44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bata beton atau sering juga disebut batako, dibuat dari bahan dasar semen, pasir dan air. Pada penelitian ini dimana semen disubstitusi dengan abu batubara
mulai dari 0 - 30 , dari volume perekat sedangkan pasir disubstitusi dengan batu apung dan abu sekam padi mulai dari 0 – 55 dari volume agregat.
Perbandingan volum antara batu apung dengan abu sekam padi adalah 1 : 1, dan perbandingan antara perekat dengan agregat adalah 1 : 4. Perlakuan batako yang
telah dicetak hanya dilakukan dengan proses pengeringan secara alami pada suhu kamar room temperature selama 28 hari. Untuk mengetahui karakteristik batako
tersebut maka perlu dilakukan pengukuran atau pengujian besaran-besaran fisis dan mekanis, antara lain: densitas, serapan air, kuat tekan compressive strength ,
kuat patah bending strength dan kuat impak impact strength . Hasil-hasil pengujian yang meliputi pengujian fisis dan mekanis batako, masing-masing akan
dibahas secara rinci sebagai berikut:
4.1. Densitas Density
Hasil pengukuran densitas dari batako pada sampel A1 sampel nol , dimana semen dan pasir tidak disubstitusi dan sampel A2 – A12 dimana semen
disubstitusi dengan abu batubara mulai dari 2,5 – 27,5 dari volume perekat dan pasir disubstitusi batu apung + abu sekam padi dalam kondisi tetap 20 dari
volume agregat dapat dilihat pada gambar 4.1. Dari gambar 4.1 terlihat bahwa nilai densitas batako untuk sampel A1 sampel nol dan sampel A2 – A12 adalah
berkisar antara 1804,91 – 1865,08 kgm³.
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 4.1. Grafik hubungan Densitas dengan penambahan persentase abu batubara pada substitusi pasir tetap 20 .
Hasil pengukuran densitas dari batako pada sampel B, dimana semen disubstitusi dengan abu batubara dalam kondisi tetap 20 dari volume perekat dan pasir
disubstitusi batu apung + abu sekam padi mulai 0 – 55 dari volume agregat dapat dilihat pada gambar 4.2. Dari gambar 4.2 terlihat bahwa nilai densitas
batako untuk sampel B berkisar antara 1663,86 – 1864,09 kgm³.
Gambar 4.2. Grafik hubungan Densitas dengan penambahan persentase batu apung + abu sekam padi pada substitusi semen tetap 20 .
Universitas Sumatera Utara
46
Hasil pengukuran densitas dari batako pada sampel C, dimana semen disubstitusi abu batubara dalam kondisi tetap 10 dari volume perekat dan pasir disubstitusi
batu apung + abu sekam padi mulai 10 – 40 dari volume agregat dapat dilihat pada gambar 4.3. Dari gambar 4.3. terlihat bahwa nilai densitas batako untuk
sampel C berkisar antara 1762,40 – 1828,95 kgm³.
Gambar 4.3. Grafik hubungan Densitas dengan penambahan persentase batu apung + abu sekam padi pada substitusi semen tetap 10 .
Hasil pengukuran densitas dari batako pada sampel D, dimana semen disubstitusi abu batubara dalam kondisi tetap 15 dari volume perekat dan pasir disubstitusi
batu apung + abu sekam padi mulai 10 – 40 dari volume agregat dapat dilihat pada gambar 4.4. Dari gambar 4.4. terlihat bahwa nilai densitas batako untuk
sampel D berkisar antara 1711,27 – 1895,41 kgm³.
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 4.4. Grafik hubungan Densitas dengan penambahan persentase batu apung+abu sekam padi pada substitusi semen tetap 15 .
Hasil pengukuran densitas dari batako pada sampel E, dimana semen disubstitusi abu batubara dalam kondisi tetap 25 dari volume perekat dan pasir disubstitusi
batu apung + abu sekam padi mulai 10 – 40 dari volume agregat dapat dilihat pada gambar 4.5. Dari gambar 4.5 terlihat bahwa nilai densitas batako untuk
sampel E berkisar antara 1649,41 – 1920,61 kgm³.
Gambar 4.1.5. Grafik hubungan Densitas dengan penambahan persentase batu apung+abu sekam padi pada substitusi semen tetap 25 .
Universitas Sumatera Utara
48
Hasil pengukuran densitas dari batako pada sampel F, dimana semen disubstitusi abu batubara dalam kondisi tetap 30 dari volume perekat dan pasir disubstitusi
batu apung + abu sekam padi mulai 0 – 50 dari volume agregat dapat dilihat pada gambar 4.6. Dari gambar 4.6 terlihat bahwa nilai densitas batako untuk
sampel F berkisar antara 1734,32 – 1856,85 kgm³.
Gambar 4.6. Grafik hubungan Densitas dengan penambahan persentase batu apung+abu sekam padi pada substitusi semen tetap 30 .
Berdasarkan densitasnya beton dapat diklasifikasikan, antara lain :beton ringan dengan densitas 1,75 grcm
3
atau 1750 kgm³ , medium dengan densitas 1,75 –
2,016 grcm
3
atau 1750-2016 kgm³ dan beton normal dengan densitas 2,016 grcm
3
atau 2016 kgm³ Carolyn Schierhorn, 2008. Sedangkan untuk beton konvensional, nilai densitasnya berkisar 2,4 grcm
3
atau 2400 kgm³ Van Vlack, 2004. Sedangkan menurut ASTM C 134-95 densitas untuk beton konvensional
2,3 grcm³ atau 2300 kgm³.
Dari pembahasan diatas pada sampel dapat disimpulkan bahwa semakin banyak abu batubara, batu apung dan abu sekam padi yang ditambahkan sebagai
substitusi semen dan pasir pada sampel batako diperoleh densitas batako cenderung semakin kecil. Hasil pengukuran densitas batako tersebut berkisar
Universitas Sumatera Utara
49
antara 1649,41 – 1865,08 kgm³ dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari seluruh sampel ada sekitar 23 yang densitasnya 1750 kgm³, sehingga batako tersebut
diklasifikasikan kedalam batako ringan dan 77 lagi densitasnya 1750 kgm³, sehingga batako tersebut dapat diklasifikasikan kedalam batako medium menurut
Carolyn Schierhorn 2008.
4.2. Serapan Air Water Absorption