BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq. di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas utama. Luas perkebunan kelapa sawit terus berkembang dan tidak hanya merupakan
monopoli perkebunan negara atau swasta. Saat ini perkebunan rakyat pun juga sudah berkembang dengan pesat. Dalam perekonomian Indonesia, komoditas kelapa sawit
memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Di samping itu, minyak sawit merupakan bahan
baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini juga
menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Risza, 1994. Untuk itu banyak usaha yang telah dilakukan agar produktivitas dari
tanaman ini meningkat. Usaha-usaha yang telah dilakukan seperti perluasan areal kebun dan memanajemen pengolahan kebun yaitu dengan meningkatkan pemupukan
dan pengendalian penyakit.
Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara merupakan perkebunan kelapa sawit yang sudah tua. Banyak masalah yang ditimbulkan pada perkebunan yang
berumur tua ini antara lain meningkatnya serangan jamur Ganoderma boninense Pat. penyebab basal stem rot atau penyakit busuk pangkal batang Semangun, 2000. Salah
satu mekanisme pengendalian yang dilakukan terhadap penyakit busuk pangkal batang ini adalah melalui pencabutan tanaman yang diduga terinfeksi penyakit
kemudian dilakukan pembakaran. Namun usaha ini kurang efektif karena selain membutuhkan biaya mahal, juga memerlukan lahan yang cukup luas. Pembakaran
tunggul batang dan gumpalan akar juga dapat menyebabkan polusi udara. Pemberian
Universitas Sumatera Utara
fungisida sistemik atau peracunan fungi pada tanaman membutuhkan biaya sangat mahal dan dianggap tidak dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Alternatif lain yang perlu dilakukan yaitu dengan penggunaan agen pengendali hayati melalui mekanisme hiperparasitik terhadap G. boninense yang dilakukan oleh
bakteri endofit seperti Bacillus sp. Hifa G. boninense yang mengalami kontak langsung dengan antibiotik akan mengalami kerusakan dan menyebabkan membran
hifa pecah sehingga menjadi tidak silindris lagi dan cairan sel akan keluar Campbell, 1989 dalam Susanto et al., 2002. Mikroorganisme endofit merupakan
mikroorganisme yang berasosiasi dengan jaringan tanaman sehat yang bersifat netral atau menguntungkan. Hampir setiap tanaman tingkat tinggi memiliki beberapa
mikroorganisme endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder. Bahan aktif yang dihasilkan mikroorganisme endofit ini diperkirakan
memiliki kemampuan yang sama dengan bahan aktif yang dihasilkan oleh tanaman induknya. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengisolasi mikroorganisme
endofit pada beberapa tanaman, misalnya pada tanaman obat Tan Zhou, 2001, tanaman perkebunan dan tanaman budidaya seperti padi Zinniel et al., 2002, buah-
buahan seperti stroberi Moussaif et al., 1997, dan tanaman hutan Strobel, 2002; Suryanarayanan et al., 2003.
Untuk mengetahui potensi mikroorganisme endofit khususnya bakteri endofit pada tanaman kelapa sawit yang dapat berperan sebagai agen pengendali hayati, masih
perlu dilakukan penelitian. Isolasi dan uji antagonis bakteri endofit dari akar dan daun tanaman kelapa sawit melalui aktivitas antagonis, diharapkan akan diperoleh isolat
bakteri endofit yang potensial sebagai agen pengendali hayati G. boninense penyebab penyakit busuk pangkal batang.
1.2 Permasalahan