Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metodologi Penelitian Populasi

11 anggota legislatif untuk bertanggung jawab dalam mengemban tugas dan amanat rakyat. Sejauh mana kepentingan masyarakat diperjuangkan oleh anggota legislatif juga merupakan salah satu indikasi yang digunakan untuk menilai aspek akuntabilitasnya.

1.8. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh perubahan Sistem Pemilu terhadap Tingkat Akuntabilitas Anggota legislatif Terpilih pada pemilu legislatif 2009? 2. Apakah perubahan sistem pemilu pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 telah sepenuhnya mencerminkan kedaulatan rakyat secara utuh dan demokratis?

1.9. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk Mengetahui Pengaruh perubahan sistem Pemilu terhadap tingkat Akuntabilitas Anggota Legislatif Terpilih pada pemilu 2009. 2. Untuk mengetahui sejauhmana prinsip-prinsip demokrasi diterapkan dalam sistem pemilihan calon legislatif berdasarkan kedaulatan rakyat Universitas Sumatera Utara 12

1.10. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Secara akademis berfungsi sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa Departemen Ilmu Politik. 2. Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman tentang perubahan sistem pemilu pada pemilihan calon legislatif 2009. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan pengetahuan baru mengenai pengaruh perubahan sistem pemilu terhadap akuntabilitas anggota legislatif terpilih pemilu 2009.

1.11. Kerangka Teori

Beberapa faktor yang terdiri dari teori-teori yang dianggap penting untuk penelitian ini, yaitu :

1.11.1. Pemilu

Pemilihan Umum merupakan amanat konstitusi UUD 1945 yang merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat untuk dapat menghasilkan parlemen dan pemerintahan yang representatif serta mendapat legitimasi dari rakyat. 10 10 Dekopindki, Sistem Pemilu dan Pembagian Daerah Pemilihan Dapil untuk proses Demokratisasi Bangsa, [artikel On line], www.scribd.com, hal. 2 Pemilu merupakan proses politik yang secara konstitusional bersifat niscaya bagi negara demokrasi. Sebagai sistem, demokrasi nyata-nyata telah teruji dan diakui paling realistik dan rasional untuk mewujudkan Universitas Sumatera Utara 13 tatanan sosial, politik, ekonomi yang populis, adil dan beradab, kendati bukan tanpa kelemahan. 11 Pemilu menurut Ali Murtopo adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga demokrasi. Kemudian menurut Manuel Kaisepo pemilu memang telah menjadi tradisi penting dalam berbagai sistem politik di dunia, penting karena berfungsi memberi legitimasi atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim baru, dukungan dan legitimasi inilah yang dicari. Pemilihan Umum Pemilu merupakan bagian dari patisipasi politik dari warga negara biasa citizen untuk mempengaruhi kebijakan politik yang diambil pemerintah. Pemilu adalah cara yang dilakukan oleh parpol dengan berbagai cara dan media untuk menawarkan isu-isu politik dengan harapan agar warga masyarakat menjatuhkan pilihannya pada partai politik yang bersangkutan pada saat pemilihan. 12 1. Tidak memerlukan kualifikasi ilmu tertentu Pemilu berada pada tingkat yang paling rendah dalam partisipasi politik, yaitu setelah Lobbying, Organization Activites dan Individual Contacs. Hal ini dikarenakan karena 2 hal yaitu : 2. Tidak memerlukan alokasi waktu yang cukup besar. Ada 2 persoalan penting dalam pemilu yaitu : Electoral Laws, yakni aturan-aturan hukum yang menjadi dasar dari sebuah pelaksanaan pemilu, dan 11 Joko J. Prihatmoko Moesafa, Op.Cit., hal. 43. 12 Ali Murtopo, Strategi Pembangunan Nasional, CSIS, 1981, hal.179, dalam Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987, hal. 167 Universitas Sumatera Utara 14 Electoral Procces yakni tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pemilu.

