62
Yang menarik adalah tidak ada pengaruh pilihan orang tua ataupun keluarga dalam memilih partai. Sehingga jika dilihat bahwa fakto-faktor keluarga
dalam memilih tidak dipertimbangkan. Masyarakat Nias bebas memilih apa yang dihatinya cocok untuk membawa sebuah perubahan dalam hidupnya.
3.9. Akuntabilitas Anggota Legislatif
Tabel 15 Penilaian Responden Terhadap Kunjungan Rutin Anggota Legislatif
Periode 2004-2009 dan Anggota Legislatif Periode 2009-2014
No. Jawaban
Periode Persentase
2004-2009 2009-2014
2004-2009 2009-2014
1. Ya
14 38
14 38
2. Tidak
86 62
86 62
Jumlah 100
100 100
100 Sumber : Data Kuesioner 2009
Pada tabel 15 dapat dilihat bahwa tingkat akuntabilitas anggota legislatif baik itu periode 2004 maupun 2009, kepada konsituen cukup rendah. Dimana
pada tahun 2004 responden menyatakan bahwa anggota legislatif belum ada pendekatannya kepada masyarakat. Aspirasi masyarakat seharusnya diketahui
oleh anggota legislatif namun terbukti belum adanya kunjungan oleh anggota legislatif secara rutin kepada konsituen yang adalah masyarakat sendiri. Hal ini
terbukti dengan adanya sejumlah masyarakat yang merasa bahwa anggota legislatif periode 2004-2009 belum melakukan kunjungan rutin ke daerah asal
Universitas Sumatera Utara
63
pemilihannya. Hal ini bisa saja diakibatkan kurangnya informasi-informasi melalui sosialisasi kepada masyarakat tentang kunjungan rutin yang dilakukan
oleh anggota legislatif yang disebut dengan reses, atau bisa juga disebabkan karena kunjungan tersebut hanya dilakukan di daerah tertentu misalnya hanya di
ibukota kecamatan yang dihadiri oleh sebagian kecil masyarakat di daerah tersebut. Hal ini terlihat dari adanya sejumlah kecil responden yang menyatakan
pernah dikunjungi oleh anggota legislatif sebelumnya. Sistem pemilu 2009 memberi harapan kepada masyarakat dimana anggota
legislatif terpilih yang masih menjabat akan dapat mengunjungi konstituen sehingga aspirasi mereka dapat disalurkan, walaupun responden yang masih
belum begitu yakin berjumlah lebih banyak, akan tetapi kepercayaan masyarakat kepada akuntabilitas anggota legislatif terpilih melalui sitem pemilu 2009 kepada
konstituennya lebih meningkat daripada sistem pemilu 2004 sebelumnya. Yang berarti bahwa sistem pemilu 2009 telah menghasilkan anggota legislatif yang
memiliki akuntabilitas yang baik kepada konstituennya. Sehingga jika harapan yang tinggi terhadap anggota DPRD Nias dari
Dapem IV tidak dimanfaatkan untuk menunjukkan kinerja yang baik, maka yang dtakutkan turunnya tingkat ketidakpercayaan terhadap anggota legislatif dan
partai. Sehingga nantinya akan menimbulkan tingginya tingkat golongan putih di Kabupaten Nias
Universitas Sumatera Utara
64
Tabel 16 Penilaian Responden Terhadap Representatif Masyarakat Melalui
Anggota Legislatif
No. Jawaban
Periode Persentase
2004-2009 2009-2014
2004-2009 2009-2014
1. Mewakili
45 75
45 75
2. Tidak Mewakili
55 25
55 25
Jumlah 100
100 100
100 Sumber : Data Kuesioner 2009
Pemahaman masyarakat akan fungsi dari anggota legislatif yang sesungguhnya sebagai wakil rakyat di daerah telah mengundang pendapat
masyarakat bahwa ternyata anggota legislatif terpilih pada tahun 2004 tidak benar-benar mewakili suara rakyat di daerah. Yang berarti bahwa belum adanya
akuntabilitas yang baik dari anggota legislatif yang mewakili masyarakat dalam memajukan daerahnya. Karena bisa saja disebabkan karena sistem pemilu yang
lebih mengedepankan pilihan terhadap partai politik. Sehingga kebanyakan caleg di Dapem IV lebih mengedapankan nama partai daripada programnya. Pada
pemilu tersebut kebanyakan caleg yang tidak dikenal bahkan tidak mewakili wilayah Dapem IV yang duduk sebagai anggota legislatif periode 2004-2009.
