Demokrasi Akuntabilitas Kerangka Teori

22

1.11.6. Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu Negara sebagai suatu upaya mewujudkan kedaulatan rakyat kekuasaan warga Negara atas Negara untuk dijalankan oleh pemerintah Negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik Negara eksekutif, legislatif dan judikatif untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga Negara yang saling lepas independen dan berada dalam tingkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran independensi ketiga jenis lembaga Negara ini diperlukan agar ketiga lembaga Negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip cheks and balance. Kata demokrasi berasal dari dua kata yaitu demos yang berarti rakyat dan keratoscratein yang berarti poemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut sebagai perkembangan politik suatu Negara. Dalam ilmu politik, dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empiris demokrasi procedural. Dalam pemahaman secara normatif yaitu demokrasi merupakan sesuatu yang secara adil yang hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah Negara. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal ungkapan “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. 18 18 Miriam Budiadjo, Op. Cit., hal. 50 Ungkapan normatif tersebut biasanya diterjemahkan menurut konstitusi masig-masing Negara. Tetapi hal-hal yang Universitas Sumatera Utara 23 normatif belum tentu dapat kita lihat dalam konteks kehidupan sehari-hari suatu Negara. Dalam sistem perwakilan politik, seorang warga Negara mewakilkan diri sebagai yang berdaulat kepada seorang calon wakil rakyat atau Partai Politik yang dipercayai melalui pemilihan umum. Suatu keputusan dalam demokrasi ialah bagaimana menyelenggarakan pemilihan umum.

1.11.7. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorangbadan hukumpimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Akuntabilitas atau pertanggung jawaban accountability di dalam konteks politik merupakan suatu konsep yang lengkap di dalam teori dan praktek demokrasi. Meskipun tidak terlalu sering istilah ini digunakan dalam teori, namun semangat demokrasi itu adalah menciptakan suatu pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” dimana dalam konteks untuk rakyat aspek yang paling penting diantaranya adalah pertanggung jawaban di dalam proses politik terselenggara dengan baik. Akuntabilitas legislatif di tingkat local dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu : 1. Akuntabilitas Administratif penggunaan dana publik, pengumuman harta kekayaan sebelum dan sesudah menjabat. 2. Akuntabilitas Politik khususnya dalam proses pembuatan kebijakan politik. Universitas Sumatera Utara 24 3. Akuntabilitas Moral adanya etika atau code of conduct. 4. Akuntabilitas Profesional menjalankan fungsi sebagai anggota legislatif. Sikap professional berkaitan dengan adanya kepekaan para politisi dalam lembaga legislatif dalam mengkaji berbagai kebutuhan masyarakat. Masyarakat dituntut mempunyai daya tanggap yang tinggi dalam memantau berbagai tindakan kepemerintahan di daerah sehingga informasi balik yang diberikan mempunyai ketepatan yang tinggi dan efektif. Karena itu akuntabilitas juga dapat dilihat dari komitmen para wakil terhadap persoalan masyarakat. Untuk mewujudkan akuntabilitas tersebut maka diperlukan transparasi, apabila proses pembuatan keputusan begitu pula proses dan cara kera legislatif tertutup maka akan sulit untuk mengatakan bahwa lembaga legislatif tersebut mempunyai tingkat akuntabilitas yang tinggi, sebaliknya jika proses pembuatan keputusan transparan dan responsive terhadap aspirasi dan keberatan-keberatan masyarakat, tingkat akuntabilitasnya cenderung tinggi. Menurut Turner dan Hulme, ada 6 enam indikator akuntabilitas, yakni: 1. Adanya legitimasi bagi para pembuat keputusan 2. Kepemimpinan yang mengedepankan moral moral conduct 3. Adanya kepekaan responsiveness 4. Keterbukaan openness 5. Pemanfaatan sumber daya secara optimal 6. Upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas Dalam prinsip demokrasi, pertanggung jawaban juga mempengaruhi pola hubungan antara anggota legislatif dengan konstituennya dalam sistem Universitas Sumatera Utara 25 perwakilan karena sistem perwakilan itu juga bisa diartikan sebagai hubungan antara dua pihak yakni wakil dan yang diwakili dimana wakil memegang kewenangan untuk melakukan tindakan yang dibuat dengan terwakili. 19

1.7 Metodologi Penelitian

Ukuran untuk menganalisis kebijakan anggota legislatif maka perlu adanya persyaratan lain yaitu akuntabilitas yang dapat berjalan jika adanya transparansi. Apabila proses pembuatan keputusan begitu juga proses dari cara kerja anggota legislatif tertutup, maka sangat sulit dikatakan bahwa lembaga legislatif tersebut memiliki tingkat akuntabilitas yang tinggi. Sebaliknya, bila proses transparan dan responsif terhadap aspirasi dan keberatan-keberatan masyarakat baik, tingkat akuntabilitasnya cenderung tinggi.

1.6. Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara dari penelitian atau disebut juga tentative answer. Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Perubahan sistem pemilu mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap tingkat akuntabilitas Anggota Legislatif terpilih pada pemilu 2009”.

1.7.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif yaitu suatu metode dalam meneliti individu maupun kelompok masyarakat, sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa tertentu. Penelitian deskriptif ini meliputi pengumpulan data melalui 19 Arbi Sanit, 1985. Perwakilan Politik Indonesia. Jakarta : Raja Wali Press. Universitas Sumatera Utara