Analisis Pengaruh Dividen Yield, Volume Perdagangan, Ukuran Perusahaan dan Harga Saham Terhadap Bid-Ask Spread Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
S E K
O L
A
H
P A
S C
A S A R JA N
A
ANALISIS PENGARUH DIVIDEN YIELD, VOLUME
PERDAGANGAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN HARGA
SAHAM TERHADAP BID-ASK SPREAD PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
AFRIANTI MONALISA
037019019/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(2)
ANALISIS PENGARUH DIVIDEN YIELD, VOLUME
PERDAGANGAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN HARGA
SAHAM TERHADAP
BID-ASK SPREAD
PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen Pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
AFRIANTI MONALISA
037019019/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Judul Penelitian : ANALISIS PENGARUH DIVIDEN YIELD, VOLUME PERDAGANGAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN
HARGA SAHAM TERHADAP BID -ASK SPREAD
PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Afrianti Monalisa
Nomor Pokok : 037019019
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Muslich Lufthi, MBA) (Amlys S. Silalahi, SE, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah Diuji pada
Tanggal : 18 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Muslich Lufthi, MBA
Anggota : 1. Amlys S. Silalahi, SE, M.Si
2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS 3. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si 4. Drs. Syahyunan, M.Si
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
“Analisis Pengaruh Dividen Yield, Volume Perdagangan, Ukuran Perusahaan dan Harga Saham Terhadap Bid-Ask Spread Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 18 Agustus 2011 Yang membuat pernyataan,
(6)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham baik secara serempak maupun parsial terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi laporan keuangan dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), Jakarta Stock Exchange dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang membayar dividen pada periode Januari-Desember 2007 sebanyak 218 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling . Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividen yield, volume perdagangan, besar perusahaan dan harga saham secara serempak berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial menunjukkan bahwa dividen yield tidak berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread. Volume perdagangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid-bid-ask spread, sedangkan besar perusahaan dan harga saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci : Dividen Yield, Volume Perdagangan, Ukuran Perusahaan, Harga Saham, Bid-Ask Spread
(7)
ABSTRACT
This research is aimed to test and to analyze partially and simultance cously the effect of dividend yield, trade volume, company size, and stock price to bid-ask spread on public listing company at Bursa Efek Jakarta. The data collection is based on the financial report document from Indonesia Capital Market Directory (ICMD),
the Jakarta Stock Exchange, and downloaded from
this research are all Public Listing Companies at Bursa Efek Indonesia…….pay dividend during January-December 2007 totally 218 companies. The sample is chosen by using simple random sampling. The samples chosen by using simple random sampling. The total sample are 44 companies. The analysis method is multiple inear regression analysis. The research result shows that the yield dividend, trade volume, company size, and stock price simultaneously effect significant to the bid-ask spread on Public Listing Company at Bursa Efek Indonesia during January-December 2007. Partially, dividend yield have no significant effect on the bid-ask spread, trade volume have significant positive effect on the bid-ask spread. while company size and stock price have significant negative effect on the bid-ask spread.
Keywords : Yield Dividend, Trade Volume, Company Size, Stock Price, Bid-Ask Spread
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Muslich Lufthi, MBA, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 5. Bapak Amlys S. Silalahi, SE, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis ini. 7. Bapak Drs. Rakhmat Syumanjaya, M.Si, selaku dosen pembanding yang telah
banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
(9)
8. Bapak Drs. Syahyunan, Msi selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis ini. 9. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, ayahanda Dr. H. Ribu Surbakti,
MSc dan ibunda Hj. Nurhayati Tarigan, BA. Yang telah dengan sabar dan penuh rasa sayang membesarkan dan selalu mendoakan penulis hanya Allah yang dapat membalas jasa-jasanya.
10.Buat Kakakku Evi Melwinta Morin Surbakti, M.Kn, Bang Khairi Suhut, SSi, MSi, adikku Parlindungan Beringin Jaya Surbakti, ST. Terima kasih atas doa-doanya dan dukungannya.
11.Bapak mertua H. Setiawan Kamdi (Alm), terima kasih Bapak atas bantuannya selama ini, kami belum bisa membalasnya semoga Bapak ditempatkan Allah ditempat yang sebaik-baiknya.
12.Buat suamiku tercinta Sugeng Mulyadi, SH, yang telah sabar dengan tulus selalu memberikan semanat dan dorongan kepada penulis dan selalu setia mendampingi penulis sehingga selesai tesis ini.
(10)
Tak lupa buat yang tersayang ananda Azzahra Anandita Zesvanskha dan Balqish Rauddah Mecca Syahifa, serta Afifah Khairani terima kasih sayang karena kalianlah semangat mama dan bunda datang lagi untuk segera menyelesaikan tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, 18 Agustus 2011 Penulis,
(11)
RIWAYAT HIDUP
A.Data Pribadi
Nama : Afrianti Monalisa
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 24 April 1974 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Bunga Ncole Komp. Garden Vista Blok C No. 9 Medan Tuntungan
Pendidikan
- Tamatan Sekolah Dasar Negeri 064023 Medan tahun 1986
- Tamatan Sekolah Menengah Pertama Methodist – 1 Medan tahun 1989
- Tamatan Sekolah Menengah Atas Methodist – 1 Medan tahun 1992
- Tamatan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara tahun 1996
- Tamatan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Bandung tahun 2002
B.Pengalaman Kerja
- Bekerja di Kantor Pemerintahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sumatera Utara.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTA ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTA LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKAAN ... 9
2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan ... 12
2.2.1 ... Teori Keagensian (Agency Theory) ... 12
2.2.2 ... Ketidakseimbangan Informasi (Information Asymmentry) .. 16
2.2.3 ... Sinyal Keuangan (Financial Signaling) ... 17
2.2.4 ... Kebijakan Dividen ... 18
2.2.4.1 Pengertian Dividen ... 18
2.2.4.2 ... Jenis Kebijakan Dividen ... 20
2.2.4.3 ... Signaling Effect ... 21
2.2.4.4 ... Clientele Effect ... 22
2.2.4.5 ... Kebijakan Dividen dan Biaya Agensi ... 23
(13)
2.2.4.6 ...
Dividend Stability ... 23
2.2.4.7 ... Praktek Kebijakan Dividen ... 26
2.2.4.8 ... Residual Dividend Model ... 28
2.2.4.9 ... Prosedur Pembayaran ... 29
2.2.4.10 ... Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 30
2.3 Dividen Yield ... 31
2.4Volume Perdagangan ... 32
2.5Ukuran Perusahaan... 34
2.6Harga Saham ... 36
2.7Bid-Ask Spread ... 37
2.8Kerangaka Konseptual ... 39
2.9Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
3.1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 42
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
3.3. Populasi dan Sampel ... 42
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.5. Jenis dan Sumber Data ... 44
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 44
3.7. Model Analisis Data ... 47
3.8. Perumusan Model ... 47
3.9. Test Of Goodness of Fit ... 48
3.10. ... Uji Asumsi Klasik ... 49
3.10.1. Uji Normalitas Residual ... 49
3.10.2. Uji Multikolinieritas ... 50
3.10.3. Uji Heteroskedastisitas ... 51
3.10.4. Uji Linieritas ... 52
3.11. Pengujian Hipotesis ... 53
3.11.1. Uji Pengaruh Serempak ... 53
3.11.2. Uji Pengaruh Individual (Parsial) ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
4.1. Hasil Penelitian ... 55
4.1.1. ... Deskripsi Objek Penelitian ... 55
(14)
4.1.2. ...
