PENDAHULUAN A. TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN A. ANALISIS HUKUM PENUTUP A. Berisi Pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan Tinjauan umum tentang kewarganegaraan, yang dibagi kedalam lima sub

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

D. Review Studi Terdahulu

8 E. Metode Penelitian 11

F. Sistematika Penulisan

12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN A.

Warga Negara dalam Hukum Kewarganegaraan Indonesia 14 B. Sejarah Perundang-undangan Tentang Kewarganegaraan Indonesia 19 C. Asas Kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 31 D. Syarat Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia Menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 39

BAB III ANALISIS HUKUM

ISLAM TERHADAP KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 A. Warga Negara dalam Islam 44 B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Sisi Kelahiran 56 C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Sisi Perkawinan 57 D. Syarat Memperoleh Kewarganegaraan dalam Islam 70

BAB IV PENUTUP A.

Kesimpulan 74 B. Saran 76 DAFTAR PUSTAKA 77 LAMPIRAN : UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 80

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara merupakan suatu organisasi kemasyarakatan, oleh karena itu di dalamnya pasti dihuni oleh sejumlah penduduk. Dalam pengetahuan hukum tata negara, untuk dapat dipandang sebagai suatu negara haruslah memenuhi tiga hal, yang salah satunya adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu tempat tertentu sehingga merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diatur oleh suatu tertib hukum nasional 1 yang dalam kajian ilmu politik disebut rakyat. Bahkan menurut berbagai teori yang dikembangkan dalam ilmu negara, negara ada demi warga negara. Terutama jika mengacu kepada paham demokratis, yang dianut oleh berbagai negara modern dewasa ini, termasuk Indonesia. Eksistensi negara adalah dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Hal tersebut sudah sepantasnya, sebab maksud adanya negara adalah untuk menyelenggarakan kepentingan warganya. Negara akan menjadi kuat dan sukses bila warga negara sebagai pendukungnya juga kuat. Kuat dalam arti seluas-luasnya, termasuk kuat dalam arti persatuan diantara rakyatnya. Oleh karena itu ketentuan siapa yang akan menjadi warga negara bukanlah persoalan perorangan akan tetapi merupakan persoalan atau wewenang bagi negara yang berdaulat dengan tetap menghormati prinsip-prinsip umum Internasional. Atas 1 Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional Edisi Revisi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002, Cet ke-3, h. 3. dasar itulah diperlukan pengaturan mengenai kewarganegaraan. Di Indonesia mengenai kewarganegaraan diatur dalam Pasal 26 Undang-Undang Dasar 1945. 2 Penduduk atau rakyat suatu negara terdiri dari warga negara, yaitu orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara, yang mempunyai hubungan yang tidak terputus dengan tanah airnya, dengan Undang-Undang Dasar negaranya, sekalipun yang bersangkutan berada di luar negeri, selama yang bersangkutan tidak memutuskan hubungannya atau terikat oleh ketentuan hukum Internasional. 3 Selain itu, dalam suatu negara adakalanya dijumpai golongan minoritas yang oleh Wolhoff disebut “minoriteit, yaitu golongan orang yang berjumlah kecil atau disebut juga warga negara asing WNA” 4 , sedangkan hubungannya dengan negara yang didiaminya hanyalah selama yang bersangkutan bertempat tinggal dalam wilayah negara tersebut. 