1.11.2. Sistem Pemilu

Dalam Ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok yaitu : a. Single-member constituency satu daerah pemilihan memilih satu wakil ; biasanya disebut sistem Distrik b. Multi-member constituency satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya dinamakan proportional represenstation atau sistem perwakilan berimbang. 13

1.11.2.1. Sistem Distrik Single Member Constituency

Sistem ini merupakan sistem pemilihan dimana suatu daerah pemilihan memiliki satu wakil. Disini wilayah Negara dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam DPR ditentukan dalam jumlah distrik. Calon yang dianggap menang adalah calon yang dalam satu distrik memperoleh suara yang terbanyak, sedangkan suara-suara yang ditujukan kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimanapun kecil selisih kekalahannya. Jadi tidak ada sistem menghitung suara lebih dalam sistem pemilu distrik. 13 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia, 1983, hal. 177. Universitas Sumatera Utara 15

1.11.2.2. Sistem Proporsional Multi Member Constituency

Sistem pemilu proporsional sering juga disebut sebagai sistem pemilu multi member constituency atau sistem perwakilan berimbang. Sistem pemilihan proporsional adalah sistem pemilu di mana kursi yang terisi di Lembaga Legislatif Pusat untuk diperebutkan dalam suatu pemilu, dibagikan pada partai-partai politik yang turut dalam pemilu tersebut sesuai dengan imbangan suara yang diperolehnya dalam pemilih. Secara konseptual, perwakilan politik berawal dari pemilihan umum. Artinya, pemilihan umum yang diadakan merupakan proses seleksi pimpinan akan menumbuhkan rasa keterwakilan politik di kalangan masyarakat luas. Dan akan menyalurkan aspirasi dan kepentingan warga negara oleh sebab itu dibentuklah badan perwakilan rakyat yang membuat Undang-Undang, menyusun Anggaran Penerimaan Belanja Negara, mengawasi pelaksanaan Undang-Undang dan penerimaan serta penggunaan anggaran negara. Sistem ini merupakan sistem pemilihan dimana jumlah kursi yang diperoleh oleh suatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya. Negara dianggap sebagai suatu daerah pemilihan yang besar, akan tetapi untuk keperluan teknis-administratif dibagi ke dalam beberapa daerah pemilihan yang besar, dimana setiap daerah pemilihan memilih sejumlah wakil penduduk dalam daerah pemilihan itu. Dalam sistem ini setiap suara dihitung, dalam arti suara lebih yang diperoleh partai atau golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah suara yang diterima oleh partai atau golongan itu dalam daerah Universitas Sumatera Utara 16 pemilihan lain, untuk menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna memperoleh kursi tambahan.

1.11.3. Partai Politik

Menurut Raymond Garfield Gettell dalam Political science memberikan batasan bahwa Partai politik terdiri dari sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memakai kekuasaan memilih bertujuan mengawasi pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka. Menurut George B.de Huszar dan Thomas H.Stevenson Partai politik adalah sekelompok orang-orang yang terorganisir untuk ikut serta mengendalikan suatu poemerintahan, agar dapat melaksanakan programnya dan menempatkan anggota-anggotanya dalam jabatan. Menurut Carl J. Friedrich, Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan pengawasan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan dengan berdasarkan pengawasan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun material. Menurut RH.Soltau dalam An Introduction to Politics ternyata sama dengan batasan yang diberikan oleh Raymond Garfield Gettell dalam political science. Jadi secara umum, dapat dikatakan bahwa paertai politik adalah organisasi dengan mana orang ataupun golongan berusaha untuk memperoleh serta menggunakan kekuasaan. 14 14 Dra. Soelistyati Ismail Gani, Op.Cit. hal.111 Universitas Sumatera Utara 17 Menurut Miriam Budiarjo dalam buku Pengantar Ilmu Politik, adapun fungsi dari partai politik adalah sebagai berikut : 1. Partai sebagai sarana komunikasi politik Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat modern yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di padang pasir, apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan “penggabungan kepentingan” interest aggregation. Sesudah digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini dinamakan “perumusan kepentingan” interest articulation. 2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai politik juga memainkan peranan sebagai sarana sosialisasi politik instrument of political socialization. Di dalam ilmu poitik sosialisasi politik diartikan sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap phenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada. Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Di samping itu sosialisasi politik juga mencakup proses melalui mana masyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Universitas Sumatera Utara 18 Dalam hubungan ini, partai politik berfungsi sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Dalam usaha menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan umum, partai harus memperoleh dukungan seluas mungkin. Untuk itu partai berusaha menciptakan “image” bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. 3. Partai politik sebagai sarana recruitment politik. Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai political recruitment. Dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik. Caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi dan lain-lain. Juga diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan lama selection of leadership. 4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik conflict management. Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha untuk mengatasinya. 15