Statistik Deskriptif ... 56
4.1.3. ... Persamaan Regresi ... 58
4.1.4. Test Of Goodness of Fit ... 59
4.1.5. Uji Asumsi Klasik ... 59
4.1.5.1. Uji Normalitas Residual ... 60
4.1.5.2. Uji Multikolinieritas ... 61
4.1.5.3. Uji Heteroskedastisita ... 62
4.1.5.4. Hasil Analisis Data ... 63
4.2. ... Pengujia n Hipotesis ... 63
4.2.1. ... Uji Pengaruh Serempak... 63
4.2.2. ... Uji Pengaruh Parsial ... 64
4.3. ... Pembaha san Hasil Penelitian ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
5.1. Kesimpulan ... 70
5.2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 11
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 46
4.1. Nama Perusahaan Sampel Yang Terpilih ... 55
4.2. Deskriptif statistik perusahaan ... 57
4.3. Persamaan Regresi ... 58
4.4. Uji Multikolinieritas ... 60
4.5. Uji Heteroskedastisitas ... 61
4.6. Uji Linieritas Model ... 62
4.7. Uji F test ... 63
(15)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kerangka Konseptual ... 39 4.1. Uji Normalitas Residual ... 60
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan ... 74
2. Data Penelitian ... 81
3. Hasil Pengolahan Data ... 83
(17)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham baik secara serempak maupun parsial terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi laporan keuangan dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), Jakarta Stock Exchange dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang membayar dividen pada periode Januari-Desember 2007 sebanyak 218 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling . Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividen yield, volume perdagangan, besar perusahaan dan harga saham secara serempak berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial menunjukkan bahwa dividen yield tidak berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread. Volume perdagangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid-bid-ask spread, sedangkan besar perusahaan dan harga saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci : Dividen Yield, Volume Perdagangan, Ukuran Perusahaan, Harga Saham, Bid-Ask Spread
(18)
ABSTRACT
This research is aimed to test and to analyze partially and simultance cously the effect of dividend yield, trade volume, company size, and stock price to bid-ask spread on public listing company at Bursa Efek Jakarta. The data collection is based on the financial report document from Indonesia Capital Market Directory (ICMD),
the Jakarta Stock Exchange, and downloaded from
this research are all Public Listing Companies at Bursa Efek Indonesia…….pay dividend during January-December 2007 totally 218 companies. The sample is chosen by using simple random sampling. The samples chosen by using simple random sampling. The total sample are 44 companies. The analysis method is multiple inear regression analysis. The research result shows that the yield dividend, trade volume, company size, and stock price simultaneously effect significant to the bid-ask spread on Public Listing Company at Bursa Efek Indonesia during January-December 2007. Partially, dividend yield have no significant effect on the bid-ask spread, trade volume have significant positive effect on the bid-ask spread. while company size and stock price have significant negative effect on the bid-ask spread.
Keywords : Yield Dividend, Trade Volume, Company Size, Stock Price, Bid-Ask Spread
(19)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada umumnya investasi keuangan dibagi atas dua bagian yaitu pasar modal (capital market) dan pasar uang (money market). Pembagian ini didasarkan atas instrumen keuangan atau surat berharga yang diperjualbelikan. Seorang investor yang rasional akan melakukan analisa sebelum membuat keputusan untuk menginvestasikan dananya di pasar modal. Investor tersebut harus percaya bahwa informasi yang diterimanya adalah informasi yang benar, dan sistem perdagangan dibursa dapat dipercaya serta tidak ada pihak lain yang memanipulasi dari perdagangan tersebut. Ada jenis informasi yang merupakan sinyal penting bagi investor untuk menilai prospek perusahaan yang bersangkutan. Informasi ini amat berguna bagi investor atau calon investor dalam melakukan penelitian perusahaan sebab pada umumnya manajemen tidak akan mengambil resiko dengan membayar dividen yang tinggi pada suatu waktu tertentu.
Seorang investor yang rasional melakukan analisa sebelum membuat keputusan untuk menginvestasikan dananya di pasar modal (dengan membeli sekuritas diperdagangan dibursa). Investor tersebut harus percaya bahwa informasi yang diterimanya adalah informasi yang benar, sistem perdagangan dibursa dapat dipercaya, serta tidak ada pihak lain yang memanipulasi dari perdagangan tersebut.
(20)
Ada jenis informasi yang merupakan sinyal penting bagi investor untuk menilai prospek perusahaan yang bersangkutan yaitu laba per lembar dan dividen tunai (Cash Dividen). Informasi ini amat berguna bagi investor atau calon investor dalam melakukan penelitian perusahaan sebab pada umumnya manajemen tidak akan mengambil resiko dengan membayar dividen yang tinggi pada suatu waktu tertentu. Bila menurut estimasi mereka perusahaan tidak mampu mempertahankannya di masa yang akan datang. Dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi dividen bisa menjadi proxy yang baik terhadap trend pendapatan.
Dengan membeli saham sebuah perusahaan, investor secara otomatis ikut serta dalam perusahaan tersebut dan ia mempunyai hak untuk mendapat bagian keuntungan yang dikenal sebagai dividen. Pembagian dividen perusahaan terhadap pemegang saham mempengaruhi harga saham di bursa efek. Hal ini disebabkan pembagian deviden perusahaan kepada pemegang saham menyebabkan posisi keuangan kas suatu perusahaan semakin berkurang. Dengan demikian bagi pemodal (investor) dalam mengambil keputusan membeli atau menjual saham, tentu saja kemungkinan perolehan pendapat harus dipertimbangkan pula dengan besarnya beban resiko yang harus dipikul. Sebab sebagaimana diketahui, investasi saham merupakan alternatif investasi yang memiliki risiko tertinggi. Dalam keadaan seperti ini laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber informasi sangat penting yang dibutuhkan oleh sebahagian besar pemakai laporan serta pihak-pihak
(21)
yang berkepentingan dengan emiten-emiten untuk mendukung pengambilan keputusan.
Para investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Biasanya investor tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan diperoleh dari investasi yang dilakukannya. Hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau resiko. Kelaziman yang sering dijumpai adalah semakin besar keuntungan yang diharapkan maka semakin besar pula peluang resiko yang terjadi. Pembayaran deviden merupakan informasi yang dapat memberikan suatu sinyal positif kepada pelaku pasar. Semakin besar dividen yang diberikan oleh perusahaan atau emiten, maka saham perusahaan tersebut sangat diminati para investor atau calon investor. Hal ini berarti akan mendorong permintaan terhadap saham perusahaan, yang pada akhirnya akan melambungkan harga saham perusahaan.
Emiten adalah perusahaan yang telah menjual sahamnya kepada masyarakat umum melalui pasar modal. Jika perusahaan emiten mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi dan mampu menyisihkan sebagian dari keuntungannya itu sebagai dividen dengan jumlah yang tinggi maka akan menarik investor (masyarakat) untuk membeli saham perusahaan tersebut. Akibatnya, permintaan atas saham dimaksud akan meningkat dan akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut di Bursa sehingga memungkinkan bagi pemegang saham perusahaan tersebut untuk memperoleh capital gain. Capital gain juga akan mendorong naiknya harga saham di
(22)
Bursa Efek. Dengan demikian keuntungan perusahaan merupakan faktor penting bagi sebuah perusahaan.
Informasi dari pembayaran deviden akan dapat mengurangi ketidakseimbangan informasi. Ketidakseimbangan informasi tersebut muncul ketika para manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Information asymmetry (ketidakseimbangan informasi) juga dapat terjadi antara perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan, hal ini dapat menyebabkan biaya informasi semakin besar. Ketidakseimbangan informasi ini pada umumnya dapat terjadi karena adanya transaksi jual beli antara para broker dan investor, dimana broker mengalami kekurangan informasi dan dilain pihak investor memiliki banyak informasi. Disamping itu, ketidakseimbangan informasi juga dapat terjadi apabila saham perusahaan dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah dari nilai pasarnya. Untuk meminimalisasi resiko tersebut para investor harus melakukan penilaian saham secara akurat agar bisa mendapatkan keuntungan. Para investor yang ingin memperoleh capital gain sangat membutuhkan pengetahuan tentang bisk ask spread, karena hal ini merupakan salah satu komponen biaya dalam perdagangan saham.
Pembayaran dividen dapat mengurangi biaya informasi artinya dapat mempersempit spread. Spread yang semakin menyempit akan menjadikan suatu sekuritas lebih diminati oleh pasar. Berbagai pengamatan menunjukkan bahwa spread yang rendah hanya terjadi pada perusahaan yang membayarkan deviden. Sebaliknya, spread yang tinggi terjadi pada perusahaan yang tidak membayarkan deviden.
(23)
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah adanya ketidakseimbangan informasi yang terfokus pada spread. Menurut Howe dan Lin (1992) yang melakukan penelitian mengenai hubungan positif antara tingkat ketidakseimbangan informasi dan besarnya spread. Dengan pendekatan teori bid ask spread, pensinyalan deviden dari teori agensi pembayaran deviden mengirimkan informasi ke pasar, dengan demikian dapat mengurangi ketidakseimbangan informasi, sehingga kebijakan deviden akan sangat mempengaruhi bid-ask spread. Oleh karena itu, kebijakan deviden mungkin mempengaruhi bid-ask spread. Berdasarkan alasan tersebut, Howe dan Lin menyelidiki masalah empiris bahwa ada suatu hubungan yang berlawanan antara deviden yield dengan bid-ask spread.
