Kemampuan Antagonis Bakteri Endofit Akar dan Daun Kelapa Sawit Terhadap

4.3 Kemampuan Antagonis Bakteri Endofit Akar dan Daun Kelapa Sawit Terhadap

G. boninense Hasil uji antagonis 40 isolat bakteri endofit terhadap G. boninense menunjukkan bahwa hampir semua isolat bakteri endofit berpotensi menghambat pertumbuhan G. boninense Gambar 4.3.1. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hambatan pertumbuhan miselium yang berada di dekat isolat bakteri endofit pada media pertumbuhan NA+YE 1. Hambatan pertumbuhan miselium berupa adanya perubahan yang terlihat pada miselium seperti miselium yang mengering dan menipis pada daerah interaksi dan adanya zona hambat. Gambar 4.3.1 Uji antagonis 40 isolat bakteri endofit terhadap G. boninense pada media NA+YE 1 pada hari ke-7 Tanda panah A: Miselium mengering dan menipis, B: Zona hambat Keterangan: Nomor isolat sesuai dengan kode isolat Beberapa isolat yang terlihat menghambat pertumbuhan miselium seperti yang ditunjukkan pada isolat nomor 19, 20, 23, 31, 33, 34, 35, dan 38. Isolat-isolat lain juga menunjukkan kemampuan menghambat namun dengan kemampuan yang lebih kecil seperti pada isolat nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 14, 17, 18, 30, dan 37. Sedangkan isolat PS40D tidak mampu menghambat pertumbuhan miselium G. boninense. Kemampuan menghambat ini diduga karena isolat bakteri endofit mampu menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat antifungal. Perbedaan daya hambat suatu agen selain disebabkan oleh konsentrasi zat bioaktif, dapat juga disebabkan oleh jenis zat yang dihasilkan Winarni et al., 2007. 1 4 2 3 8 5 7 6 9 12 11 10 14 15 16 13 20 19 18 21 24 23 22 25 28 27 26 29 32 31 30 33 36 34 35 37 38 39 40 17 A B Universitas Sumatera Utara Dari hasil pengamatan uji antagonis, isolat PS38D mampu menghasilkan zona hambat paling besar. Berdasarkan karakteristik yang dilakukan, isolat PS38D termasuk pada kelompok bakteri Gram positif, bentuk basil, memiliki motilitas, mampu memfermentasi sitrat dan gula glukosa, mampu menghidrolisis gelatin, dan membentuk spora. Kemungkinan isolat PS38D termasuk ke dalam kelompok Bacillus. Menurut Leary Chun 1988 dalam Supriadi 2006, kelompok Bacillus merupakan bakteri Gram positif, bentuk batang, memfermentasi sitrat dan gula, motil, serta membentuk spora. Selain PS38D, isolat PS34A dan PS35A juga menunjukkan kemampuan menghambat miselium yang ditunjukkan dengan adanya miselium mengering dan menipis. Berdasarkan karakteristik yang dilakukan, isolat PS34A dan PS35A termasuk pada kelompok bakteri Gram negatif, bentuk kokus, memiliki motilitas, menghidrolisis pati, memfermentasi sitrat dan gula. Kemungkinan isolat PS34A dan PS35A termasuk dalam kelompok genus yang sama. Beberapa jenis bakteri endofit mampu menghambat patogen tanaman. Bakteri tersebut misalnya Bacillus subtilis sebagai pengendali penyakit karat pada tanaman kacang Baker et al., 1985 dalam Hasanuddin, 2003, Bacillus pumilus strain SE 34 terhadap jamur penyebab layu pembuluh F. oxysporum f.sp. radiscislycopersici Ramamoorthy et al., 2001, Pseudomonas fluorecens sebagai agen pengendali hayati penyakit take-all pada gandum yang disebabkan Gaeumannomyces graminis var. tritici, bakteri ini terbukti menghasilkan antibiotik phenazin yang menekan pertumbuhan G. graminis Thornashow Weller, 1987 dalam Hasanuddin, 2003 , dan P. fluorecens strain 63-28 terhadap Pytium ultimum pada buncis Ramamoorthy et al., 2001. Selain menghasilkan senyawa antifungal, diduga juga bahwa isolat bakteri melakukan mekanisme antagonis dengan menghasilkan enzim kitinase dan glukanase yang dapat melisiskan dinding sel jamur, karena beberapa mikroorganisme khususnya bakteri mampu memafaatkan kitin dan glukan sebagai sumber karbon dan nitrogen. Beberapa mikroba yang mampu menghasilkan kitinase dan glukanase antara lain aktinomisetes, jamur, dan bakteri. Genus bakteri yang sudah banyak dilaporkan menghasilkan kitinase antara lain Enterobacter agglomerans Chernin et al., 1995, Universitas Sumatera Utara Serratia marcescens El-Tarabily, et al., 2000, Bacillus cereus Pleban et al., 1997 dalam Suryanto et al., 2005, Bacillus sp. Ramamoorthy et al., 2001, Aeromonas caviae Inbar Chet, 1991, Pyrococcus Gao et al., 2003 dalam Suryanto et al., 2005, dan Chromobacterium violaceum Chernin et al., 1998. Hifa G. boninense pada daerah interaksi diamati secara mikroskopis untuk melihat kondisi hifa yang terhambat akibat adanya aktivitas antagonis oleh isolat bakteri endofit. Pada pengamatan mikroskopis, hifa normal terlihat utuh dan pertumbuhan hifanya lurus Gambar 4.3.2B, sedangkan hifa pada daerah interaksi mengalami lisis atau pecah akibat aktivitas antagonis isolat PS34A Gambar 4.3.2C, sedangkan aktivitas antagonis PS38D menunjukkan hifa G. boninense pada daerah interaksi mengalami percabangan dini dan pembengkokan hifa Gambar 4.3.2D. Gambar 4.3.2 Zona hambat yang terbentuk pada uji antagonis pada hari ke-7 A, hifa normal G. boninense B, Pertumbuhan hifa abnormal: hifa pecah dari mekanisme antagonis PS34A C, Hifa membengkok dan mengalami percabangan dini tanda panah dari mekanisme antagonis bakteri endofit PS38D D. Perbesaran 100x. Secara umum, mekanisme antibiotis yang dilakukan agen pengendali hayati menyebabkan hifa jamur mengalami lisis, seperti pada penelitian Campbell 1989 dalam Susanto et al. 2002, hifa G. boninense yang mengalami kontak langsung dengan antibiotik yang dihasilkan Bacillus sp. mengalami kerusakan dan lisis. Sedangkan mekanisme enzimatis oleh agen pengendali hayati, menyebabkan hifa mengalami percabangan dan pembengkakan. Hal ini dapat dilihat melalui penelitian Harjono Widyastuti 2001, tentang agen biokontrol Trichoderma reesei antagonis terhadap G. philippii. Dari hasil penelitian, dikatakan bahwa hifa G. philippii yang diamati secara mikroskopis mengalami percabangan akibat enzim endokitinase yang PS38D B C D A Universitas Sumatera Utara dihasilkan T. reesei. Namun perubahan-perubahan hifa abnormal tersebut kemungkinan dapat terjadi melalui mekanisme antibiotik maupun enzimatis.

4.4 Uji Perbandingan Antagonis Isolat Bakteri Endofit dengan Antibiotik Ketokonazol Terhadap