1.11.4. Sistem Kepartaian

Menurut Maurice Duverger dalam buku Political Parties demikian juga G.A. Jacobsen dan M. H. Lipman dalam buku Political Science tentang sistem partai, penggolongan partai ada 3 tiga macam: 1. Sistem garis datar tunggal 15 Miriam Budiadjo, Op. Cit., hal. 163 Universitas Sumatera Utara 19 Meliputi baik Negara yang memang benar-benar hanya mempunyai satu partai, disamping itu juga Negara dimana ada satu partai yang dominan. Alasan yang dipakai untuk memakai dasar sistem partai tunggal ialah karena di Negara-negara baru lalu timbul problema-problema mengintergrasikan golongan-golongan daerah atau suku bangsa yang berbeda baik corak sosial maupun pandangan dan filsafat hidupnya. 2. Sistem Dua Partai Suatu Negara dengan sistem dua partai berarti bahwa dalam Negara terseburt ada dua partai atau memiliki lebih dari dua partai, akan tetapi yang memegang peranan dominant yaitu dua partai. 3. Sistem Multi Partai Dalam Negara dengan sistem multi partai biasanya ada beberapa partai yang hampir sama kekuatannya. Suatu Negara dengan sistem multi partai masing- masing pemilih mendukung partai yang hampir sesuai dan mewakili pandangannya sendiri. 16

1.11.5. Lembaga Perwakilan

Lahirnya lembaga perwakilan dimulai pada zaman yunani kuno, dimana Rosseau menginginkan tetap berlangsungnya demokrasi, tetapi karena luasnya wilayah suatu Negara, bertambahnya jumlah penduduk, dan bertambah rumitnya masalah-masalah kenegaraan maka muncullah demokrasi tidak langsung melalui “lembaga-lembaga perwakilan”, yang sebutannya dan juga jenisnya tidak sama di semua Negara, dan sering disebut “Parlemen”, atau kadang-kadang disebut 16 Dra. Soelistyati Ismail Gani, Op.Cit. hal.113 Universitas Sumatera Utara 20 “Dewan Perwakilan Rakyat”. Tetapi parlemen ini lahir bukan karena ide demokrasi itu sendiri tetapi sebagai kelicikan dari sistem feodal. Hal tersebut dikemukakan oleh A.F Pollard dalam bukunya yang berjudul The Evolution of Parliament. Parlemen diciptakan dengan tujuan tertentu antara lain untuk menghubungkan masyarakat luas dengan raja atau pimpinan pemerintahan. Parlemen juga berfungsi untuk memenuhi tuntutan masyarakat luas akan sebuah lembaga dengan fungsi strategis pokok, menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemimpin Negara. Apabila seseorang duduk dalam Lembaga Perwakilan melalui pemilihan umum maka sifat perwakilannya disebut perwakilan politik political representation. Sering para ahli menyebutkan bahwa kadar demokrasi ditentukan oleh pembentukan Parlemennya apakah melalui pemilihan umum dan pengangkatan, makin dominan perwakilan berdasarkan hasil pemilu makin tinggi kadar demokrasinya dan sebaliknya makin dominan pengangkatan makin rendah kadar demokrasi yang dianut oleh Negara tersebut. Badan legislatif memiliki beberapa fungsi. Di antara fungsi badan legislatif yang paling penting ialah : 3. Menentukan Policy kebijaksanaan dan membuat undang-undang. Untuk itu dewan perwakilan rakya diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang-undang yang disusun oleh pemerintah, dan hak budget. 4. Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga supaya semua tindakan badan eksekutif sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah Universitas Sumatera Utara 21 ditetapkan. Untuk menyelenggarakan tugas ini, badan perwakilan rakyat diberi hak-hak kontrol khusus. 17 Duduknya seseorang di Lembaga Perwakilan baik itu karena pengangkatanpenunjukan maupun melalui pemilihan umum, mengakibatkan timbulnya hubungan si wakil dengan yang diwakilinya. Pertama dibahas hubungan tersebut dengan teori yaitu: Si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Teori mandat disebut sebagai : 1. Mandat Imperatif : menurut ajaran ini si wakil bertindak di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak bisa bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal yang baru yang tidak terdapat dalam instriksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari yang diwakilinya baru dapat dilaksanakannya. 2. Mandat Bebas : menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atau atas nama rakyat. 3. Mandat Reprensetatif : si wakil dianggap bergabung dalam satu lembaga perwakilan parlemen. Rakyat memilih dan memberikan mandat pada lembaga perwakilan, sehingga si wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan pemilihnya apalagi pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah bertanggungjawab pada rakyat. 17 Miriam Budiadjo, Op. Cit., hal. 182 Universitas Sumatera Utara 22