Selanjutnya Stoll (1998) menyatakan bahwa biaya pemilikan berpengaruh positif terhadap bisk ask spread artinya semakin tinggi biaya pemilikan akan menyebabkan semakin lebar bid-ask spread saham tersebut. Perdagangan surat berharga yang aktif yaitu dengan volume perdagangan yang besar menunjukkan bahwa saham tersebut digemari oleh para investor. Kondisi seperti ini akan mendorong dealer untuk tidak memiliki saham dalam jangka waktu yang lama sehingga menurunkan biaya pemilikan saham. Jadi semakin aktif perdagangan suatu saham maka dengan sendirinya makin rendahnya biaya pemilikan yang akan berdampak pada semakin kecilnya bid-ask spread.
Selanjutnya Helman (1999) melakukan penelitian mengenai pengaruh pembayaran dividen terhadap bid-ask spread pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode April-Desember 1996. Jumlah sampel yang
(24)
diambil sebanyak 52 perusahaan yang terdiri dari 45 perusahaan yang membayar dividen dan 7 perusahaan yang tidak membayar deviden. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel nilai rata-rata bid-ask spread, volume kepemilikan asing, besaran perusahaan dan lama listing antara perusahaan yang membayar deviden dan perusahaan yang tidak membayar deviden. Hasil penelitian ini juga menemukan hubungan negatif dan signifikan antara deviden yield dan bid-ask spread.
Penelitian Ambarwati (2003) tentang pengaruh return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham terhadap bid-ask spread pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam indeks LQ 45 periode tahun 2003-2005. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread saham. Secara parsial return saham dan varian return saham berpengaruh signifikan dan positif terhadap bid-ask spread saham, sedangkan volume perdagangan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap bid-ask spread saham.
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang bid-ask spread, peneliti ingin mengetahui kembali pengaruh dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Januari-Desember 2007. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada tahun penelitian dan objek penelitian. Alasan peneliti memilih seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(25)
sebagai objek penelitian disebabkan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya serta dengan adanya ketidak konsistenan dari hasil penelitian terdahulu tersebut menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang ”Analisis pengaruh Dividen Yield, Volume Perdagangan, Ukuran Perusahaan dan Harga Saham Terhadap Bid-Ask Spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Apakah dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham berpengaruh terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara serempak maupun parsial?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitihan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(26)
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan yaitu :
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada peneliti tentang pengaruh dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham terhadap bid-ask spread di Bursa Efek Indonesia 2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi investor yang ingin berinvestasi di Bursa Efek Indonesia.
3. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama di masa yang mendatang.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Stoll (1978), melakukan penelitian yang berjudul harga dari jasa dealer sekuritas: suatu studi empiris dari saham-saham NASDAQ periode Januari sampai Juli 1973 dengan jumlah sampel 2000 saham dan 500 dealer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa :
a. Proporsional spreads dipengaruhi oleh volume, varians, turnover, harga, jumlah dealer, perubahan inventori, prooporsi total volume.
b. Jumlah dealer dalam satu saham secara signifikan berhubungan dengan karakteristik saham
2. Howe dan Lin (1992), yang meneliti tentang kebijakan dividen dan bid-ask spread: suatu analisis empiris periode sampel tahun 1984 sampai dengan 1990 dengan jumlah sampel untuk perusahaan yang membayar dividen 2421 dan 5002 untuk perusahaan yang tidak membayar dividen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
(28)
a. Deviden yield berkorelasi negatif dengan spread sesudah dimasukkan variabel pengendalian volume perdagangan, harga saham dan varians return.
(29)
b. Lama listing dan besar perusahaan juga ditemui mempunyai hubungan negatif dengan spread.
3. Aiten dan Frino (1996), melakukan penelitian yang berjudul faktor-faktor penentu dari bid-ask spread pasar pada Australian Stock Exchange : analisis corss-sectional, dalam periode Januari sampai September 1992 dengan jumlah sampel 527 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan ada bukti kuat bahwa tingkat aktifitas perdagangan, tingkat harga saham dan naik turun harga saham adalah faktor penentu fundamental bid-ask spread.
4. Ambarwati (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham terhadap bid-ask spread saham pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam indeks LQ 45 periode tahun 2003 – 2005. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread saham. Secara parsial return saham dan varian return saham berpengaruh signifikan dan positif terhadap bid-ask spread saham, sedangkan volume perdagangan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap bid-ask spread saham.
5. Nany dan Aris (2004) yang meneliti tentang pengujian stabilitas structural pengaruh harga saham, varian return saham dan volume perdagangan terhadap bid-ask spread pra dan pasca laporan keuangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa harga saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread pra pengumuman laporan keuangan, Varian return saham berpengaruh positif
(30)
terhadap bid-ask spread pasca pengumuman laporan keuangan sedangkan volume perdagangan saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread pra pengumuman laporan keuangan akan tetapi berpengaruh positif pada pasca pengumuman laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut maka tinjauan penelitian terdahulu tersebut dapat dirangkum pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama/Tahun Judul
Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1 Stoll
1978
Harga dari jasa dealer sekuritas: suatu studi empiris dari saham-saham NASDAQ periode Januari - Juli 1973
Variabel dependen: Relative Spreads Variabel independen: Volume, varians, turnover, harga, besar perusahaan dan lama listing
Proporsional spreads dipengaruhi volume, varians, turnover, harga, jumlah dealer, perubahan inventori, proporsi total volume
Jumlah dealer dalam satu saham secara signifikan berhubungan dengan karakteristik saham.
2 Howe dan Lin 1992 Kebijakan dividen dan bid-ask spread suatu analisi empiris periode 1984-1990 Variabel
dependen: Bisk ask spreads Variabel independen: dividen yield, volume perdagangan, harga, varians,
Dividen yield berkorelasi negatif dengan spreads sesudah dimasukkan variabel pengendalian yaitu volume, harga, varians
Lama listing dan besar perusahaan mempunyai hubungan negatif dengan
(31)
NMM, lama listing dan besar perusahaan
bid ask spreads
3 Aiten dan Frino 1996 Faktor-faktor penentu dari bid-ask spread pasar pada Australian Stock Exchange Variabel dependen: bid-ask spread Variabel independen: aktivitas perdagangan, tingkat harga saham
Terdapat bukti yang kuat bahwa tingkat aktivitas perdagangan, tingkat harga saham dan naik turun harga saham adalah
faktor penentu fundamental bid-ask
spread
4 Ambarwati 2003 Pengaruh return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham terhadap bid-ask spread saham pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam indeks LQ 45 periode tahun 2003-2005. Variabel dependen: Bid-ask spread Variabel independen: return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham
Secara bersama-sama return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread saham.
Secara parsial hanya return saham dan varian
return saham berpengaruh signifikan
dan positif terhadap bid-ask spread saham terhadap bid-ask spread saham.
5 Nany dan Aris (2004) Pengujian stabilitas struktural pengaruh harga Variabel dependen: Bid-ask spread
Harga saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread pra pengumuman laporan Lanjutan Tabel 2.1
(32)
saham, varian return saham dan volume perdagangan
terhadap bid-ask spread pra dan pasca laporan keuangan. Variabel independen: harga saham, varian return saham dan volume perdagangan
keuangan, Varian return saham berpengaruh positif terhadap bid-ask
spread pasca
pengumuman laporan keuangan sedangkan volume perdagangan saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread pra pengumuman laporan keuangan akan tetapi berpengaruh positif pada pasca pengumuman laporan keuangan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Keagensian (Agency Theory)
Konsep agensi ini menjelaskan bahwa pemegang saham menyewa orang luar (agen) untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dan menerima delegasi dari pemegang saham itu untuk melaksanakan otoritasnya. Dalam manajemen keuangan hubungan keagensian yang utama adalah hubungan antara:
a. Pemegang saham dan manajer b. Pemegang saham dan kreditor
(33)
Pemegang saham mempunyai kepentingan yaitu harga saham tinggi sementara manajer mempunyai kepentingan yaitu pertumbuhan yang cepat dan tinggi. Tujuan pertumbuhan ini dapat dicapai dengan mengalahkan kepentingan pemegang saham. Sebaliknya apabila memaksimalkan harga saham akan mengorbankan pertumbuhan tersebut. Disamping konflik agency, persoalan moral hazard yaitu agen-agen mengambil tindakan tanpa melihat kepentingan pemegang saham. Dalam meredam konflik dan persoalan ini pemegang saham membuat biaya agensi, yaitu semua biaya-biaya yang dibuat oleh pemegang saham untuk mendorong manajer memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.
