F. Sejarah Perundang-undangan Tentang Kewarganegaraan Indonesia
Sebelum Indonesia merdeka, penduduknya terbagi ke dalam tiga macam golongan, yaitu:
1. Golongan Indonesia atau pribumi yang pada waktu itu oleh kerajaan Belanda
disebut “inlanders”; 2.
Golongan Timur Asing; 3.
Golongan orang Eropa.
17
Setelah Indonesia terbebas dari para penjajah kurang lebih satu tahun setelah diproklamasikannya kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia
mengeluarkan suatu peraturan perundang-undangan tentang kewarganegaraan yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946.
Undang-Undang itu mengatur bahwa penduduk negara adalah mereka yang bertempat tinggal di wilayah kekuasaan negara Indonesia selama satu tahun
berturut-turut. Selanjutnya disebutkan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia pada pokoknya adalah:
1. Penduduk asli dalam daerah Republik Indonesia, termasuk anak-anak dari
penduduk asli itu; 2.
Istri seorang warga negara Indonesia;
17
J.S.T. Simorangkir, dkk, Inti Pengetahuan Warga Negara, Jakarta: Erlangga, 1960, Cet. 3, h. 34, lihat juga Asis Safioedin, Beberapa Hal tentang Burgerlijk Wet Boek, Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 1990, Cet. VII, h. 7.
3. Keturunan dari seorang warga negara yang dikawin dengan wanita negara
asing; 4.
Anak-anak yang lahir dalam daerah Republik Indonesia yang oleh orang tuanya tidak diakui dengan cara yang sah;
5. Anak-anak yang lahir dalam daerah Indonesia dan tidak diketahui siapa orang
tuanya; 6.
Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya, yang memiliki kewarganegaraan Indonesia, meninggal;
7. Orang yang bukan penduduk asli yang paling akhir telah bertempat tinggal di
Indonesia selama 5 tahun berturut-turut, dan telah berumur 21 tahun atau telah kawin. Dalam hal ini bila berkeberatan untuk menjadi warga negara
Indonesia, ia boleh menolak dengan keterangan, bahwa ia adalah warga negara dari negara lain;
8. Masuk menjadi warga negara Indonesia dengan jalan pewarganegaraan
naturalisasi. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 tersebut kemudian diganti dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1947 Tentang memperpanjang waktu untuk mengajukan pernyataan berhubung dengan kewargaan negara Indonesia dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1948
tentang memperpanjang waktu lagi untuk mengajukan pernyataan berhubung dengan kewargaan negara Indonesia.
Dalam Konferensi Meja Bundar KMB yang dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 1949 telah dicapai suatu persetujuan perihal penentuan warga
negara antara Republik Indonesia dan kerajaan Belanda. Menurut persetujuan itu yang menjadi warga negara Republik Indonesia adalah:
1. Penduduk “asli” Indonesia yaitu mereka yang dulu termasuk golongan “bumi
Putra”, yang berkedudukan di wilayah Republik Indonesia. Apabila mereka lahir di luar Indonesia dan bertempat tinggal di negeri Belanda atau di luar
daerah peserta Uni Indonesia – Belanda, maka mereka berhak memilih kewarganegaraan Belanda dalam kurun waktu dua tahun setelah tanggal 27
Desember 1949; 2.
Orang Indonesia, kaulanegara Belanda, yang bertempat tinggal di suriname atau antillen koloni Belanda. Akan tetapi jika mereka lahir di luar kerajaan
Belanda maka berhak memilih kewarganegaraan Belanda dalam kurun waktu dua tahun setelah tanggal 27 Desember 1949. jika mereka lahir di wilayah
kerajaan Belanda mereka memperoleh kewarganegaraan Belanda, akan tetapi mereka berhak memilih kewarganegaraan Republik Indonesia dalam kurun
waktu dua tahun setelah tanggal 27 Desember 1949; 3.
Orang Cina dan Arab yang lahir di Indonesia atau sedikit-dikitnya bertempat tinggal enam bulan di wilayah Republik Indonesia, apabila dalam kurun
waktu dua tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949 tidak menolak kewarganegaraan
Indonesia hak
repudiasi =
hak menolak
kewarganegaraan ;
4. Orang Belanda yang dilahirkan di wilayah Republik Indonesia atau sedikit-
dikitnya bertempat tinggal enambulan di wilayah Republik Indonesia dalam kurun waktu dua tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949 menyatakan
memilih warga negara Indonesia hak opsi = hak memilih sesuatu kewarganegaraan
; 5.