5 Dalam wilayah kewarganegaraan Indonesia muncul suatu kendala yang cukup jelas dihadapan kita selama ini, yaitu kendala konsep dalam memahami arti 2 Tim Redaksi Pustaka Pergaulan, UUD 1945, Naskah Asli dan Perubahannya, Jakarta: Pustaka Pergaulan, 2004, Cet ke-3, h. 74. 3 I Wayan Phartiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju, 2003, Cet. Ke-2, h. 94. 4 Abu Bakar Busro dan Abu Daud Busroh, Hukum Tata Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, h. 169. 5 Mustafa Kamal Pasha, Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education, Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2002, h. 23. warga negara. Pertanyaan sederhana yang ada pada kita yaitu, apakah warga negara itu orang yang dalam kartu identitas KTP, SIM, PASPOR tertulis kewarganegaraan tertentu ? Dalam wilayah ini saja terkadang pemahaman kita masih simpang-siur tentang warga negara itu sendiri. Ada orang yang asal lahirnya di Indonesia, dia adalah warga negara Indonesia, atau sebaliknya bagi warga negara Indonesia yang melahirkan anaknya di luar wilayah teritorial Indonesia anak tersebut menjadi warga negara asing. 6 Sebagai contoh, dalam zaman keterbukaan seperti sekarang ini, tidak setiap warga negara dari suatu negara selalu berada di dalam negaranya. 7 Tidak bisa kita pungkiri bahwa kita sering menyaksikan banyak sekali penduduk suatu negara yang berpergian keluar negeri, baik karena direncanakan dengan sengaja ataupun tidak, dapat saja melahirkan anak-anak di luar negeri. Bahkan dapat pula terjadi, karena alasan pelayanan medis yang lebih baik, orang sengaja melahirkan anak di rumah sakit di luar negeri yang dapat lebih menjamin kesehatan dalam proses persalinan. Dalam hal negara tempat asal seseorang dengan negara tempat ia melahirkan atau dilahirkan menganut sistem kewarganegaraan yang sama tentu tidak akan menimbulkan persoalan. Akan tetapi apabila kedua negara yang 6 Mohammad AS. Hikam, dkk, Fiqh Kewarganegaraan, Intervensi Agama-Negara Terhadap Masyarakat Sipil, Yogyakarta: CV Adipura, 2000, h. 41-42. 7 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003, Cet. Ke-9, h. 82. bersangkutan memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi problem mengenai status kewarganegaraan yang menyebabkan seseorang menyandang status dwi-kewarganegaraan double citizenship atau sebaliknya malah menjadi tidak berkewarganegaraan sama sekali stateles 8 . Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara dianut prinsip ‘Ius sanguinis’ yang mendasarkan diri pada faktor pertalian seseorang dengan status orang tua yang berhubungan darah dengannya. Apabila orang tuanya berkewarganegaraan suatu negara, maka otomatis kewarganegaraan anak- anaknya dianggap sama dengan kewarganegaraan orang tuanya itu. 9 Akan tetapi, sekali lagi, dalam dinamika pergaulan antar bangsa yang makin terbuka dewasa ini, kita tidak dapat lagi membatasi pergaulan antar penduduk yang berbeda status kewarganegaraannya. Sering terjadi perkawinan campuran yang melibatkan status kewarganegaraan yang berbeda-beda antara pasangan suami dan istri. Terlepas dari perbedaan sistem kewarganegaraan yang dianut oleh masing-masing negara asal pasangan suami istri itu, hubungan hukum antar suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran seperti itu selalu menimbulkan persoalan berkenaan dengan status kewarganegaraan dari putera-puteri mereka. 