Brigham dan Gepnski (1993): “There are three major categories of agency cost: (1) Ecpenditures to monitor managerial action, such as audit costs, (2) Expenditures to structure the organization in a way that will limit undersible managerial behavior; such as appointing outside outside investors to the board of directors, and (3) Opportunity cost whixh are incurred when shareholder-imposed restrictions, such as requirments for stockhloder votes on certain issues, limit the ability of managers to take actions that contribute to shareholder wealth”.
Biaya-biaya agensi itu adalah biaya monitor seperti biaya audit, biaya dewan direksi, biaya peluang. Biaya agensi bisa tidak ada sama sekali tidak ada usaha-usaha pemegang saham untuk memonitor tindakan yang diambil oleh manajer. Bahkan biaya ini bisa sangat tinggi bila pemegang saham berusaha menyesuaikan keinginan mereka dengan keinginan manajer. Penyelesaian yang optimal dari kedua ekstrim ini
(34)
terletak diantaranya, dimana pembayaran manajer dikaitkan dengan kinerjanya tetapi pemantauan tetap terus dijalankan. Dalam pemantauan ini diperlukan dorongan bagi manajer yaitu:
1. Rencana insentif berbais kinerja.
2. Intervensi langsung oleh pemegang saham 3. Ancaman pemecatan
4. Ancaman pengambilalihan
Rencana insentif berbasis kinerja ini dapat melaksanakan dua tujuan sekaligus dalam menawarkan kepada manajer suatu intensif yaitu pengambilan tindakan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dan dapat menarik dan mempertahankan manajer-manajer yang berkewenangan dan mempunyai motivasi kuat. Intervensi langsung oleh pemegang saham dimaksudkan adalah investor kelembagaan yang memiliki saham suatu perusahaan lebih 50%. Investor kelembagaan ini seperti perusahaan asuransi, dana-dana pensiun dan reksadana dapat mempengaruhi manajer perusahaan dengan cara melakukan pendekatan kepada pemegang saham dan mensponsori suatu usulan pada pertemuan tahunan pemegang saham.
Ancaman pemecatan bisa saja terjadi apabila hal itu dikehendaki oleh pemegang saham. Ancaman pengambilalihan secara paksa saling mungkin terjadi bilamana saham perusahaan dinilai terlalu rendah dibandingkan dengan potensinya karena manajemen yang buruk. Dalam pengambialihan secara paksa ini manajer dari perusahaan yang diakusisi umumnya dipecat, dan yang mampu bertahan kehilangan
(35)
kekuasaan yang sebelumnya mereka miliki. Potensi konflik yang kedua terjadi antara pemegang saham dengan kreditor. Kreditor mengharapkan pembayaran pokok dan bunga pinjaman tetap terjamin pembayarannya.
Pemegang saham melalui agen (manajer) melakukan ekspansi usaha dengan pembiayaan utang. Penambahan utang akan menyebabkan utang yang lama yang diberikan oleh kreditor yang pertama mendapat perhatian yang kurang dibandingkan dengan kreditor baru artinya nilai utang yang lama menurun karena meningkatnya jumlah kreditor yang mempunyai tuntutan terhadap aliran khas perusahaan asset. Oleh karena itu dapat menimbulkan konflik antara pemilik perusahaan dengan kreditor. Konflik ini bisa terjadi karena pemilik perusahaan sering mengambil keuntungan dari kreditor yaitu dengan meningkatkan jumlah utangnya dengan mengharapkan suatu return yang tinggi. Akibatnya apabila perusahaan mengalami kerugian yang menderita kerugian adalah kreditor dan apabila perusahaan mendapatkan laba yang menerima keuntungan adalah pemilik perusahaan. Sebagaimana dijelaskan konflik kreditor dengan pemilik perusahaan.
Dari konsep ini dapat dijelaskan konflik antara kreditor dengan pemegang saham bahwa jika terjadi dimana utang perusahaan lebih besar dari nilai saham perusahaan maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar nilai saham perusahaan maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar nilai saham perusahaan. Sementara jika utang perusahaan lebih kecil dari nilai saham maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar utang itu sendiri. Dari sini terjadi konflik antara kepentingan pemegang saham dengan kreditor. Oleh karena adanya konflik kepentingan tersebut,
(36)
maka kreditor mengenakan perjanjian yang ketat dalam penyaluran kreditnya pada perusahaan pinjaman pada perusahaan didasarkan pada resiko asset yang ada, resiko tambahan asset akan datang. Pembiayaan utang yang ada dan perubahan struktur modal akan datang.
2.2.2. Ketidakseimbangan Informasi (Information Asymmetry)
Ketidakseimbangan informasi terjadi antara pasar di satu pihak dengan keputusan manajemen di lain pihak. Manajemen merupakan orang dalam pada perusahaan yang akan mempunyai lebih banyak informasi tentang masa depan perusahaan. Investor sebagai orang luar mempunyai lebih sedikit informasi tentang masa depan perusahaan. Investor dalam mengatasi kekurangan informasinya akan mengikuti manajer yang mempunyai lebih banyak informasi. Informasi itu ada yang mendukung dan ada yang tidak mendukung. Apabila harga suatu sekuritas ini dinilai terlalu rendah (undervalue) itu berarti informasi itu tidak menguntungkan.
Apabila harga suatu sekuritas itu dinilai terlalu rendah (undervalue) itu berarti informasi tidak menguntungkan. Dan apabila harga suatu sekuritas itu dinilai terlalu tinggi (overvalue) berarti informasi itu menguntungkan. Tetapi kadang-kadang informasi itu dalam suatu situasi tertentu mempunyai pengaruh yang terlalu kecil bagi keputusan manajer. Informasi yang menguntungkan itu harus secepat mungkin disebarluaskan kepada pihak luar. Pihak luar tidak mengetahui apakah informasi yang diumumkan itu benar atau tidak, tetapi akan tetap menimbulkan rasa kurang percaya atas informasi tersebut. Informasi tersebut dapat dipandang serius oleh investor jika manajer dapat menyampaikan sinyal informasi mengenai masa
(37)
depan yang menguntungkan dengan suatu cara yang dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari meningkatnya harta sekuritas tersebut.
2.2.3. Sinyal Keuangan (Financial Signaling)
Asumsi bahwa ada suatu ketidakseimbangan informasi antara manajer dengan investor. Seorang manajer yang mengetahui lebih banyak tentang probabilitas dan resiko perusahaan akan tergantung pada nilai pasar perusahaan. Karena nilai perusahaan akan memberikan kemungkinan orang dalam mendapatkan kesejahteraan dan insentif lebih baik. Oleh karena bila mana sekuritas perusahaan itu dinilai terlalu tinggi (overvalued) manajemen akan menerbitkan sekuritas tersebut. Sementara itu Horne (1995) mengemukakan lebih besar ketidakseimbangan informasi antara manajer dan investor, lebih besar kemungkinan reaksi harga saham terhadap pengumuman keuangan. Cash dividen dianggap sebagai suatu sinyal kepada investor. Pengumuman cash dividen memberitahukan kepada investor berita baik tentang laba yang akan datang.
Penetapan dividen payout ratio yang stabil sepanjang waktu memberikan kepercayaan investor kepada manajemen bahwa apabila terjadi perubahan dividen payout ratio berarti bahwa perubahan itu menunjukkan harapan keuntungan masa depan perusahaan. Sinyal kepada investor setidak-tidaknya akan memberikan kepercayaan bahwa sesuatunya lebih baik. Sebagaimana disarankan oleh Miller dan Kevin dalam Financial Managemen and Policy, Horne, (1995): “Investor menarik kesimpulan tentang aliran kas operasi intern perusahaan dari pengumuman dividen”. Dividen memberikan informasi yang mengandung makna tidak sekedar suatu laporan
(38)
akuntansi dan informasi lainnya tetapi lebih kepada suatu pendapat ekonomi sehingga saham bereaksi.
