Asas Kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

C. Asas Kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 Asas kewarganegaraan merupakan pedoman dasar bagi suatu negara untuk menentukan siapakah yang menjadi warga negaranya. Setiap negara menurut hukum internasional mempunyai kebebasan untuk menentukan siapa saja yang menjadi warga negara dan asas kewarganegaraan mana saja 21 yang hendak dipergunakannya. Adapun asas kewarganegaraan Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah: 1. Asas kewarganegaraan Indonesia berdasarkan sisi kelahiran Asas kewarganegaraan Indonesia berdasarkan sisi kelahiran adalah asas Ius Sanguinis dan asas Ius Soli. Berikut ini penjelasan mengenai kedua asas tersebut. a. Asas Ius Sanguinis law of the blood Asas Ius Sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan garis keturunan tanpa perlu mempersoalkan tempat orang tersebut dilahirkan. 22 21 Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2004 Cet. Ke-10, h. 116. 22 A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, PT. Refika Aditama, 2005, Cet. Ke-4, h. 50. Hal ini dapat dibuktikan dari sikap negara kita yang pada hakikatnya baru akan menganggap seorang anak sebagai warga negara Indonesia bila anak tersebut telah memenuhi persyaratan yang oleh negara dapat dinilai sebagai seorang anak yang secara sah dan meyakinkan dapat dibuktikan sebagai keturunan dari ayah danatau ibunya yang menjadi warga negara Indonesia. Adapun persyaratan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Anak yang ketika dilahirkan masih mempunyai hubungan hukum keluarga dengan ayah danatau ibunya yang menjadi warga negara Indonesia; 2 Anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila dari status perkawinan yang sah dan ayah itu pada waktu meninggal dunia sebagai warga negara Indonesia; 3 Dalam hal anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah tetapi seorang ayah tidak mempunyai kewarganegaraan atau negara asal ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut, sedangkan ibunya warga negara Indonesia, maka anak tersebut mengikuti kewarganegaraan ibunya; 4 Anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak sah dan salah satu dari kedua orang tuanya adalah warga negara Indonesia. Berdasarkan asas Ius Sanguinis yang di anut oleh Negara Republik Indonesia maka di negara manapun seorang warga negara Indonesia berdomisli dan melahirkan anaknya, hubungan antara anak yang baru lahir dan negara asal orang tuanya tersebut tidak terputus dan tetap menjadi warga negara dari negara asal orang tuanya yakni Indonesia, selama orang tuanya tidak melepaskan kewarganegaraan dari negara asalnya. Oleh karena itu asas Ius Sanguinis cukup menguntungkan Negara Republik Indonesia. Sebagai contoh ilustrasi, seorang ibu berinisial F berkewarganegaraan Indonesia melahirkan di negara tetangga, Malaysia. Kemudian dia melahirkan seorang anak di negara itu, oleh karena negara Indonesia menganut asas Ius Sanguinis maka secara otomatis anak tersebut berkewarganegaraan Indonesia. Seperti tertera dalam Pasal 4 huruf b, c, d, e, f, g, h, l dan m b. Asas Ius Soli law of the soil Terbatas Ius Soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran tanpa perlu mempersoalkan keturunan darah orang yang bersangkutan. Asas ini diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. 23 Hal ini dapat dibuktikan dari adanya perlakuan terhadap seorang anak atau setiap anak yang dilahirkan di Indonesia bahwa mereka dianggap sebagai warga negara Indonesia atas dasar: 1 Tidak jelas status kewarganegaraan kedua orang tuanya; 2 Kedua orang tuanya tidak diketahui; 3 Kedua orang tuanya tidak mempunyai kewarganegaraan atau keberadaannya tidak diketahui. 23 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia, revisi Lian Nury Sanusi, Jakarta: PT. Kawan Pustaka, 2006, h. 28. Asas ini dianut terutama oleh yang disebut negara-negara immigrasi diantaranya Amerika Serikat, Australia dan Canada yang memperoleh manfaat dari padanya karena dengan kelahiran anak-anak para immigran di negara tersebut maka terputuslah hubungan anak yang baru lahir itu dengan negara asal orang tuanya. Di Indonesia sendiri asas ini dipakai dengan maksud agar tidak terjadi apatridestateless yaitu seseorang berstatus tanpa kewarganegaraan yang secara yuridis-formal dia bukanlah warga dari negara manapun juga. 24 Seperti seseorang yang tidak mempunyai atau tidak jelas status kewarganegaraannya, tetapi dia melahirkan anaknya di wilayah negara Republik Indonesia, agar anak tidak menyandang status tanpa kewarganegaraan seperti kedua orang tuanya, maka berdasarkan asas Ius Soli tersebut secara otomatis anak itu mendapat kewarganegaraan Indonesia. Hal itu dapat dilihat pada Pasal 4 huruf i, j dan k. 2. Asas kewarganegaraan Indonesia berdasarkan sisi perkawinan Perkawinan tidak hanya terjadi antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang berkewarganegaraan sama tetapi dapat saja terjadi dari para pihak yang berbeda kewarganegaraan atau biasa disebut juga perkawinan campuran. Perkawinan campuran telah merambah seluruh pelosok tanah air dan kelas masyarakat. Globalisasi informasi, ekonomi, pendidikan dan transportasi 24 A. Ridwan Halim, Hukum Tata Negara dalam Tanya Jawab, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988, h. 260. telah menggugurkan stigma bahwa kawin campur adalah perkawinan antara ekspatriat kaya dan orang Indonesia. 