10 8 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, Cet ke- 8, h. 98. 9 Soependri Soeriadinata, Sendi Pokok Tata Negara Indonesia, Jakarta: CV. Karya Indah, 1974, h. 94-95. 10 T. May Rudy, Hukum Internasional I, Bandung: PT. Refika Aditama, 2002, h. 37. Mengenai masalah kewarganegaraan sistem politik Islam terkandung secara implisit dan dapat dipahami dari al-Quran dan al-Sunnah. Kewarganegaraan sistem politik Islami pertama-tama berdasarkan agama Islam, tetapi apakah ini berarti bahwa semua orang Islam secara otomatis menjadi warga negara sistem politik Islam atau orang bukan muslim tidak dapat menjadi warga negara sistem politik Islam ? 11 Dalam hal konsep kewarganegaraan sistem politik Islam-pun masih banyak orang yang belum mengetahui bagaimana Islam mengatur hal tersebut. Meski pada kenyataannya mayoritas warga negara Indonesia adalah beragama Islam. Oleh karena itu, ada baiknya konsep kewarganegaraan Islam dimasukkan dalam pembahasan ini sebagai bahan perbandingan. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian dan mengangkatnya menjadi sebuah skripsi yang berjudul ”PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006”. 11 Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995, Cet ke-2, h. 300.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memudahkan pembatasan masalah dan fokus kajian skripsi ini, penulis akan membatasi masalah dan merumuskan permasalahan. Pembatasan permasalahan merupakan hal yang penting untuk menghindari dari melebar dan meluasnya obyek kajian, sedang perumusan masalah ditujukan untuk mengarahkan alur bahasa dan menjawab berbagai permasalahan sebagai suatu substansi dari skripsi ini. Berdasarkan atas pemaparan latar belakang skripsi ini, penulis membatasi permasalahan pada konsep kewarganegaraan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, dan kemudian ditelaah secara komparatif menurut hukum Islam. Dari pembatasan masalah di atas, secara lebih rinci perumusan masalah dalam skripsi ini lebih mengkhususkan pada beberapa pembahasan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep dan aturan hukum mengenai kewarganegaraan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 dan dalam hukum Islam ? 2. Apakah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia telah sesuai dengan ajaran hukum Islam ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konsep dan muatan hukum yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia dan dalam Islam; 2. Untuk mengetahui pandangan menurut Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006. Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai aspirasi penulis kepada Pemerintah dan Lembaga yang berwenang untuk semakin baik dan adil dalam pelaksanaannya. Manfaat praktis bagi penulis, pembaca, serta masyarakat pada umumnya, adalah mengetahui bagaimana konsep dan aturan hukum Indonesia mengenai kewarganegaraan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006. Secara akademis dapat bermanfaat bagi para akademisi Fakultas Syariah dan Hukum pada umumnya dan bagi program studi Jinayah Siyasah Syar’iyyah khususnya, sebagai tambahan referensi tentang studi komparatif mengenai konsep kewarganegaraan baik dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 dan dalam hukum Islam.