2.2.4. Kebijakan Dividen 2.2.4.1. Pengertian Dividen
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapan pada berbagai macam pertimbangan, antara lain : perlunya menahan sebagian laba untuk reinvestasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan deviden.
Intervensi Financing (pembelajaan intern) yaitu pembelanjaan yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Pembelanjaan ini bersumber dari laba yang ditahan (retaired earning) dan depresiasi. Laba yang ditahan ditambah dengan depresi disebut dengan cash flow. Pendapatan cash flow ini dapat digunakan oleh manajemen membayar dividen untuk para pemegang saham dan sisanya untuk menambah modal
(39)
intern dapat dimasukkan ke perkiraan laba ditahan. Kebijaksanaan dividen adalah berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan. Laba ditahan disatu pihak merupakan sumber modal yang berasal dari dalam perusahaan. Berarti merupakan aliran kas masuk bagi perusahaan dan ini tentu akan menambah modal sendiri perusahaan. Dengan bertambahnya modal sendiri berarti semakin kuat kemampuan perusahaan untuk membiayai peluang investasi dengan kemampuan sendiri. Peluang investasi yang dapat dimanfaatkan ini akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan dimana pertumbuhan ini merupakan salah satu dari tujuan perusahaan itu. Tingkat pertumbuhan yang tinggi memerlukan tersedianya modal yang besar. Kebutuhan modal yang besar ini apabila sebagian besar dapat dipenuhi dari pendapatan ini berarti bahwa pembayaran dividen ini menjadi permasalahan yaitu apakah investor lebih menyukai dividen atau capital gain.
Kebijaksaan dividen adalah berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan. Laba ditahan disatu pihak merupakan sumber modal yang berasal dari dalam perusahaan. Berarti merupakan aliran kas masuk bagi perusahaan dan ini tentu akan menambah modal sendiri perusahaan. Dengan bertambahnya modal sendiri berarti semakin kuat kemampuan perusahaan untuk membiayai peluang investasi dengan kemampuan sendiri. Peluang investasi yang dapat dimanfaatkan ini akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan dimana pertumbuhan ini merupakan salah satu dari tujuan perusahaan itu. Tingkat
(40)
pertumbuhan yang tinggi memerlukan tersedianya modal yang besar. Kebutuhan modal yang besar ini apabila sebagian besar dapat dipenuhi dari pendapatan ini berarti bahwa pembayaran dividen ini menjadi permasalahan yaitu apakah investor lebih menyukai dividen atau capital gain.
Persentase dari pendapatan yang dibagikan sebagai cash dividen disebut dividen payout ratio. Makin tinggi dividen payout ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan makin kecil dan yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan. Dengan demikian terdapat dua tujuan yang saling bertentangan. Disatu pihak perusahaan menginginkan pertumbuhan sementara dipihak lain pemegang saham mengharapkan penerimaan dividen. Oleh karena itu perusahaan harus mencari keseimbangan antara dividen sekarang dan pertumbuhan yang akan datang yang dapat memaksimumkan harga saham.
2.2.4.2. Jenis Kebijakan Dividen
Menurut Shim dan Siegel (1987), ada berbagai macam kebijakan dividen yaitu:
1. Kebijakan dividen yang stabil
Suatu kebijakan dimana jumlah dividen yang dibayarkan tetap jumlahnya dalam jangka waktu tertentu walaupun pendapatan turun naik.
2. Kebijakan dividen yang konstan
Jumlah dividen yang dibayarkan dengan suatu persentase yang konstan dari pendapatan.
(41)
3. Kebijakan kompromi
Suatu kebijakan dimana besarnya dividen yang dibayar jumlahnya rendah tetapi apabila pendapatan naik plus ectra dividen.
4. Kebijakan dividen residual
Suatu kebijakan dividen dimana jumlah dividen yang dibayarkan tergantung peluang investasi.
2.2.4.3. Signaling Effect
Kenaikan pembayaran dividen selalu diikuti dengan kenaikan harga saham. Penurunan pembayaran harga saham. Kebanyakan investor lebih suka dividen dari pada capital gain. Miller dan Modeglini memperhatikan bahwa perusahaan yang mapan enggan mengurangi dividen. Oleh karena itu tidak menaikkan dividen kecuali mereka mengantisipasi pendapatan dimasa yang akan datang sama atau lebih tinggi. Pengaruh pensinyalan (signaling effects) harus dipertimbangkan bilamana suatu perusahaan sedang mempertimbangkan suatu perubahan kebijakan dividend dan sebagai suatu akibat dari perubahan kondisi ekonomi.
(42)
2.2.4.4. Clientele Effect
Kelompok-kelompok yang berbeda (clienteles) dari pemegang saham memiliki keinginan yang berbeda-beda dalam kebijakan dividen. Ada kelompok investor yang menginginkan pendapatan atas investasinya sekarang dan ada juga investor yang tidak menginginkan pendapatan atas investasinya. Kelompok yang menginginkan pendapatan saat ini seperti dana pensiunan, sumbangan universitas dan investor marginal mengharapkan pendekatan pendistribusian itu dibayar dengan dividen yang tinggi. Sementara kelompok yang tidak menginginkan pendapatan sekarang mengharapkan pembayaran dividen yang rendah karena mereka lebih mementingkan pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Kelompok-kelompok ini dapat mengubah investasi mereka kepada perusahaan-perusahaan yang mereka inginkan dan perusahaan dapat mengubah kebijakan dividen mereka dari satu kebijakan kepada kebijakan yang lain dan membiarkan pemegang saham menjual sahamnya kepada kebijakan yang mereka sukai. Perubahan kebijakan dividen akan mempengaruhi harga saham. Karena kelompok itu akan merubah kepemilikan dengan menjual saham mereka. Apabila hanya beberapa investor baru yang tertarik pada kebijakan baru ini tentu akan menurunkan harga saham. Sebaliknya apabila kebijakan baru itu dapat menarik kelompok yang lebih besar dari sebelumnya maka ini akan mengakibatkan harga saham naik.
(43)
2.2.4.5. Kebijakan Dividend an Biaya Agensi
Penerbitan saham baru memerlukan biaya yang mahal. Dalam meningkatkan modalnya yang berasal dari pembiayaan luar melalui penerbitan saham atau obligasi, keputusan keuangan dan operasi perusahaan diperiksa dengan teliti oleh kelompok di luar perusahaan seperti investment banker, dan analisis. Pembayaran dividen yang lebih tinggi, akan lebih sering perusahaan tentunya menerbitkan saham baru. Keteraturan pembayaran dividen yang berkesinambungan memaksa kebanyakan perusahaan untuk sering menjalani pemeriksaan yang lebih teliti, dan proses penilaian ini mengurangi persoalan agensi. Karena dengan sendirinya biaya pemantauannya yang diadakan berkurang. Pembayaran dividen yang besar akan berarti jika biaya-biaya untuk dividen termasuk biaya-biaya emisi saham baru lebih rendah daripada adanya tambahan biaya pemantauan.
2.2.4.6. Dividend Stability
Laba dan cash flow perusahaan bervariai sepanjang waktu, demikian juga peluang investasi. Dengan sendirinya pembayaran dividen bervariasi sepanjang waktu, pembayaran dividen meningkat, bila cash flow besar dan kebutuhan dana rendah, dan pembayaran dividen menurun dimana cash flow rendah dibandingkan dengan peluang investasi. Banyak investor tergantung pada dividen untuk menyesuaikan pengeluaran dan mereka, kondisi ini akan sangat sulit jika arus dividen tidak stabil. Lebih lanjut, mengurangi pembayaran deviden untuk menambah dana yang tersedia untuk investasi dapat mengirim sinyal yang salah bagi pasar, dan dapat menurunkan harga saham. Oleh karena itu, memaksimumkan harga saham
(44)
memerlukan suatu usaha untuk menyeimbangkan kebutuhan dana internal dengan kebutuhan dan keinginan pemegangan saham.
