19
e. Istiqamah
Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten terhadap hafalannya. Seorang penghafal Al-Qur`an harus senantiasa menjaga
efesiensi waktu, berarti seorang penghafal akan menghargai waktu dimanapun dan kapanpun saja waktu luang.
26
Dari Abu Sa`id Al- Khudri r.a dari Nabi SAW beliau bersabda:
“Barang siapa selalu disibukkan dengan membaca Al-Qur`an dan dzikir kepadaku, maka ia akan kuberi anugerah yang baik, yang
diberikan kepada orang-orang yang memohon kepadaku. ”H.R.
Tirmidzi dan Al-Baihaqi
27
Sang penghafal dianjurkan memiliki waktu-waktu khusus, baik untuk
menghafal materi
baru maupun
untuk mengulang
Muraja`ahtakrir,yang waktu tersebut tidak boleh diganggu oleh kepentingan yang lain.
28
5. Metode Menghafal Al-Qur`an
Banyak sekali metode-metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur`an. Dan
bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahannya menghafal Al-Qur`an, metode-metode tersebut adalah:
a. Metode Wahdah
Metode ini digunakan dengan cara menghafal satu persatu ayat- ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap
26
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.51
27
Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalihin, terj. Dari Riyadhus Shalihin oleh Mu`ammal Hamidy dan Imron A. Manan, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993, Cet. Ke-1, h. 337
28
Ilham Agus Sugianto, Kiat Praktis Menghafal Al-Qur`an, Bandung: Mujahid Press, 2004, h. 54
20
ayat biasa dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali atau lebih. Sehingga mampu membentuk pola dalam bayangannya. Setelah
benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya. Dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu
muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah dihafal, maka giliran menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka.
29
b. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas
yang telah disediakan. Kemudian ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalnya. Menghafalnya bisa
dengan metode wahdah atau dengan metode yang berkali-kali menuliskannya sehingga ia dapat sambil memperhatikan dan sambil
menghafalnya dalam hati.
30
c. Metode Sima`i
Sima`i artinya mendengar. Yaitu mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalnya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal tuna netra
atau anak-anak yang masih kecil dibawa umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur`an. Metode ini dilakukan dengan dua alternatif:
1 Mendengarkan dari guru yang membimbingnya, terutama bagi
penghafal tuna netra atau anak-anak 2
Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
31
d. Metode Gabungan
Metode ini adalah gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah yakni penghafal menghafalkan ayat-ayat sampai hafal betul.
Kemudian setelah selesai penghafal mencoba menulis ayat tersebut yang sudah dihafalnya diatas kertas. Jika ia mampu memproduksi
29
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.83
30
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.64
31
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.65
21
kembali ayat-ayat tersebut dalam tulisan berarti dia bisa melanjutkan ayat seterusnya
32
e. Metode Jama`
Yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau bersama-sama
dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa bisa menirukan secara
bersama-sama.
33
Sedangkan menurut Drs.H.A. Muhaimin Zen dalam bukunya Problematika Menghafal Al-Qur`an bahwa metode menghafal Al-Qur`an
yaitu ada dua macam: a
Metode Tahfidz Yaitu menghafal materi baru yang belum pernah dihafal dan
diperdengarkan kepada guru. Metode ini dipakai setiap kali bimbingan. Santri harus mendengarkan hafalannya kepada guru,
kemudian guru membacakan materi baru kepada santri atau santri membaca sendiri dihadapan guru dengan melihat Al-Qur`an yang
kemudian dihafalkan dengan pengarahan guru.
34
b Metode Takriri
Adalah mengulang materi hafalan yang sudah diperdengarkan kepada guru. Pelaksanaan metode ini adalah setiap kali masuk. Santri
memperdengarkan hafalan ulang kepada guru dan guru tidak memberi materi baru kepada santri. Sedangkan guru hanya bertugas mentashih
hafalan dan bacaan yang kurang benar.
35
Dari beberapa metode yang telah dijelaskan metode yang diterapkan di MTs Asy-Syukriyyah diantaranya yaitu menggunakan
metode wahdah, tahfidz dan takriri. Karena menurut pembimbing hafalan Al-Qur`an ke tiga metode tersebut lebih mudah bagi siswa
32
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.65
33
Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.66
34
Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 249
35
Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 250
22
untuk menghafal Al-Qur`an dan selalu mengingat hafalannya dikarenakan setiap pelaksanaan hafalan Al-Qur`an para siswa
diharuskan mengulang hafalan yang telah di perdengarkan kepada guru sebelum memulai hafalan Al-Qur`an.
B. Sistem Pengajaran Al-Qur`an Hadits