25 Dengan banyak terjadinya perkawinan campur di Indonesia sudah seharusnya perlindungan hukum dalam perkawinan campuran ini diakomodir dengan baik dalam perundang-undangan di Indonesia. Dalam perundang-undangan di Indonesia, perkawinan campuran didefinisikan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 57: ”Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam undang-undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.” Sejak dahulu diakui bahwa soal keturunan termasuk status personal Statuta personalia adalah kelompok kaidah yang mengikuti kemana ia pergi. 26 Negara-negara common law berpegang pada prinsip domisili ius soli sedangkan negara-negara civil law berpegang pada prinsip nasionalitas ius sanguinis. 27 Umumnya yang dipakai ialah hukum personal dari sang ayah sebagai kepala keluarga pater familias pada masalah-masalah keturunan secara sah. Hal ini adalah demi kesatuan hukum dalam keluarga dan demi kepentingan kekeluargaan, 25 Nuning Hallet, Mencermati Isi Rancangan UU Kewarganegaraan, Artikel diakses pada 5 Juni 2009 dari http:www.mixedcouple.com. 26 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, B, Jilid III Bagian I, Buku ke-7, Bandung: Penerbit Alumni, 1995, hal.3. 27 Ibid., hal.80. demi stabilitas dan kehormatan dari seorang istri dan hak-hak maritalnya. Sistem kewarganegaraan dari ayah adalah yang terbanyak dipergunakan di negara-negara lain, seperti misalnya Jerman, Yunani, Italia, Swiss dan kelompok negara-negara sosialis. 28 Prof.Sudargo Gautama menyatakan kecondongannya pada sistem hukum dari ayah demi kesatuan hukum dalam keluarga, bahwa semua anak–anak dalam keluarga itu sepanjang mengenai kekuasaan tertentu orang tua terhadap anak mereka ouderlijke macht tunduk pada hukum yang sama. Kecondongan ini sesuai dengan prinsip dalam Undang-Undang Kewarganegaraan Nomor 62 tahun 1958. 29 Dalam Undang-Undang kewarganegaraan yang baru saat ini yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, kewarganegaraan Indonesia mengenal dua asas yang erat kaitannya dengan masalah perkawinan yaitu asas kewarganegaraan tunggal dan asas kewarganegaraan ganda terbatas, dimana masing-masing dari kedua asas ini diterapkan kepada setiap orang dewasa dan diterapkan hanya terbatas pada anak-anak saja. Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan permasalahan asas kewarganegaraan tunggal dan asas kewarganegaraan ganda di bawah ini: a. Asas Kewarganegaraan Tunggal 28 Ibid., hal.81. 29 Ibid., hal.91. Yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang. Hal ini disebutkan dalam pasal 6 yang mengatakan bahwa terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, d, h, l dan pasal 5, yaitu: 1 anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara asing; 2 anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia; 3 anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 delapan belas tahun atau belum kawin; 4 anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan; 5 anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 delapan belas tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia; 6 anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 lima tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia. Mengakibatkan anak tersebut berkewarganegaraan ganda, namun setelah berusia 18 delapan belas tahun atau sudah kawin anak yang dimaksud harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. Pernyataan untuk memilih tersebut harus disampaikan paling lambat 3 tiga tahun setelah anak berusia 18 delapan belas tahun atau setelah kawin, dengan kata lain bahwa kewarganegaraan tunggal dalam undang-undang ini ditujukan bagi setiap orang yang telah berusia 18 delapan belas tahun atau sudah kawin. b. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Pasal 4 huruf c, d, h dan l dan Pasal 5 ayat 1 dan 2 anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNI dengan pria WNA maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNA dengan pria WNI, baik perkawinan itu sah atau tidak sama-sama diakui sebagai warga negara Indonesia. Akibatnya anak tersebut akan berkewarganegaraan ganda, demikian juga dengan anak yang lahir di luar wilayah Indonesia dari seorang ayah dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan dan anak warga negara Indonesia yang belum berusia lima tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan. Pertimbangan kewarganegaraan ganda terbatas diberikan kepada anak- anak dengan batasan usia 18 tahun selain karena umur itu merupakan batasan kedewasaan seorang anak yang diamanatkan Konvensi Anak, juga dimaksudkan karena sebelum usia itu seorang anak dianggap belum cakap melakukan tindakan hukum, yang praktis menghindarkan kemungkinan dampak negatif persoalan hukum yang diakibatkan oleh adanya kewarganegaraan ganda tersebut. 30 Sebagaimana telah dijelaskan di atas, secara umum undang-undang Kewarganegaraan saat ini menghindari terjadinya status kewarganegaraan ganda bipatride, tanpa status kewarganegaraan apatride, kecuali kewarganegaraan ganda terbatas yang diberikan kepada anak-anak dari Warga Negara Indonesia yang dilahirkan di negara-negara berasas ius soli seperti Amerika Serikat atau anak-anak dari perkawinan antara Warga Negara Indonesia dan warga negara lain.

D. Syarat Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia Memurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006