Para manajer dan pemegang saham menyadari bahwa mereka saling membutuhkan, dan apabila terjadi penyimpangan seperti; antara hasil yang nyata (return) dengan hasil harapan (espektation), adalah disebabkan karena kondisi ekonomi. Sebagai akibat dari penahanan pendapataan dan inflasi, dewasa ini kebanyakan perusahaan dan pemegang saham mengharapkan pendapatan tumbuh sepanjang waktu. Lagi, dividen secara normal diharapkan tumbuh lebih atau kurang sesuai dengan pendapatan. Oleh karena itu dewasa ini suatu kebijakan dividen yang stabil secara umum berarti meningkatkan dividen pada suatu tingkat yang mantap secara masuk akal.
Kebijakan yang paling stabil dari sudut pandang investor, pertama, adalah bahwa suatu perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan dividen yang dapat diramalkan seperti total return perusahaan (dividen yield plus capital gain yield) harus secara relative stabil dalam jangka panjang. Dan saham perusahaan harus terlindung dengan baik terhadap inflasi. Kedua, adalah investor yakin bahwa dividen sekarang tidak akan dipotong. Perusahaan mungkin tidak tumbuh pada tingkat yang mantap, tetapi manajemen akan mungkin mampu dan ingin menghindari pemotongan dividen. Kebijakan dividen yang paling tidak stabil adalah pada perusahaan yang mempunyai cash flow turun naik tetapi pembayaran dividen dalam suatu cara yang lebih tidak menentu. Jika suatu perusahaan menstabilkan dividennya sebanyak mungkin, dengan menentukan cash flow dan kebutuhan modalnya, kondisi ini berarti biaya equity akan
(45)
dapat diminimalkan, dan harga saha dimaksimalkan. Kebanyakan perusahaan-perusahaan yang sudah matang mempunyai kebijakan dividen yang menekankan pengumuman dividen yang sesuai dan teratur. Walaupun pendapatan mungkin berfluktuasi dari tahun ketahun, dividen tidak berfluktuasi dari tahun ketahun.
Sejumlah argumentasi diajukan untuk menekankan pentingnya pembayaran dividen yang sesuai:
1. Persepsi Stabilitas
Bila suatu perusahaan mengumumkan dividen yang tetap, investor menerima pengumuman itu sebagai suatu sinyal operasi normal yang berkelanjutan. Pada waktu yang sama, pengumuman dividen yang menurun akan segera diambil perhatian sebagai suatu sinyal kesulitan potensial pada masa yang akan datang. Banyak investor akan segera menjual saham mereka tanpa memeriksa lebih lanjut dan tekanan pengaruh ini akan menyebabkan suatu penurunan harga pasar saham. Pengumuman dividen yang stabil menghindari reaksi ini dapat sebagian investor.
2. Preferensi Investor
Pemegang saham perorangan atau dari perusahaan yang matang (memiliki keahlian) umumnya lebih suka menerima dividen yang stabil. Mereka mengharapkan menerima sejumlah cash tiap kuartal yang kira-kira sama. Jika perusahaan gagal mengumumkan suatu dividen, investor akan mencari dan mengivestasikan dalam perusahaan yang memberi suatu pembayaran kas yang stabil tiap kuartal.
(46)
Keputusan Dividen yang Rutin
Dengan membangun suatu kebijakan dividen yang stabil, dewan direksi menghindari suatu diskusi kuartalan terlalu panjang pada tingkat dividen. Kebijakan ini akan menghindari pemborosan waktu dewan dan memungkinkan staf perusahaan berkonsentrasi pada masalah yang lain yang lebih penting di hadapi perusahaan.
3. Fleksibilitas Ekstra Dividen
Dengan kebijakan dividen yang baik dan sesuai, perusahaan dapat secara fleksibel menangani suatu periode perdapatan tinggi yang sifatnya sementara, yang dikeluarkan dengan mengumumkan suatu dividen ekstra untuk kuartal tersebut. Hal ini membuat suatu distribusi pendapatan yang lebih besar tanpa memperbesar harapan investor.
2.2.4.7. Praktek Kebijakan Dividen
Dalam pembelian saham biasa investor menerima sebagai pendapatannya dalam bentuk capital gain (laba aktiva) dan dividen. Capital gain adalah laba yang diperoleh dari penjualan sekuritas. Dividen adalah pendistribusian dari pendapatan perusahaan. Karena kebijakan dividen mempengaruhi keduanya yaitu pembiayaan jangka panjang dan pendistribusian pendapatan kepada pemegang saham, perusahaan mungkin menerima dua titik pandang keputusan pembayaran dividen. Pertama, sebagai suatu keputusan pembiayaan jangka panjang, perusahaan akan menahan semua pendapatan sesudah pajak yang dipadang sebagai suatu sumber pembiayaan
(47)
jangka panjang. Pengumuman cash dividen mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk membiayai pertumbuhan baik menghambat pertumbuhan juga memaksa perusahaan mencari sumber pembiayaan yang lain.
Perusahaan mungkin menahan pendapatan jika terdapat suatu proyek yang membutuhkan investasi yang dapat menghasilkan laba yang cukup dan adanya suatu kebutuhan untuk memenuhi struktur modalnya yang berasald ari sumber modal sendiri. Kedua sebagai suatu keputusan memaksimumkan kesejahteraan, perusahaan mengakui bahwa pembayaran dividen mempunyai pengaruh yang kuat pada harga pasar saham. Dividen yang lebih tinggi meningkatkan nilai saham kepada banyak investor. Dengan cara yang sama dividen yang rendah menurunkan nilai saham secara sadar. Perusahaan dalam memaksimumkan kesejahteraan, dengan cara mengumumkan dividen yang cukup untuk memuaskan harapan investor dan pemegang saham.
Ada tiga faktor utama yang dapat dijelaskan bahwa seorang investor lebih menyujai dividen daripada capital gain.
1. Pengurangan ketidakpastian 2. Menunjukkan kekuatan
3. Kebutuhan pendapatan sekarang
Dividen sekarang menunjukkan suatu present value cash inflow bagi investor sehingga investor tidak akan rugi jika perusahaan rugi atau mengalami kesulitan.
(48)
Pembayaran dividen menunjukkan likuiditas karena diperlukan dana tunai (cash) karena cash itu diambil dari operasinya perusahaan. Berarti pembayaran dividen membawa informai bahwa perusahaan itu cukup memiliki likuiditas yang kuat dan sehat. Karena banyak investor memerlukan pendapatan untuk memenuhi biaya hidupnya. Oleh karena itu investor menolak menjual sahamnya untuk memperoleh cash. Dengan pembayaran dividen memberikan pendapatan bagi investor tanpa mempengaruhi modalnya.
2.2.4.8. Residual Dividend Model
Dalam konsep ini ditentukan besarnya dividen payout ratio yang tepat bagai suatu perusahaan. Optimal payout ratio adalah fungsi dari faktor kesukaan investor pada dividen versus capital gain, peluang investasi perusahaan, target struktur modal perusahaan, dan ketersediaan dan biaya model ekstern. Dengan berdasarkan pada faktor diatas maka keempat langkah berikut ini harus diikuti oleh perusahaan:
1. Tentukan anggaran modal optimal
2. Tentukan jumlah modal sendiri yang dibutuhkan untuk permodalan anggaran tersebut.
3. Menggunakan laba ditahan untuk penyediaan modal sendiri sampai batas sejauh mungkin.
4. Membayarkan dividen hanya dalam hal pendapat adalah lebih besar dari pada yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal.
Dalam menentukan rasio pembayaran dividen yang optimal diasumsikan pembiayaan dilakukan dari utang dan laba ditahan yang optimal. Perusahaan ingin
(49)
mengembangkan usahanya dimana modal investasi melebihi laba ditahan yang ada pada perusahaan itu, maka perusahaan akan meminjam utang baru dengan jaminan laba ditahan tersebut dengan biaya modal marjinal tertentu dan sampai pada suatu batas tertentu biaya modal marjinal itu akan konstan. Di luar dari batas tertentu tersebut mungkin perusahaan memerlukan modal lebih besar untuk memanfaatkan peluang yang menguntungkan akan menambah modal dengan menerbitkan saham baru sebagai hasilnya biaya modal marjinal akan meningkat. Dengan mempertahankan target struktur modalnya maka dapat ditentukan rasio pembayaran yang optimal. Pembayaran dividen yang berubah-ubah dapat menghilangkan keyakinan investor terhadap perusahaan. Penggunaan modal residual menjadi pedomana target payout ratio jangka panjang, tetapi secara jangka pendek dapat fleksibel.
