1.5.2. Sistem Rekrutmen Politik
Menurut Nazaruddin Syamsudin, sistem rekrutmen politik dibagi menjadi dua cara
18
• Pertama, rekrutmen terbuka yaitu dengan menyediakan dan memberikan
kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan- pertimbangan yang objektif rasional, di mana setiap orang yang memenuhi
syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan
baik jabatan politik maupun administrasi atau pemerintahan. :
• Kedua, rekrutmen tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan
dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara, artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk
menempati posisi dalam politik maupun pemerintah. Dalam sistem yang tertutup ini orang yang mendapatkan posisi elite melalui cara-cara yang
tidak rasional seperti pertemanan, pertalian keluarga dan lain-lain. Sistem rekrutmen politik bakal calon yang diberlakukan partai politik
berbeda-beda, antara lain sistem pemilihan tertutup dan dan sistem konvensi: 1.
Sistem Pemilihan Tertutup Sistem pemilihan tertutup adalah sistem rekrutmen bakal calon yang
dilakukan hanya oleh pengurus partai politik dangan berbagai variasi sistem. Istilah variasi sistem merujuk pada mekanisme penentuan akhir bakal calon
yang akan mengikuti kompetisi pilkada langsung atau menjadi calon. Partai-
18
Hesel Nogi Tangkilisan, Op.cit, hal.189.
partai politik yang demokrasi, umumnya menetapkan bahwa penentuan akhir pencalonan adalah pengurus partai politik setempat. Sedangkan partai-partai
politik konservatif, dengan sistem kepemimpinan yang bergantung pada figure, pencalonan akhir pada ditentukan oleh pengurus pusat.
2. Sistem Konvensi
Sistem rekrutmen politik yang sangat popular di negara-negara demokrasi adalah sistem konvensi. Sistem ini dilakukan dengan cara pemilihan
pendahuluan terhadap bakal calon dari partai politik oleh pengurus dan atau anggota partai, sebagaimana dilakukan partai Golkar dalam pemilu presiden
atau wakil presiden 2004. Kelebihan dari sistem ini terletak pada pengembangan atau peningkatan popularitas bakal calon melalui proses
kampanye internal partai dan pendidikan politik yang ditawarkan. Sistem politik sangat efektif bagi partai kader, dan sebaliknya kurang efektif bagi
partai massa.
19
Sedangkan menurut Miftah Thoha bahwa terdapat tiga sistem yang sering digunakan dalam proses rekrutmen, yaitu:
20
• Sistem Patronik patronage sistem
Sistem patronik dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar pemikirannya dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, di mana dalma mengangkat
seseorang untuk menduduki jabatan, baik dalam bidang pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan
dekat, sanak famili dan ada juga karena asal daerah yang sama. Sistem kawan ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik karena memiliki
19
Joko. J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung Filosofi, Sistem dan Problema di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hal. 238-239.
20
Hesel Nogi Tangkilisan, Op. cit, hal.189-190.
satu aliran politik, ideology dan keyakinan yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan keterampilan.
• Sistem Merita merit sistem
Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha mengangkat atau menduduki padaa jabatan tertentu sehingga sistem ini
lebih bersifat objektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan. Dengan dasar pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia
dinamakan sistem jasa. Penilaian objektif tersebut pada umumnya ukuran yang dipergunakan ialah ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering
disebut dengan “spoil sistem”. •
Sistem Karir career sistem Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas untuk
menunjukkan pengertian suatu kemajuan seseorang yang dicapai lewat usaha yang dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja
maupun politik. Sistem rekrutmen politik memiliki keberagaman yang tiada terbatas,
namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan, yaitu melalui kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan dengan kriteria universal
merupakan seleksi untuk memainkan peranan dalam sistem politik berdasarkan kemampuan dan penampilan yang ditunjukkan lewat tes atau ujian prestasi.
Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria partikularistik adalah pemilihan yang bersifat primordial yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almamater
atau factor status. Terkait dengan itu maka untuk menciptakan rekrutmen yang sehat
berdasarkan sistem politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit
politik terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua lapisan, golongan serta kelas sosial masyarakat.
Oleh karena itu, Seligman dalam Kebijakan Politik yang Membumi memandang rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari
21
• Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada pemenuhan
syarat calon. :
• Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan
penguatan. •
Seleksi, yakni pemilihan calon elite politik yang sebenarnya. Rekrumen politik diharapkan agar memperhatikan mekanisme berlaku
karena penting dalam hal pengambilan keputusan atau pembuatan kebijaksanaan. Pada umumnya elit politik yang direkrut biasanya orang-orang
yang memiliki latar belakang sosial, budaya disamping memiliki kekuatan ekonomi yang memadai menjadi persyaratan. Walaupun prosedur-prosedur yang
dilaksanakan oleh tiap-tiap sistem politik berbeda satu dengan yang lainnya, namun terdapat suatu kecendrungan bahwa individu-individu yang berbakat
yang akan dicalonkan menduduki jabatan-jabatan politik maupun jabatan pemerintahan.
Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu:
22
1. Keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan
peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannya dengan peranan dalam proses sosial.
21
Ibid, hal. 190.
22
Ibid, hal. 158
2. Keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian ini sangat penting
untuk pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan keterampilan
negoisasi atau mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.
3. Loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik
dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
1.5.3. Rekrutmen Calon Kepala Daerah