1.11.6. Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu Negara sebagai suatu upaya mewujudkan kedaulatan rakyat kekuasaan warga Negara atas Negara untuk dijalankan oleh pemerintah Negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik Negara eksekutif, legislatif dan judikatif untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga Negara yang saling lepas independen dan berada dalam tingkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran independensi ketiga jenis lembaga Negara ini diperlukan agar ketiga lembaga Negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip cheks and balance. Kata demokrasi berasal dari dua kata yaitu demos yang berarti rakyat dan keratoscratein yang berarti poemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut sebagai perkembangan politik suatu Negara. Dalam ilmu politik, dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empiris demokrasi procedural. Dalam pemahaman secara normatif yaitu demokrasi merupakan sesuatu yang secara adil yang hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah Negara. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal ungkapan “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. 18 18 Miriam Budiadjo, Op. Cit., hal. 50 Ungkapan normatif tersebut biasanya diterjemahkan menurut konstitusi masig-masing Negara. Tetapi hal-hal yang Universitas Sumatera Utara 23 normatif belum tentu dapat kita lihat dalam konteks kehidupan sehari-hari suatu Negara. Dalam sistem perwakilan politik, seorang warga Negara mewakilkan diri sebagai yang berdaulat kepada seorang calon wakil rakyat atau Partai Politik yang dipercayai melalui pemilihan umum. Suatu keputusan dalam demokrasi ialah bagaimana menyelenggarakan pemilihan umum.

1.11.7. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorangbadan hukumpimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Akuntabilitas atau pertanggung jawaban accountability di dalam konteks politik merupakan suatu konsep yang lengkap di dalam teori dan praktek demokrasi. Meskipun tidak terlalu sering istilah ini digunakan dalam teori, namun semangat demokrasi itu adalah menciptakan suatu pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” dimana dalam konteks untuk rakyat aspek yang paling penting diantaranya adalah pertanggung jawaban di dalam proses politik terselenggara dengan baik. Akuntabilitas legislatif di tingkat local dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu : 1. Akuntabilitas Administratif penggunaan dana publik, pengumuman harta kekayaan sebelum dan sesudah menjabat. 2. Akuntabilitas Politik khususnya dalam proses pembuatan kebijakan politik. Universitas Sumatera Utara 24 3. Akuntabilitas Moral adanya etika atau code of conduct. 4. Akuntabilitas Profesional menjalankan fungsi sebagai anggota legislatif. Sikap professional berkaitan dengan adanya kepekaan para politisi dalam lembaga legislatif dalam mengkaji berbagai kebutuhan masyarakat. Masyarakat dituntut mempunyai daya tanggap yang tinggi dalam memantau berbagai tindakan kepemerintahan di daerah sehingga informasi balik yang diberikan mempunyai ketepatan yang tinggi dan efektif. Karena itu akuntabilitas juga dapat dilihat dari komitmen para wakil terhadap persoalan masyarakat. Untuk mewujudkan akuntabilitas tersebut maka diperlukan transparasi, apabila proses pembuatan keputusan begitu pula proses dan cara kera legislatif tertutup maka akan sulit untuk mengatakan bahwa lembaga legislatif tersebut mempunyai tingkat akuntabilitas yang tinggi, sebaliknya jika proses pembuatan keputusan transparan dan responsive terhadap aspirasi dan keberatan-keberatan masyarakat, tingkat akuntabilitasnya cenderung tinggi. Menurut Turner dan Hulme, ada 6 enam indikator akuntabilitas, yakni: 1. Adanya legitimasi bagi para pembuat keputusan 2. Kepemimpinan yang mengedepankan moral moral conduct 3. Adanya kepekaan responsiveness 4. Keterbukaan openness 5. Pemanfaatan sumber daya secara optimal 6. Upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas Dalam prinsip demokrasi, pertanggung jawaban juga mempengaruhi pola hubungan antara anggota legislatif dengan konstituennya dalam sistem Universitas Sumatera Utara 25 perwakilan karena sistem perwakilan itu juga bisa diartikan sebagai hubungan antara dua pihak yakni wakil dan yang diwakili dimana wakil memegang kewenangan untuk melakukan tindakan yang dibuat dengan terwakili. 19