Orang Asing kaulanegara Belanda bukan orang Belanda yang lahir di Indonesia dan bertempat tinggal di Republik Indonesia apabila dalam kurun
waktu dua tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949 tidak menolak kewarganegaraan Indonesia.
Singkatnya orang Indonesia tetap menjadi orang Indonesia, mereka dengan sendirinya menjadi warga negara Indonesia. Untuk orang Timur Asing
bagi mereka berlaku yang disebut “sistem passif” tidak berbuat apa-apa, maka dengan waktu yang ditentukan mereka dengan sendirinya menjadi warga negara
kecuali jika mereka menolak kewarganegaraan itu. Sedangkan untuk orang Eropa bagi mereka berlaku yang biasa disebut
“sistem aktif”. Maksudnya apabila salah seorang dari mereka hendak jadi warga negara Indonesia maka dia harus memintanya dengan mengajukan permohonan.
Selanjutnya setelah kurun waktu kurang lebih 12 tahun lahir Undang- Undang baru tentang kewarganegaraan menggantikan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1946, yaitu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 yang mulai berlaku sejak diundangkannya pada tanggal 1 Agustus 1958. Undang-Undang ini
dinyatakan berlaku surut sampai tanggal 27 Desember 1949.
Menurut Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 yang dikatakan sebagai warga negara Indonesia adalah:
1. Mereka yang telah menjadi warga negara berdasarkan Undang-
UndangPeraturanPerjanjian, yang terlebih dahulu berlaku berlaku surut; 2.
Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan Undang- Undang tersebut.
Selain warga negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang lebih dahulu telah berlaku, maka seorang dapat menjadi warga negara
Indonesia, jika ia memenuhi syarat-syarat berikut: 1.
Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan dengan seorang warga negara Indonesia misalnya ayahnya adalah WNI;
2. Lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dan ayah itu
pada waktu meninggal dunia adalah warga negara Republik Indonesia; 3.
Lahir dalam wilayah Republik Indonesia selama orang tuanya tidak diketahui; 4.
Memperoleh kewarganegaraan Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958. Misalnya:
a. Anak asing yang berumur 5 tahun yang dianggkat oleh seorang warga
negara Republik Indonesia apabila pengangkatan itu disahkan oleh pengadilan negeri;
b. Anak di luar perkawinan dari seorang ibu WNI;
c. Menjadi warga negara karena pewarganegaraan, dan lain-lain.
Dengan demikian seorang dapat dikatakan sebagai orang asing jika ia tidak memenuhi syarat-syarat sebagai warga negara seperti yang telah
disebutkan.
18
Pada perkembangannya Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 khususnya Pasal 18 Undang-Undang tersebut pada tanggal 5 April 1976 Presiden
Republik Indonesia Telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958.
Dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 ditegaskan bahwa ”Seorang yang kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
termaksud dalam Pasal 17 huruf k memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan kartu izin
masuk dan menyatakan keterangan untuk itu. Keterangan itu harus dinyatakan kepada pengadilan negeri dari tempat tinggalnya dalam satu tahun setelah orang
itu bertempat tinggal di Indonesia”. Pasal 17 huruf k Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 memberikan
kewajiban warga negara Republik Indonesia mengajukan pernyataan keinginan untuk tetap menjadi warga negara Republik Indonesia dalam jangka waktu 5
tahun yang pertama dan selanjutnya untuk tiap 2 tahun sekali, yaitu bagi mereka yang bertempat tinggal di luar negeri selain untuk menjalankan dinas negara.
18
CST Kansil dan Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000, Cet. Ke-3, Edisi Revisi, h. 220-223.
Pada kenyataannya tidak semua warga negara Republik Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri dapat memenuhi kewajiban tersebut bukan
dikarenakan lalai melainkan dari suatu keadaan di luar kesalahannya, sehingga mereka terpaksa tidak menyatakan keinginannya tersebut tepat pada waktunya,
seperti akibat sengketa Irian Barat yang berakibat pada tidak dapat dilaksanakannya ketentuan Pasal 17 huruf k sama sekali atau sebagian secara
keseluruhan oleh Perwakilan Republik Indonesia, dan akibat kasus-kasus lainnya. Guna memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh kembali
kewarganegaraan Republik Indonesia, maka dianggap perlu melakukan perubahan terhadap Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958, karena pasal
tersebut tidak menampung orang-orang di atas. Berdasarkan alasan diatas maka Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 tahun
1976 menetapkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 diubah sebagai berikut:
Pasal 18
1. Seorang yang kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia termasuk
dalam Pasal 17 huruf k memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan Kartu Izin Masuk
dan menyatakan keterangan untuk itu. Keterangan itu harus dinyatakan kepada pengadilan negeri dari tempat tinggalnya dalam satu tahun setelah
orang itu bertempat tinggal di Indonesia.
