18
Debu batubara diperoleh dari sisa pembakaran batubara pada pembangkit listrik tenaga uap PLTU Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera
Utara yang selama ini menggunung tidak termanfaatkan. Sedangkan abu sekam padi sangat mudah diperoleh dari sisa penggilingan di tempat-tempat penggilingan
padi yang selama ini hanya dibakar di alam lepas dan untuk batu apung diperoleh dari sungai Binge Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dimana penduduk
setempat belum dapat memanfaatkannya dengan optimal.
1.2. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah debu batubara dapat digunakan sebagai bahan substitusi semen
dalam campuran pembuatan batako? 2.
Apakah batu apung dapat digunakan sebagai bahan substitusi pasir untuk memperingan batako?
3. Apakah abu sekam padi dapat digunakan sebagai bahan substitusi pasir
untuk memperingan batako? 4.
Apakah pemberian debu batubara, batu apung dan abu sekam padi dapat merubah karakteristik batako?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Memanfaatkan debu batubara, batu apung dan abu sekam padi sebagai substitusi semen dan pasir pada pembuatan batako.
2. Mengadakan Uji Karakteristik batako.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat: 1.
Memberi informasi tentang debu batubara, batu apung dan abu sekam padi sebagai alternatif bahan substitusipengganti semen dan pasir dalam
pembuatan batako.
Universitas Sumatera Utara
19
2. Menghasilkan batako yang lebih ringan yang kualitasnya tidak kalah dari
batako yang ada di pasaran.
1.5. Batasan Masalah
Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Produk bahan bangunan yang dibuat dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pembuatan batako.
2. Debu batubara yang dipakai diambil dari PLTU Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
3. Batu apung yang dipakai diambil dari sungai Bingei Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara. 4.
Abu Sekam padi yang dipakai diambil dari Kilang padi di sekitar Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
5. Pasir yang dipakai adalah pasir sungai.
6. Semen yang dipakai adalah semen portland jenis I.
7. Uji karakteristik yang dilakukan adalah : densitas, daya serap air, kuat patah,
kuat tekan dan kuat impak.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah
2.1.1. Pengertian Limbah
Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari hasil suatu proses industri. Limbah padat dari suatu industri adalah
merupakan semua bahan sisa atau bahan buangan yang tak berguna dan berbentuk padat. Limbah padat dapat berupa kaleng bekas, daun bekas
pembungkus, kertas dan sebagainya. Limbah cair adalah semua jenis bahan sisa yang dibuang dalam bentuk larutan atau berupa zat cair. Limbah cair dapat berupa
air bekas pencucian pemurnian emas yang mengandung unsur-unsur merkuri busa deterjen dan lain-lain. Limbah organik adalah semua jenis bahan sisa atau bahan
buangan yang merupakan bentuk-bentuk organik, dalam arti bahan buangan tersebut akan dapat terurai habis dalam lingkungan dengan adanya organisme-
organisme pengurai atau decomposer sebagai contoh bekas daun pembungkus, kertas dan lain-lain. Limbah an organik semua jenis bahan sisa atau buangan yang
tidak dapat terurai dan habis dalam lingkungan contoh sampah plastik limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup
Heryando Polar, 1995.
2.1.2. Debu Batubara
Debu batubara adalah bahan yang berbutir halus yang bersifat pozzolanic yang merupakan bahan alami atau buatan yang diperoleh dari sisa pembakaran
batubara dan pabrik pembangkit panas. Dikutip dari http:dafi017.blogspot. com200903pemanfaatan-fly-ash-abu-terbang-dari.html, diakses tgl 27 Januari
2010. Abu terbang mempunyai sifat-sifat yang sangat menguntungkan di dalam menunjang pemanfaatannya yaitu :
Universitas Sumatera Utara
21
a. Sifat Fisis
Abu terbang merupakan material yang di hasilkan dari proses pembakaran batubara pada alat pembangkit listrik, sehingga semua sifat-sifatnya juga
ditentukan oleh komposisi dan sifat-sifat mineral-mineral pengotor dalam batubara serta proses pembakarannya. Dalamproses pembakaran batubara ini titik
leleh abu batu bara lebih tinggi dari temperatur pembakarannya. Dan kondisi ini menghasilkan abu yang memiliki tekstur butiran yang sangat halus.
Abu terbang batubara terdiri dari butiran halus yang umumnya berbentuk bola padat atau
berongga. Ukuran partikel abu terbang hasil pembakaran batubara bituminous lebih kecil dari 0,075mm. Kerapatan abu terbang berkisar antara 2100 sampai
3000 kgm
3
dan luas area spesifiknya diukur berdasarkan metode permeabilitas udara Blaine antara 170 sampai 1000 m
2
kg. Fly ash memiliki sifat – sifat fisis antara lain :
Tabel 2.1. Sifat-sifat fisis fly ash Uraian
Kelas F Kehalusan
Jumlah yang diperoleh dengan ayakan basah 34
45 μm No.325, maks.
Indek Kekuatan : Dengan semen Portland, pada waktu 7 hari, min
75 Dengan semen Portland, pada waktu 28 hari, min
75 Kebutuhan
Air, maksimum 105
Soundness: Pemuaian
dalam autoclave,
maks. 0,8
Keseragaman : Densitas,
variasi maks.,
rata-rata, 5
Jumlah yang diperoleh 45 μm
No.325, 5
variasi maks. Sumber : Faldy Rulistianto, 2007
Universitas Sumatera Utara
22
b. Sifat Kimia