Serapan Air Water Absorption

49 antara 1649,41 – 1865,08 kgm³ dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari seluruh sampel ada sekitar 23 yang densitasnya 1750 kgm³, sehingga batako tersebut diklasifikasikan kedalam batako ringan dan 77 lagi densitasnya 1750 kgm³, sehingga batako tersebut dapat diklasifikasikan kedalam batako medium menurut Carolyn Schierhorn 2008.

4.2. Serapan Air Water Absorption

Hasil pengukuran serapan air dari batako pada sampel nol dan sampel A, dimana semen yang disubstitusi dengan abu batubara mulai 0,25 – 27,5 dari volume perekat dan pasir disubstitusi bati apung+abu sekam padi dalam kondisi tetap 20 dari volume agregat dapat dilihat pada Gambar 4.7. Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa nilai serapan air batako adalah berkisar antara 8,89 – 17,51 . Gambar 4.7. Grafik hubungan Serapan air dengan penambahan persentase abu batubara pada substitusi pasir tetap 20 . Hasil pengukuran serapan air dari batako pada sampel B, dimana semen yang disubstitusi dengan abu batubara dalam kondisi tetap 20 dari volume perekat dan pasir disubstitusi bati apung+abu sekam padi mulai 0 – 55 dari volume agregat dapat dilihat pada Gambar 4.8 Dari Gambar 4.8 terlihat bahwa nilai serapan air batako adalah berkisar antara 9,60 –18,97 . Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 4.8. Grafik hubungan Serapan air dengan penambahan persentase batu apung+abu sekam padi pada substitusi semen 20 . Hasil pengukuran serapan air dari batako pada sampel C, dimana semen yang disubstitusi dengan abu batubara dalam kondisi tetap 10 dari volume perekat dan pasir disubstitusi batu apung+abu sekam padi mulai 10 – 40 dari volume agregat dapat dilihat pada Gambar 4.9 Dari Gambar 4.9 terlihat bahwa nilai serapan air batako adalah berkisar antara 9,96 –15,89 . Gambar 4.9. Grafik hubungan Serapan air dengan penambahan persentase batu apung+abu sekam padi pada substitusi semen 10 . Universitas Sumatera Utara 51 Hasil pengukuran serapan air dari batako pada sampel D, dimana semen yang disubstitusi dengan abu batubara dalam kondisi tetap 15 dari volume perekat dan pasir disubstitusi batu apung +abu sekam padi mulai 10 – 40 dari volume agregat dapat dilihat pada Gambar 4.10 Dari Gambar 4.10 terlihat bahwa nilai serapan air batako berkisar antara 10,47 – 17,49 Gambar 4.10. Grafik hubungan Serapan air dengan penambahan persentase batu apung + abu sekam padi pada substitusi semen 15 . Hasil pengukuran serapan air dari batako pada sampel E, dimana semen yang disubstitusi dengan abu batubara dalam kondisi tetap 25 dari volume perekat dan pasir disubstitusi batu apung + abu sekam padi mulai 10 – 40 dari volume agregat dapat dilihat pada Gambar 4.11 Dari Gambar 4.11 terlihat bahwa nilai serapan air batako berkisar antara 12,92 -19,23 . Gambar 4.11. Grafik hubungan Serapan air dengan penambahan persentase batu apung+abu sekam padi pada substitusi semen 25 . Universitas Sumatera Utara 52 Hasil pengukuran serapan air dari batako pada sampel F, dimana semen yang disubstitusi dengan abu batubara dalam kondisi tetap 30 dari volume perekat dan pasir disubstitusi bati apung + abu sekam padi mulai 0 – 50 dari volume agregat dapat dilihat pada Gambar 4.12 Dari Gambar 4.12 terlihat bahwa nilai serapan air batako berkisar antara 13,65 – 18,65 . Gambar 4.12. Grafik hubungan Serapan air dengan penambahan persentase batu apung+abu sekam padi pada substitusi semen 30 . Berdasarkan SNI 03-0349-1989 besarnya serapan air batako maksimum sekitar 25 untuk beton yang berfungsi sebagai pasangan dinding. Dari pembahasan di atas pada sampel dapat disimpulkan bahwa semakin banyak abu batubara, batu apung dan abu sekam padi yang ditambahkan pada sampel batako mengakibatkan serapan air batako cenderung semakin besar. Hasil pengukuran serapan air batako tersebut berkisar antara 8,76 – 16,13 dapat dilihat pada Lampiran 2. Sehingga batako tersebut memenuhi standart untuk digunakan sebagai pasangan dinding.

4.3. Kuat Tekan Compressive Strength