Akan tetapi pada sistem pemilu 2009, responden telah berpendapat lain, bahwa anggota legislatif terpilih pada tahun 2009 dan masih menjabat hingga
sekarang memiliki tingkat akuntabilitas yang lebih baik, terbukti dengan meningkatnya jumlah keyakinan masyarakat bahwa anggota legislatif telah
mewakili masyarakat, responden meyakini anggota legislatif kali ini akan mampu
Universitas Sumatera Utara
65
menunjukkan kinerjanya sebagai wakil masyarakat dalam memajukan daerahnya. Namun, tidak semua responden yang sepakat dengan tanggapan itu, ada
responden yang masih belum yakin dengan kinerja anggota legislatif terpilih saat ini akan dapat mewakili suara masyarakat di daerah. Hal ini karena anggota
legislatif terpilih ini baru saja menjabat dan sedang berlangsung hingga sekarang. Akibatnya responden masih ingin mengetahui dan menilai dulu bagaimana kinerja
dan akuntabilitas para anggota legislatif ini sebagai wakil masyarakat di daerah yang sebenarnya, karena responden masih di bayang-bayangi oleh kekurang
percayaan mereka terhadap tingkat akuntabilitas anggota legislatif 2004 yang dinilai belum mewakili masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 17
Penilaian Responden Terhadap Akuntabilitas Anggota Legislatif Periode 2004-2009 dan Anggota Legislatif Periode 2009-2014
No. Jawaban Akuntabilitas Administratif
Akuntabilitas Politik Akuntabilitas Moral
Akuntabilitas Profesional Periode
Persentase Periode
Persentase Periode
Persentase Periode
Persentase 2004-
2009 2009-
2014 2004-
2009 2009-
2014 2004-
2009 2009-
2014 2004-
2009 2009-
2014 2004-
2009 2009-
2014 2004-
2009 2009-
2014 2004-
2009 2009-
2014 2004-
2009 2009-
2014 1.
Ya 25
63 25
63 42
66 42
66 34
65 34
65 30
67 30
67 2.
Tidak 75
37 75
37 58
34 58
34 66
35 66
35 70
33 70
33 Jumlah
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
Sumber : Data Kuesioner 2009
Universitas Sumatera Utara
67
Pada tabel 17 kita dapat melihat bahwa penilaian responden terhadap tingkat akuntabilitas anggota legislatif 2004 berdasarkan akuntabilitas
administratif cukup rendah, ini didasarkan atas penilaian responden terhadap anggota legislatif periode lama yang belum menggunakan dana publik berupa
penghasilan, tunjangan-tunjangan lainnya serta fasilitas Negara lainnya dengan benar dan jujur, dan telah menjadi tanda tanya bagi sebagian masyarakat tentang
asal harta kekayaan yang dimiliki oleh anggota legislatif yang berlimpah. Hal ini karena tidak adanya pengumuman dari anggota legislatif sebelum dan sesudah
menjabat, ataupun kurang adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang informasi kekayaan anggota legislatif Sehingga menimbulkan kecenderungan akan
ketidakpercayaan dan kecurigaan masyarakat terhadap akuntabilitas administratif dari anggota legislatif 2004 yang lalu.
Pemahaman yang rendah terhadap fungsi Anggita DPRD Nias ini terlihat dari Pembahasan Perda yang dibahas. Masyarakat menilai Perda yang dibuat
hanya menunggu dari Eksekutif dan sedikitnya Perda yang berpihak kepada masyarakat. Dan kehadiran anggota legislatif DPRD sangat rendah sekali. Dan
mereka lebih banyak menuntut fasilitas daripada tugasnya menjadi anggota dewan.