2.2.4.9. Prosedur Pembayaran
Pembayaran dividen dapat dilakukan secara kuartalan maupun tahunan. Prosedur pembayaran adalah sebagai berikut:
1. Tanggal Pengumuman
Tanggal pada waktu pengumuman dividen dilakukan oleh dewan direksi. Pengumuman dividen ini menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk membayar dividen.
2. Holder-of-recorder date
Tanggal pemegang saham berhak menerima dividen. Ex-dividen date
(50)
Tanggal dimana hak untuk mendapatkan dividen setelah melepaskannya. Biasanya empat hari terhitung ex-dividen data. Artinya apabila pelepasan terjadi sebelum tanggal ex-deviden hak dividen jatuh pada pemilik baru. Selanjutnya pelepasan pada atau setelah tanggal ex-deviden hak jatuh pada pemilik lama.
3. Tanggal Pembayaran
Tanggal dimana perusahaan mendistribusikan cek dividen perusahaan kepada pemegang saham.
2.2.4.10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Beberapa faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebijakan dividen menurut menurut Brigham dan Gapenski (1991) yaitu :
1. Perjanjian Hutang
Kontrak utang sering membatasi pembayaran dividen atas pendapatan yang dihasilkan sesudah pinjaman dipenuhi. Juga kontrak hutang sering menetapkan bahwa dividen tidak dapat dibayar kecuali current ratio, times-interest-earned ratio, dan ratio-ratio keamanan lainnya melebihi yang dinyatakan minimum. 2. Pembatasan Saham Prefered
Dividen saham biasa tidak dibayar jika perusahaan belum membayar dividen preferrednya. Utang preferred seharusnya dipuaskan sebelum dividen biasa dibayarkan.
(51)
Pelemahan Peraturan Modal
Pembayaran dividen tidak bisa melebihi item neraca “retained earning”. Pembatasan aturan ini, dikenal sebagai “pelemahan peraturan modal”, dirancang untuk melindungi kreditor (likiudasi dividen dapat dibayar dari modal), tetapi seharusnya ditunjukkan dan tentunya tidak mempunyai modal di bawah batas yang dinyatakan dalam kontrak utang perusahaan).
3. Ketersediaan Kas
Cash dividend hanya dapat dibayar dengan kas. Oleh karena itu, jika perusahaan pada suatu kondisi kekurangan kas dapat menghambat pembayaran dividen. 4. Hukuman Pajak Atas Akumulasi Pendapatan yang Tidak Tepat
Hukum pajak memberikan pajak tambahan khusus terhadap pendapat yang diakumulasikan dengan tidak benar.
5. Pengawas
Jika manajemen ingin tetap mempertahankan pengawasan, perusahaan mungkin enggan menjual saham baru, oleh karena itu, perusahaan mungkin menahan lebih banyak pendapatan dari pada sebaliknya. Faktor ini khususnya penting untuk perusahaan tertutup dan kecil.
2.3. Dividen Yield
Dividen yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang (Jones, 2004). Dividen yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return. Apabila perusahaan memperileh laba yang besar, maka secara teoritis perusahaan akan mampu membagikan dividen
(52)
yang semakin besar. Dengan meningkatnya kemampuan menghasilkan laba yang juga diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan, hal ini akan menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba sehingga permintaan akan saham tersebut akan meningkat.
Jika investor bermaksud menyimpan saham selamanya, ia mengharapkan dividen saham. Jika investor bermaksud menjual saham dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan harga saham. Ini berarti apabila dividen yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemingkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor bersedia menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut akan naik yang pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. Dividen yield dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dividen yang dibayarkan Dividen Yield =
Harga saham penutupan akhir tahun
2.4. Volume Perdagangan
Volume perdagangan saham dipergunakan untuk mengukur apakah para investor individu mengetahui informasi yang dikeluarkan perusahaan dan menggunakannya dalam pembelian atau penjualan saham sehingga akan mendapatkan keuntungan di atas normal. Saham yang dimaksud adalah saham biasa
(53)
yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Volume perdagangan merupakan suatu indikator likuiditas saham atas suatu informasi yang ada di pasar modal. Kegiatan perdagangan saham diukur dengan menggunakan indikator aktivitas volume perdagangan (trading volume activity). Menurut Husnan at al (1996) aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai informasi tertentu mampu membuat keputusan perdagangan diatas keputusan perdagangan yang normal. Ukuran tersebut tidak memisahkan keputusan pembelian dengan keputusan penjualan.
Aktivitas volume perdagangan saham digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai laporan informative, dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan perdagangan pada kondisi normal. Menurut Husnan (1998) volume perdangan merupakan fungsi suppy dan demand serta dapat digunakan sebagai tanda perubahan menguat dan melemahnya pasar. Volume perdagangan di pasar modal dapat dijadikan indicator penting bagi investor karena naiknya volume perdagangan saham merupakan kenaikan aktivitas jual beli oleh para investor dipasar modal.
Kegiatan volume perdagangan yang sangat tinggi dibursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan volume perdagangan diikuti dengan peningkatan harga saham merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish (Husnan, 1998). Saham-saham yang diperdagangkan di pasar modal cenderung mengikuti keadaaan ekonomi dan factor-faktor yang mempengaruhi volume perdagangan berkaitan dengan heterogenitas investor dalam investasi, kesempatan
(54)
investasi dan perdagangan yang rasional untuk tujuan yang berdasarkan informasi. Volume perdagangan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Volume Perdagangan =
2.5. Ukuran Perusahaan
Menurut Sawir (2004) bahwa ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk beberapa alas an yaitu :
a. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahaan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil pada umumnya kekurangan akses ke pasar modal baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses biaya peluncuran dari penjualan kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return yang lebih tinggi secara signifikan
b. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran special yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang
(55)
yang digunakan, semakin besar kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.
c. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.
Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan. Hal ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba. Kebutuhan dana yang lebih besar mengindikasikan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan laba dan juga pertumbuhan tingkat pengembalian laba. Perusahaan besar akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat mengakses ke pasar modal dengan lebih mudah jika dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Perusahaan yang dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal maka perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan dana dalam waktu yang relative cepat. Oleh karena itu, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang lebih besar, sehingga akan
(56)
mampu membayar duviden yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Menurut Machfoedz (1994) bahwa ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan.
2.6. Harga Saham
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek, maka harga saham cenderung akan naik. Kekuatan pasar dapat juga dilihat dari data mengenai sisa beli dan sisa jual. Bagi investor yang memerlukan investasi jangka panjang maupun jangka pendek perlu memperhatikan likuiditas suatu saham dan posisinya di pasar, apakah diminati masyarakat atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Faktor internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas perusahaan, dividen, laba perusahaan dan penjulan, sedangkan factor eksternalnya adalah tingkat suku bunga, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian.
Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham. Jika harga pasar saham dikalikan dengan
(57)
jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares) maka akan didapatkan nilai pasar atau nilai kapitalisasi pasar (market capitalization). Kapitalisasi dari saham-saham yang diperdagangkan dipasar modal dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan kapitalisasinya yaitu kapitalisasi besar, kapitalisasi sedang dan kapitalisasi kecil. Pada umumnya saham yang mempunyai kapitalisasi besar menjadi incaran para investor untuk investasi jangka panjang karena menggambarkan potensi pertumbuhan perusahaan yang bagus serta memiliki resiko yang rendah (Ang, 1997). Harga saham dalam penelitian ini dihitung dengan cara menghubungankan kapitalisasi pasar dengan jumlah saham yang telah terdaftar, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Harga Saham =
2.7. Bid-Ask Spread
Menurut Fatmawati dan Asri (1999) bid-ask spread adalah persentase selisih antara bid-price dengan ask-price. Bid price (kurs beli) adalah harga yang dibayar oleh pembeli dari seorang investor atau harga tertinggi yang diinginkan dealer. Pembelian ini dilakukan oleh broker. Broker melakukan pembelian sekuritas dari seorang investor dengan menggunakan kurs beli. Kurs beli ini mempunyai arti hanya jika broker-broker bersedia membeli pada yang ditentukan oleh broker. Sedangkan ask-price (kurs jual) adalah harga terendah yang ditawarkan oleh penjual kepada pembeli. Sama halnya dengan pembelian, penjualan juga dilakukan oleh
(58)
broke yang menjual sekuritas kepada seorang pelanggan dengan menetapkan kurs jualnya. Kurs jual mempnyai arti hanya jika broker benar-benar mempunyai sekuritas yang bersedia untuk dijual pada harga tersebut.