D. Review Studi Terdahulu

Sejauh penelitian tentang topik yang mengangkat masalah kewarganegaraan baik mengenai konsep, ketentuan-ketentuan, status maupun masalah lain yang berkaitan dengan kewarganegaraan, baik yang mengkaji secara spesifik masalah tersebut maupun yang menyinggung secara umum. Berikut ini paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut. Tim ICCE UIN Jakarta, yang berjudul ”Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Civic Education ”. Pokok masalah yang dikaji ialah tinjauan terhadap konsep kewarganegaraan dalam Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958. Temuan pokok dalam masalah ini antara lain asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran yang mencakup asas ius soli dan ius sanguinis, berdasarkan perkawinan yang mencakup asas persatuan hukum dan asas persamaan derajat, karena pengangkatan, karena dikabulkannya permohonan untuk menjadi warga negara Indonesia, karena pewarganegaraan, karena turut ayah dan atau ibu, dan karena pernyataan. Karya Drs. Mustafa Kamal Pasha, B.E.d., yang berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan civic education”. Didalamnya membahas mengenai penentuan kewarganegaraan yang meliputi, asas ius sanguinis law of the blood, asas ius soli law of the soil, asas pewarganegaraan naturalisasi, mengenai problem kewarganegaraan yang meliputi, bipatride dan apatride stateless, mengenai hak dan kewajiban warga negara menurut Undang-Undang Dasar 1945, yang meliputi hak-hak warga negara yang tercantum dalam Pasal 27 ayat 1, 2, 3, Pasal 28, 28A,28B, 28C, 28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I, 28J, Pasal 29 ayat 2, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 34. mengenai kewajiban warga negara yang tercantum dalam Pasal 27 ayat 1, dan Pasal 30. Karya A. Ubaidillah.- et all, yang berjudul “Pendidikan Kewargaan civic education Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani ”. Yang membahas mengenai unsur-unsur warga negara yang meliputi, asas ius sanguinis, asas ius soli dan asas naturalisasi, problem kewarganegaraan yang meliputi, problem apatride dan bipatride, dan membahas sejarah Undang-Undang kewarganegaraan di Indonesia, seperti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947, pasal 5 dan 194 Undang-Undang Dasar RIS, persetujuan KMB 1949, perjanjian Soenarjo-Chou en Lai 1955, Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1969, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976, dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1976. Drs. C.S.T. Kansil, S.H., yang berjudul “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ”, yang secara umum membahas asas kewarganegaraan, problem yang menyangkut masalah kewarganegaraan Indonesia dalam Undang- Undang RI Nomor 3 Tahun 1946, Undang-Undang RI Nomor 62 Tahun 1958, perubahan Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 62 Tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1976, peraturan pelaksanaan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1976 PP Nomor 13 Tahun 1976 Moh. Kusnardi, S.H., dan Harmaily Ibrahim, S.H., yang berjudul “Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia”, secara umum pembahasan dalam buku ini tidak jauh berbeda dengan pembahasan buku di atas, yakni sejarah kewarganegaraan sejak proklamasi kemerdekaan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946, Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958, dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 mengenai perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958. Dari beberapa kajian yang telah disebutkan di atas, terlihat bahwa semua hanya membahas mengenai konsep kewarganegaraan Indonesia dan itupun dalam Undang-Undang yang sudah tidak berlaku lagi pada saat ini. Akan tetapi, belum terdapat suatu kajian perbandingan yang spesifik mengenai konsep kewarganegaraan dalam sistem ketatanegaraan Islam dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 yang merupakan perbedaan spesifik dibanding karya tulis yang telah ada. Mengenai pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan “Buku Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah Hukum. Penggunaan dari berbagai macam tinjauan pustaka ini untuk menjadi acuan dalam melaksanakan penulisan agar dapat mencapai tujuannya. Dengan adanya patokan diharapkan dapat membuat penulis dapat lebih mudah dalam melaksanakan penulisan skripsi.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian kepustakaan library research yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku-buku, artikel-artikel, makalah, majalah, koran serta bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diangkat. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan, yaitu dengan membaca buku atau literatur yang relevan dengan topik masalah dalam penelitian ini. 3. Sumber Data a. Data Primer, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan bahan penulisan antara lain Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 dan buku-buku lain yang berkaitan dengan bahasan penulisan. b. Data Sekunder yang Penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu artikel- artikel dan makalah-makalah yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. 4. Teknik Analisis Data Pada tahap analisis data, data diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian. Adapun data-data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode menganalisis dan menjelaskan suatu permasalahan dengan memberikan suatu gambaran secara jelas hingga menemukan jawaban yang diharapkan. 5. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulisan mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memperoleh gambaran yang menyeluruh, skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I Berisi Pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Alasan sub-sub bab tersebut diletakkan pada bab 1 adalah untuk lebih mengetahui alasan pokok kenapa penulisan ini dilakukan dan mengetahui batasan dan metode yang dilakukan sehingga maksud dari isi penulisan ini dapat dipahami.

Bab II Tinjauan umum tentang kewarganegaraan, yang dibagi kedalam lima sub

bab, yaitu: Pengertian Warga Negara dalam Hukum Kewarganegaraan Indonesia, Sejarah Perundang-undangan Tentang Kewarganegaraan Indonesia, Asas Kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, Syarat Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006. Bab ini memberikan penjelasan mengenai pembahasan judul penulisan yang dikupas lebih jauh mengenai konsep kewarganegaraan yang tercantum didalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan, sehingga memberikan pemahaman mendalam tentang pokok bahasan penulisan ini.

Bab III Membahas mengenai