Namun pada pemilu 2009, ketidakpercayaan masyarakat tersebut berkurang, dimana pada pemilu 2009 ini masyarakat lebih selektif memilih calon
anggota legislatif yang benar-benar bertanggung jawab sesuai dengan keinginan masyarakat apalagi didukung oleh sistem pemilu 2009 yang mana suara dari
masyarakat lebih berarti untuk mendukung calonnya mendapatkan kursi legislatif. Sehingga keyakinan masyarakat terhadap akuntabilitas adminsitratif berupa
Universitas Sumatera Utara
68
penggunaan dana publik seperti penghasilan, tunjangan-tunjangan serta fasilitas Negara lainnya dan juga pengumuman harta kekayaan sebelum dan sesudah
menjabat dari anggota legislatif 2009 mengalami kenaikkan dari anggota legislatif 2004. yang berarti bahwa akuntabilitas administratif anggota legislatif 2009 lebih
baik daripada akuntabilitas administratif anggota legislatif 2009.] Demikian juga halnya dengan penilaian responden terhadap tingkat
akuntabilitas politik dari anggota legislatif 2004 yang juga rendah. Dimana responden menyatakan bahwa anggota legislatif 2004 belum membuat kebijakan
politik seperti pembuatan Peraturan Daerah Perda dan keputusan-keputusan lain untuk kepentingan daerah. Pendapat ini bisa disebabkan oleh kurangnya
sosialisasi anggota legislatif terhadap masyarakat apabila ada kebijakan politik yang baru. Ini berarti belum adanya kinerja serta akuntabilitas yang baik dari
anggota legislatif terhadap masyarakat. Jika dilihat dari pemilu 2009, pandangan responden terhadap tingkat
akuntabilitas politik anggota legislatif lebih baik dari sebelumnya. Yang berarti bahwa responden menilai anggota legislatif 2009 akan lebih baik dalam
kinerjanya serta tingkat akuntabilitasnya dalam membuat kebijakan politik seperti pembuatan Peraturan Daerah Perda dan keputusan-keputusan lain untuk
kepentingan daerah serta hasilnya akan disosialisasikan kepada masyarakat. Hal ini kembali kepada keyakinan masyarakat akan pilihannya yang tercapai karena
sistem pemilu 2009 ini benar-benar menggunakan suara rakyat sepenuhnya.
Universitas Sumatera Utara
69
Tidak jauh beda dengan penilaian masyarakat terhadap akuntabilitas anggota legislatif berdasarkan akuntabilitas moral. Masyarakat menilai tingkat
akuntabilitas moral anggota legislatif 2009 lebih baik daripada akuntabilitas anggota legislatif 2004. Responden menyatakan bahwa anggota legislatif 2004
belum cukup memiliki moral dan kepribadian yang baik. Tidak ada salahnya responden menilai hal ini, karena responden merasakan sendiri bagaimana sikap
dan tanggung jawab para anggota legislatif ini dalam mengemban tugasnya sebagai wakil rakyat di parlemen yang lebih banyak mengutamakan kepentingan
pribadi mereka dibandingkan kepentingan masyarakat. Ini disebabkan bahwa partai tidak menseleksi caleg-caleg yang benar-benar memiliki kepedulian dalam
masyarakat. Sehingga mereka yang dududk dalam pemilu ini disebabkan oleh masyarakat memilih partai daripada caleg. Sebaliknya reponden menyatakan
bahwa anggota legislatif 2009 memiliki moral serta kepribadian yang baik yang akan mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi, selain
karena dipilih secara demokratis masyarakat juga menilai bahwa anggota legislatif terpilih 2009 ini benar-benar merupakan pilihan yang tepat, dimana masyarakat
telah menggunakan suaranya dengan baik dalam pemungutan suara terbanyak pada calon anggota legislatif pilihannya.
Masyarakat juga menilai bahwa akuntabilitas profesional anggota legislatif 2009 lebih baik daripada akuntabilitas profesional anggota legislatif 2004.
Masyarakat meyakini bahwa anggota legislatif 2004 yang lalu belum menunjukkan sikap profesionalitas dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota
legislatif yang seharusnya benar-benar mengkaji kebutuhan serta persoalan yang dihadapi masyarakat, serta ikut turun tangan dalam menghadapi persoalan
Universitas Sumatera Utara
70
tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masyarakat pada umumnya belum merasakan perhatian secara langsung dari para anggota legislatif ini.
Terbukti dengan masih banyaknya masyarakat yang mengeluh akibat kemiskinan ataupun kebutuhan hidup dan sama sekali belum menerima bantuan apa-apa. Di
Kecamatan Alasa dan Alasa Talumuzoi misalnya, masyarakat cenderung kecewa oleh karena tidak adanya perbaikan jalan menuju daerah ini, selama anggota
legislatif periode 2004-2009 menjabat, sementara jalan-jalan ke daerah lainnya sudah mulus. Jarak kecamatan ini dari Ibukota hanya 35 Km, yang lazimnya dapat
ditempuh dalam waktu kurang dari 1 jam. Akan tetapi karena kondisi jalan yang rusak parah maka akses ke daerah ini harus ditempuh dalam waktu lebih dari 2
jam, dengan resiko tinggi kerusakan kendaraan. Masyarakat memiliki harapan yang lebih baik kepada anggota legislatif
2009 ini untuk mendengarkan suara atau jeritan masyarakat kecil dengan segala persoalan mereka. Karena anggota legislatif 2009 ini dipilih dengan baik secara
selektif dan rasional oleh masyarakat yang hak suaranya digunakan sepenuhnya pada sistem pemilu 2009.
3.10. Pengaruh Perubahan Sistem Pemilu Terhadap Tingkat Akuntabilitas