33
BAB VI PEMIKIRAN DAN PERAN MU’AMMAR QADDAFI DALAM
PERPOLITIKAN DI LIBYA
A. Pemikiran Politik Mu’ammar Qaddafi
Jika dilihat letak pentingnya Pemikiran Politik Qaddafi lebih didasarkan pada teori yang telah diuraikan dari pada prestasi praktisnya, pada “ Teori
Universal Ketiga” yang ditulisnya dalam Buku Hijau terdiri atas tiga bagian yang diterbitkan pada 1975, 1978, dan 1980 yang memperlihatkan konsepsinya tentang
politik, ekonomi, dan sosial. Dalam filsafat politiknya, Qaddafi menganggap masyarakat memiliki
struktur konsentris dari kumpulan minimal keluarga hingga kumpulan global bangsa; bangsa diperoleh oleh budaya, agama, dan bahasa; penduduk adalah
subyek politik yang lebih mulia dibandingkan yang lain. Negara bukanlah suatu hasil alam sedangkan pertalian sosial dapat sewajarnya berubah menjadi identitas
nasional yang sadar. Demokrasi harus mengungkapkan kekuatan sejati bangsa. Oleh karena itu, harus ada pemerintahan yang bersifat langsung dari rakyat dan
partisipatif tanpa pendelegasian kekuasaan. Karena Qaddafi beranggapan demokrasi pada saat sekarang tidaklah langsung dari rakyat. Akan tetapi, melalui
badan perwakilan yang dianggap sebagai kekuasaan diktatoral dari sekelompok minoritas yang nantinya dijelaskan lebih jauh lagi pada pandangannya di
pembahasan tentang demokrasi. Inilah premis-premis Jamahiriyah. Menurut Qaddafi, bentuk pemerintahan ini harus diekspor ke luar Libya, pertama di Dunia
34 Arab. Oleh karena itu, percobaan Qaddafi untuk membentuk federasi dengan
negara Arab Sudan, dan Suriah pada 1970; Mesir dan Sudan pada 1971; Mesir pada 1972; Tunisia pada 1974; Cad pada 1981; Maroko pada 1984 dapat
mempunyai arti penting meskipun gagal. Percobaan ini tidak hanya untuk mewujudkan gagasan Nasser tentang persatuan Arab, tetapi juga awal dari era
baru massa, yakni era Jamahiriyyah. Propaganda Qaddafi, terutama di Afrika, menekankan peran Arab sebagai unsur antikolonialisme, dan kewajiban etis untuk
membagi kekayaan dan sumber daya dengan merata. Meskipun tidak diterapkan di Libya sendiri, model ini memiliki teoritis yang penting yang terlihat dalam
gerakan fundamentalis yang berkembang sekarang. Masyarakat ideal yang dicita-citakan oleh Qaddafi menolak perjuangan
kelas dan berdasarkan solidaritas. Dalam pandangan ini martabat individu adalah esensial. Tidak ada yang dapat memaksa manusia untuk jatuh ke dalam kondisi
perbudakan, karena itu dia menolak pekerjaan berdasarkan upah. Secara tak sadar mempromosikan masyarakat “borjuis kecil”, aspek sosial dari teorinya telah
meraih sukses di dalam negeri; dia membantu unsur masyarakat yang kurang beruntung, seperti wanita dan kaum muda untuk mengambil peran yang lebih
aktif. Sebagian dukungan untuk kebijakannya di Libya berdasarkan kebijakan ini. Masalah kekayaan secara logis berkaitan dengan gagasan Qaddafi tentang
masyarakat. Kebutuhan primer harus dipenuhi dan dalam makna ini, mungkin
35 dibicarakan pendekatan sosialis pada ekonomi. Kesetaraan ekonomi adalah
tujuannya.
25
Karena pemikiran Qaddafi lebih terletak pada tulisannya dalam Buku Hijau maka di sini penulis mencoba menjelaskan pemikirannya dari bab I
Demokrasi, bab II pembahasan masalah Ekonomi, dan bab III Pembahasan masalah Sosial.
A. 1. Demokrasi