kata Qaddafi,”Gaya gravitasi yang mempererat ikatan sosial adalah rahasia dari keberlangsungan eksistensi masyarakat.”
Selanjutnya menurutnya, satu-satunya saingan dari faktor sosial umum adalah faktor agama. Agama dapat memberikan jalan lain untuk mempersatukan
rakyat. Ia pun mampu mempersatukan kelompok dengan latar belakang budaya dan suku yang berbeda. Tapi pada akhirnya faktor sosial akan berlaku atas agama.
Ia pun menyimpulkan,” bagi setiap masyarakat qawm, mempunyai agama
49 mereka sendiri.”ia menambahkan,”ini adalah harmoni sejati yang dibutuhkan
masyarakat. Walaupun ia mempunyai komitmen yang sangat teguh dalam
menyebarkan Islam, ia pun tetap menggunakan logikanya dengan menyatakan bahwa prinsip utama adalah setiap orang haruslah memiliki agamanya masing-
masing. Hal ini berseberangan yang menciptakan kenyataan sehat dan dapat menimbulkan perselisihan dalam masyarakat yang berlatar berlakang suku sama.
Solusi baginya adalah kesetiaan terhadap prinsip alamiah yaitu bagi setiap orang agama meraka. Dengan demikian ada kesesuaian antar faktor sosial dan agama
yang menghasilkan keselarasan.aturan dalam kehidupan masyarakat akan tercipta dengan baik, yang memperkenankan agama untuk tumbuh dalam cara yang sehat
dan masuk akal.
34
Selanjutnya Qaddafi juga menyatakan bahwa salah satu ikatan yang kuat dalam masyarakat adalah perkawinan. Menurutnya perkawinan menjadi prinsip
dasar kebebasan manusia, karena di dalam masyarakat dengan latar belakang suku dan agama yang sama, perkawinan membantu menopang kesatuan dan
pertumbuhan sosialnya. Karenanya, bagi individu keluarga adalah lebih penting dibandingkan negara.
Setelah keluarga, unit sosial yang penting adalah suku. Sekalipun hampir semua masyarakat modern tidak lagi bersifat kesukuan, Qaddafi yakin bahwa
suku menjadi unit utama seluruh masyarakat. Ia pun beranggapan bahwa suku adalah sebuah keluarga yang tumbuh sebagai hasil penciptaan. Lebih jauh lagi dia
34
Ayoub, Mahmoud, Islam dan Teori Dunia Ketiga : Pemikiran Keagamaan Muammar Qadhdhafi
, Bogor : Humaniora Press, 1991. Hal. 87.
50 menyatakan bahwa sebuah bangsa kenyataanya adalah suku yang tumbuh melalui
proses yang juga tumbuh dan terbagi ke dalam banyak cabang. Dimana ikatan yang sama menghubungkan keluarga juga menghubungkan suku, bangsa bahkan
dunia. Di sini ia sedikit menyimpulkan bahwa manusia sebenarnya hidup
berdasarkan identitas kesukuan dan kebangsaan. Kebangsaan adalah bentuk kesukuan, dan kesukuan berasal dari ikatan keluarga. Tetapi kekuatan ikatan ini
berkurang lambat laun dari unit masyarakat terkecil menuju unit masyarakat terbesar.
Setelah itu dalam pembahasan ini Qaddafi juga mengambil unsur dalam masyarakat untuk memperjelas teorinya. Dalam hal ini ia membahas sifat, hak dan
kedudukan perempuan di tengah masyarakat. Ia menganggap bahwa laki-laki dan perempuan keduanya adalah sama-sama manusia dan setiap perbedaan kepada
mereka adalah merupakan tindakan penindasan yang tidak bisa dibenarkan. Yang membedakannya yaitu bahwa masing-masing memiliki peran yang berbeda dalam
masyarakat.
35
Selanjutnya ia pun mengatakan bahwa dengan mengabaikan peran sebagai ibu dan menukar perannya dengan pusat perawatan bayi akan menurunkan derajat
kemanusiaan dan media alamiah ekspresi mereka. Sang ibu dan rumahnya adalah tempat perlindungan alamiah bagi seorang anak. Karena itu, dengan mengirim
anak ke tempat perawatan anak adalah kekerasan terhadap anak dan menjauhkan anak dari kebebasan alamiahnya.
35
Ayoub, Mahmoud, Islam dan Teori Dunia Ketiga : Pemikiran Keagamaan Muammar Qadhdhafi
, Bogor : Humaniora Press, 1991. Hal. 91.
51 Pandangan Qaddafi mengenai perempuan terlihat tradisional. Dimana
mereka harus terlihat feminim dan cantik. Dengan demikian setiap pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik atau pekerjaan kotor yang menutupi kecantikan
perempuan adalah tindakan penindasan. Sedangkan ketidakada perbedaan antara laki-laki dan perempuan menurut
Qaddafi terletak pada hak dan kebebasannya. Perempuan tidaklah seharusnya dipaksa untuk dinikahi atau bercerai tanpa persetujuan mereka, atau menguasakan
melalui otoritas berwenang. dan mereka pun bebas dan mempunyai hak dalam menentukan keduanya. Dan ia pun meramalkan bahwa revolusi dunia akan
mengakhiri seluruh keadaan sosial dan ekonomi yang memaksa perempuan melakukan pekerjaan laki-laki, dan supaya mereka memperoleh hak yang sama.
B. Peran Mu’ammar Qaddafi Pada Revolusi Libya