1.7 Metodologi Penelitian

Ukuran untuk menganalisis kebijakan anggota legislatif maka perlu adanya persyaratan lain yaitu akuntabilitas yang dapat berjalan jika adanya transparansi. Apabila proses pembuatan keputusan begitu juga proses dari cara kerja anggota legislatif tertutup, maka sangat sulit dikatakan bahwa lembaga legislatif tersebut memiliki tingkat akuntabilitas yang tinggi. Sebaliknya, bila proses transparan dan responsif terhadap aspirasi dan keberatan-keberatan masyarakat baik, tingkat akuntabilitasnya cenderung tinggi.

1.6. Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara dari penelitian atau disebut juga tentative answer. Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Perubahan sistem pemilu mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap tingkat akuntabilitas Anggota Legislatif terpilih pada pemilu 2009”.

1.7.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif yaitu suatu metode dalam meneliti individu maupun kelompok masyarakat, sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa tertentu. Penelitian deskriptif ini meliputi pengumpulan data melalui 19 Arbi Sanit, 1985. Perwakilan Politik Indonesia. Jakarta : Raja Wali Press. Universitas Sumatera Utara 26 daftar pertanyaan kuisioner. Tipe yang paling umum dari penelitian ini adalah penilaian sikap atau pendapat individu, organisasi, keadaan ataupum prosedur yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survey, wawancara ataupun observasi. 20

1.7.2. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi penelitian adalah dapem IV kabupaten Nias. Alasan dipilihnya lokasi ini adalah karena daerah tersebut merupakan asal dari peneliti sendiri, sehingga akan memudahkan peneliti untuk mendapatkan data-data yang diperlukan baik dari masyarakat maupun instansi yang terkait dengan penelitian ini nantinya. Selain itu, dalam melakukan penelitian, peneliti akan lebih mudah berinteraksi dengan masyarakatnya sehingga akan mempermudah dalam hal memperoleh data dari para responden.

1.7.3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi berasal dari bahasa inggris yaitu “population” yang berarti jumlah penduduk. Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari onjek penelitian yang dapat berupa manusia , hewan, tumbuhan, udara, nilai. Peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian 21 20 Mudrajad Kuncoro, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga. 2003.hal 8 21 Burhan Bugin, Metodologi penelitian Sosial. Surabay :Airlangga University Press.2001.hal 101 . Universitas Sumatera Utara 27 Maka yang diambil menjadi populasi dalam penelitian ini adalah warga yang menggunakan hak pilihnya pada pemilihan legilatif 2009 pada wilayah Dapem IV Kabupaten Nias, yang terdiri dari 6 kecamatan yakni : 1. Kecamatan Alasa Talumuzoi : 3.816 orang 2. Kecamatan Alasa : 10.675 orang 3. Kecamatan Tugala Oyo : 3.768 orang 4. Kecamatan Lahewa Timur : 4.760 orang 5. Kecamatan Afulu : 6.194 orang 6. Kecamatan Lahewa : 13.384 orang Sehingga jumlah seluruh pemilih pada wilayah Dapem IV Kabupaten Nias adalah 42.597 orang.

b. Sampel