2. Seorang yang bertempat tinggal di luar negeri, yang telah kehilangan
kewarganegaraan Republik Indonesia termaksud dalam Pasal 17 huruf k, karena sebab-sebab yang di luar kesalahannya, sebagai akibat dari keadaan di
negara tempat tinggalnya yang menyebabkan tidak dapat dilaksanakannya kewajiban sebagaimana diatur dalam ketentuantersebut dapat memperoleh
kembali kewarganegaraan Republik Indonesia: a.
Jika ia melaporkan diri dan menyetakan keterangan untuk itu kepada perwakilan Republik Indonesia di negara tempat tinggalnya dalam jangka
waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya undang-undang ini; b.
Jika ia melaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk itu kepada perwakilan Republik Indonesia di negara yang terdekat dari tempat
tinggalnya dalam jangka waktu 2 tahun setelah berlakunya undang-undang ini.
3. Selain menyatakan keterangan untuk memperoleh kembali kewarganegaraan
republik Indonesia seperti tersebut dalam ayat 2, orang yang bersangkutan harus:
a. Menunjukkan keinginan yang sungguh-sungguh untuk menjadi warga
negara Republik Indonesia; b.
Telah menunjukkan kesetiaannya terhadap negara Republik Indonesia. 4.
Seorang yang telah menyatakan sesuai dengan ketentuan dalam ayat 2, memperoleh kembali kewarganegaraan republik Indonesia dalam waktu 1
tahun setelah melaporkan diri dan menyatakan keterangan serta ternyata
memenuhi syarat-syarat tersebut dalam ayat 3 dan setelah mendapat keputusan Menteri Kehakiman. Keputusan Menteri Kehakiman yang
memberikan kembali kewarganegaraan Republik Indonesia mulai berlaku pada hari permohonan menyatakan sumpah atau janji setia di hadapan
Perwakilan Republik Indonesia dan berlaku surut hingga hari tanggal Keputusan Menteri Kehakiman tersebut.
19
Berdasarkan keterangan di atas, bahwa Republik Indonesia telah mengalami banyak perubahan dalam hal perundang-undangan khususnya undang-
undang mengenai kewarganegaraan Indonesia. Sampai saat ini Undang-Undang yang berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
Tentang Kewarganegaraan Indonesia. Adapun kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2006 berdasarkan Pasal 2, dinyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Berdasarkan pernyataan di atas, yang dapat disebut sebagai warga negara
Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli, yaitu orang Indonesia yang menjadi warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri dan orang-orang lain yang disahkan
19
Ibid., h. 229.
dengan undang-undang, misalnya dengan cara mengajukan permohonan untuk menjadi warga negara Indonesia.
20
Adapun perincian mengenai siapa saja yang dapat disebut sebagai warga negara Indonesia dilihat pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
yang menyebutkan, warga negara Indonesia adalah: a.
Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia; b.
Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara Indonesia;
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
Indonesia dan ibu warga negara asing; d.
Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu warga negara Indonesia;
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tersebut;
20
Padmo Wahjono, Masalah Ketatanegaraan Indonesia Dewasa Ini, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, Cet. Ke-2, h. 313.
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 tiga ratus hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia;
g. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia; h.
Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya
dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 delapan belas tahun atau belum kawin;
i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya; j.
Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan
atau tidak
diketahui keberadaannya;
l. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang
ayah dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak
yang bersangkutan;
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Berdasarkan beberapa hal yang telah disebutkan oleh undang-undang tersebut di atas maka sudah cukup jelas siapa saja yang dapat disebut sebagai
warga negara Indonesia. Dengan demikian secara otomatis siapa saja yang tidak dan atau belum memenuhi syarat-syarat peraturan kewarganegaraan yang
ditetapkan dalam undang-undang dinamakan bukan warga negara atau orang asing.
Setelah kita mengetahui siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai warga negara Indonesia maka untuk selanjutnya kita akan membahas mengenai
asas-asas kewarganegaraan yang digunakan negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006.
C. Asas Kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun