Penyediaan Debu Batubara, Batu Apung dan Abu Sekam Padi Variabel dan Parameter Preparasi sampel Batako

37

3.3. Penyediaan Debu Batubara, Batu Apung dan Abu Sekam Padi

Debu batubara pada penelitian ini diperoleh dari limbah pembakaran batubara yang berfungsi sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU Labuhan Angin yang terletak di Desa Labuhan Angin, Kecamatan Mela, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Batu Apung diperoleh dari sungai Binge Kota Binjai, Sumatera Utara. Abu sekam padi diperoleh dari kilang penggilingan padi di wilayah Tanjung Morawa Sumatera Utara.

3.4. Variabel dan Parameter

Variabel dalam penelitian ini, yaitu : a. Variasi penambahan bahan substitusi semen berupa debu batubara fly ash mulai 2,5 - 30 dari volume perekat. b. Variasi penambahan bahan substitusi pasir berupa serbuk sekam padi dan batu apung mulai 5 - 55 dari volume agregat. Dimana perbandingan volume antara batu apung dengan abu sekam padi adalah 1 : 1. . Parameter pengujian yang dilakukan meliputi: densitas, daya serap air, kuat patah, kuat tekan dan kuat impak.

3.5. Preparasi sampel Batako

Bahan baku yang digunakan pada pembuatan batako terdiri dari pasir , abu batubara, batu apung, abu sekam padi dan semen. Untuk menentukan komposisi bahan baku mengacu pada proporsi beton konvensional, seperti untuk campuran agregat di dalam beton, yaitu sekitar 70 – 80 volume total atau perbandingan matriks terhadap agregat MA = 1 : 4 Tri Mulyono, 2005. Jadi untuk memudahkan dalam proses pencampuran maka semua komposisi bahan baku ditentukan dalam persentase volume. Pada penelitian ini, matriks yang digunakan adalah campuran semen yaitu ash batubara. Sedangkan agregat terdiri dari pasir , batu apung dan abu sekam padi. Dan perbandingan volume antara batu apung dengan abu sekam padi adalah 1 : 1. Universitas Sumatera Utara 38 1. Analisa Ukuran Butir Pasir Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan beberapa sampel pasir sungai Bingei, maka diperoleh komposisi butir sebagai berikut : a. Lolos ayakan 4,75 mm dan tertahan oleh ayakan 3,15 mm adalah 11,275 . b. Lolos ayakan 3,15 mm dan tertahan oleh ayakan 2,24 mm adalah 8,775. c. Lolos ayakan 2,24 mm dan tertahan oleh ayakan 1,6 mm adalah 8,155. d. Lolos ayakan 1,6 mm dan tertahan oleh ayakan 1,0 mm adalah 12,625 e. Lolos ayakan 1,0 mm dan tertahan oleh ayakan 500µm adalah 21,355. f. Lolos ayakan 500 µm adalah 37,815. 2. Penyiapan Bahan. a. Abu sekam padi diayak untuk membersihkan sampahnya. b. Batu Apung Pumice dijemur dan dihaluskan kemudian diayak Ukuran butir batu apung yang digunakan adalah yang lolos ayakan 1,0 mm dan tertahan ayakan 500 µm serta ukuran butir yang lolos ayakan 500 µm dengan perbandingan 21,355 : 37,815. Sebelum digunakan batu apung dipanaskan untuk menghilangkan kadar air. c. Abu batubara dipanaskan untuk menghilangkan kadar air. d. Pasir diayak hingga lolos ayakan 5 mm ayakan yang sering digunakan para pekerja bangunan. e. Penimbangan semen, pasir, dan batu apung dilakukan dengan tetap berpedoman perbandingan volum Matriks : Agregat = 1 : 4 setelah terlebih dahulu melakukan konversi ukuran volum ke ukuran massa. f. Penimbangan abu batubara dilakukan setelah terlebih dahulu mengkonversikan ukuran volum ke ukuran massa. 3. Pembuatan Sampel a. Komposisi sampel yang dibuat sesuai dengan Tabel 3.1, Tabel 3.2, Tabel 3.3, Tabel 3.4, Tabel 3.5 dan Tabel 3.6. b. Campuran komposisi sampel bersama air faktor air semen = 0,6 dimixer. Universitas Sumatera Utara 39 c. Pencetakan sampel : a Berbentuk balok dengan ukuran 12 cm x 3 cm x 3 cm untuk uji impak dan uji patah b Berbentuk silinder dengan diameter 5 cm untuk uji tekan, uji densitas, dan uji penyerapan air. d. Untuk pengujian penyerapan air, sampel setelah berumur 28 hari direndam selama 24 jam sebelum pengujian untuk massa basah dan setelah itu dioven 110 o C selama 1,5 jam untuk mendapatkan massa kering BSNI 03 – 0349 – 1989. Tabel 3.1. Komposisi Sampel A. Perekat Agregat 1 : 4 Kode Sampel Semen dari Komposisi Matriks Debu Batubara dari Komposisi Matriks Pasir dari Komponen Agregat Batu Apung + Abu Sekam Padi

1:1 dari

Komponen Agregat A1 100 100 A2 97,5 2,5 80 20 A3 95 5 80 20 A4 92,5 7,5 80 20 A5 90 10 80 20 A6 87,5 12,5 80 20 A7 85 15 80 20 A8 82,5 17,5 80 20 A9 80 20 80 20 A10 77,5 22,5 80 20 A11 75 25 80 20 A12 72,5 27,5 80 20 Universitas Sumatera Utara 40 Tabel 3.2. Komposisi Sampel B. Perekat Agregat 1 : 4 Kode Sampel Semen dari Komposisi Matriks Debu Batubara dari Komposisi Matriks Pasir dari Komponen Agregat Batu Apung + Abu Sekam Padi

1:1 dari

Komponen Agregat B1 80 20 100 B2 80 20 95 5 B3 80 20 90 10 B4 80 20 85 15 B5 80 20 80 20 B6 80 20 75 25 B7 80 20 70 30 B8 80 20 65 35 B9 80 20 60 40 B10 80 20 55 45 B11 80 20 50 50 B12 80 20 45 55 Tabel 3.3 Komposisi Sampel C. Perekat Agregat 1 : 4 Kode Sampel Semen dari Komposisi Matriks Debu Batubara dari Komposisi Matriks Pasir dari Komponen Agregat Batu Apung + Abu Sekam Padi1:1 dari Komponen Agregat C1 90 10 90 10 C2 90 10 85 15 C3 90 10 80 20 C4 90 10 75 25 C5 90 10 70 30 C6 90 10 65 35 C7 90 10 60 40 Universitas Sumatera Utara 41 Tabel 3.4. Komposisi Sampel D. Perekat Agregat 1 : 4 Kode Sampel Semen dari Komposisi Matriks Debu Batubara dari Komposisi Matriks Pasir dari Komponen Agregat Batu Apung + Abu Sekam Padi

1:1 dari

Komponen Agregat D1 85 15 90 10 D2 85 15 85 15 D3 85 15 80 20 D4 85 15 75 25 D5 85 15 70 30 D6 85 15 65 35 D7 85 15 60 40 Tabel 3.5. Komposisi Sampel E. Perekat Agregat 1 : 4 Kode Sampel Semen dari Komposisi Matriks Debu Batubara dari Komposisi Matriks Pasir dari Komponen Agregat Batu Apung + Abu Sekam Padi

1:1 dari

Komponen Agregat E1 75 25 90 10 E2 75 25 85 15 E3 75 25 80 20 E4 75 25 75 25 E5 75 25 70 30 E6 75 25 65 35 E7 75 25 60 40 Universitas Sumatera Utara 42 Tabel 3.6. Komposisi Sampel F Perekat Agregat 1 : 4 Kode Sampel Semen dari Komposisi Matriks Debu Batubara dari Komposisi Matriks Pasir dari Komponen Agregat Batu Apung + Abu Sekam Padi

1:1 dari

Komponen Agregat F1 70 30 100 F2 70 30 90 10 F3 70 30 80 20 F4 70 30 70 30 F5 70 30 60 40 F6 70 30 50 50 Untuk pembuatan batako, masing-masing bahan baku ditakar sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan. Setelah ditakar bahan baku tersebut dicampur dalam suatu wadah dan diaduk hingga merata dengan menggunakan sendok semen atau mixer. Selanjutnya adonan atau pasta yang dihasilkan dituangkan dalam cetakan yang terbuat dari besi baja dengan ukuran 12 x 3 x 3 cm. Bentuk sampel uji lainnya adalah berupa silinder dengan ukaran diameter 5 cm. Kemudian adonan dicetak dan dikeringkan untuk proses pengerasan dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu selama 28 hari. Setelah benda uji mengalami proses pengerasan, kemudian dilakukan pengujian yang meliputi densitas, daya serap air, kuat tekan, kuat patah, kuat impak.

3.6. Pengujian Karakteristik Batako