Selanjutnya menurut Fabozzi dan Modigliani (1996) mengartikan bahwa bid-ask spread sebagai selisih harga yang ditawarkan oleh dealer dengan harga terendah. Spread merupakan selisih antara harga beli tertinggi yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan harga jual terendah yang menyebabkan investor bersediauntuk menjual sahamnya. Bid-ask spread juga dapat diartikan sebagai selisih harga beli tertinggi dengan pedagang saham bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah yang trader bersedia menjual saham tersebut. Bid-ask spread merupakan factor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual saham tersebut. Hal yang harus dipertimbangkan oleh investor untuk memutuskan membeli atau menjual pada harga tertentu yaitu mengetahui seberapa besar perbedaan (spread) antara permintaan beli (bid) dengan harga tawaran jual (ask).
Bid-ask spread dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu : (1) quated spread yaitu perbedaan antara harga penawaran dan permintaan yang ditawarkan oleh market maker kepada pelanggan potensial atau ada juga yang mengatakan perbedaan antara kuota permintaan dan penawaran oleh dealer pada waktu tertentu. (2) effective spread yaitu perbedaan yang terjadi ketika seorang market maker membayar dan menerima cadangan sekuritasnya atau perbedaan rata-rata antara harga ketika dealer menjual pada suatu waktu lebih awal. Biasanya effective spread amper selalu lebih sedikit
(59)
daripada quated spread. Rumus yang digunakan untuk menghitung Bisk-ask spread adalah sebagai berikut :
Keterangan:
BAS = Bid-Ask Spread Pa = Ask price (harga jual) Pb = Bid price (harga beli)
2.8.Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menggambarkan hubungan antara dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham terhadap bid-ask spread, maka kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Variabel independen (X) Variabel Dependen (Y)
Deviden Yield
Volume Perdagangan
Harga Saham Ukuran Perusahaan
Bid-Ask Spread
(60)
Spread adalah perbedaan kurs jual dan kurs beli. Silisih ini merupakan biaya yang ditanggung ditambah return yang diharapkan broker. Kurs beli dan kurs jual merupakan harga dimana broker bersedia dan rela membeli dan menjual dan akan menyesuaikan harga itu naik atau turun untuk membawa jumlah yang dibeli dan dijual kearah yang diinginkan. Broker adalah seorang yang tetap bersedia membeli dan menjual sekuritas pada harga yang diperhitungkan, broker akan mendapat keuntungan dari perbedaan kurs jual dan kurs beli ini.
Broker ini selalu disebut diibaratkan dengan para penghidup pasar karena mereka mengarahkan tujuan atas kehendak mereka sendiri dan menanngung resiko mereka sendiri. Apabila terjadi ketidakseimbangan pasar dimana lebih banyak pembelian dari penjualan mereka akan melakukan penjualan untuk menyeimbangkan pasar, sebaiknya apabila lebih banyak penjualan dari pada pembelian untuk menyeimbangkan pasar, para broker melakukan pembelian.
Dalam melakukan aktivitas sebagai broker, broker menanggung berbagai biaya atas jasa kesediaan mereka berdagang, bilamana investor lain tidak bersedia. Biaya-biaya ini adalah holding cost yaitu biaya yang terjadi karena menyimpan sekuritas dalam bentuk portofolio. Ordering cost adalah biaya yang terjadi karena mengadakan transaksi jual beli. Information cost adalah biaya yang terjadi karena tidak tersedianya informasi atau adanya informasi yang merugikan.
Dari studi yang dilakukan oleh Aitken dan Prino (1996) menjelaskan bahwa presentase bid-ask spread adalah suatu fungsi dari tingkat aktivitas perdagangan, naik turun harga saham, dan tingkat harga saham. Studi empiris yang dilakukan oleh Stoll
(61)
(1989) menunjukkan bahwa perkiraan biaya informasi (information cost) yang merugikan sebesar 43% dari besarnya spread. Lebar dan sempitnya spread tergantung pada tingkat ketidakseimbangan informasi saham perusahaan di pasar bursa dimana ketidakseimbangan ini dapat dikurangi dengan mengirimkan informasi pembayaran deviden ke pasar. Dengan demikian, biaya informasi dapat berkurang sehingga mempersempit spread.
2.9. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham berpengaruh terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara serempak maupun parsial”.
(62)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif causal dengan menggunakan data
kuantitatif. Menurut Umar (2003) penelitian asosiatif causal adalah penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pembayaran dividen terhadap bid-ask spread pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ditetapkannya Bursa Efek Indonesia sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan
karena BEI merupakan pusat penjualan saham perusahaan yang go public di Indonesia.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan mulai Maret 2009 sampai dengan September 2011.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang membayar dividen di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari-Desember 2007 sebanyak 218 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
(63)
simple random sampling. Menurut Jogianto (2004) teknik pengambilan sampel
dengan simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dengan memberikan
kesempatan yang sama dari jumlah populasi yang ada. Untuk menentukan ukuran sampel (sample size) menggunakan rumus Slovin (Umar, 2005) sebagai berikut :
n =
1 2+ Nd
N
Keterangan:
N = Ukuran populasi n = Ukuran Sampel
D = Presisi yang digunakan sebesar 14 %
Adapun ukuran sampel minimal dapat dihitung sebagai berikut :
n =
(
)
1 14 , 0 218
218 2 +
x
n = 41,34 (sampel minimal)
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 perusahaan
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu usaha dasar untuk mengumpulkan data dengan prosedur standar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
(64)
metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2002) metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat khabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
3.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari laporan keuangan dan informasi yang disajikan oleh perusahaan.
Sumber data diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory, website resmi Bursa
Efek Indonesia yaitu
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2005), variabel penelitian adalah segala sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini meliputi :
a. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah bid-ask spread
Bisk-ask spread adalah selisih harga beli tertinggi yang dealer bersedia membeli saham
dengan harga jual terendah yang dealer bersedia menjual. Rumus yang digunakan untuk
(65)
Keterangan:
BAS = Bisk-Ask Spread Pa = Price ask (harga jual)
Pb = Price bisk (harga beli)
b. Variabel bebas (indenpendent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Dividen yield
Dividen yield adalah suatu rasio yang menghubungkan dividen yang dibayar dengan
harga saham biasa. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Dividen yield
dapat dirumuskan sebagai berikut :
2. Volume perdagangan
Volume perdagangan saham dipergunakan untuk mengukur apakah para investor individu mengetahui informasi yang dikeluarkan perusahaan dan menggunakannya dalam pembelian atau penjualan saham sehingga akan mendapatkan keuntungan di atas normal.Volume perdagangan adalah jumlah lembar saham yang diperdagangkan
pada hari tertentu. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Volume
(66)
3. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja dan lain-lain. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.
4. Harga saham
Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan
(closing price) dari suatu saham. Harga saham dalam penenilitian ini dihitung dengan cara menghubungankan kapitalisasi pasar dengan jumlah saham yang telah terdaftar.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Variabel ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Berdasarkan uraian tersebut maka definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian ini dapat dirangkum pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Defenisi Variabel Parameter Skala
Bid-ask spread
(Y)
Selisih harga beli tertinggi yang dealer bersedia membeli saham dengan harga jual terendah yang
dealer bersedia menjual
Ratio
Deviden Yield Suatu rasio yang menghubungkan suatu dividen yang dibayar dengan
(67)
(X1) harga saham biasa.
Volume perdagangan
(X2
Jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari tertentu. ) Ratio Ukuran perusahaan (X3
Besar perusahaan diukur dari total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan
)
Total aktiva perusahaan Ratio
Harga saham (X4
Suatu rasio yang menghubungankan kapitalisasi pasar dengan jumlah saham yang telah terdaftar.
)
Ratio
3.7. Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dengan bantuan Software SPSS (Statistical Package Social Science.) Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang akan diteliti.
3.8.Perumusan Model
Untuk menentukan besarnya pengaruh variabel independen yaitu dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham terhadap bid-ask spread. Model regresi linear berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
(68)
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Dimana : Y = Bid-Ask Spread
+ µ ... (3.1)
X1 X
= I
2
X
= Volume Perdagangan 3
X
= Ukuran Perusahaan
4
b
= Harga Saham
0
b
= Konstanta/intercept
1, b2, b3, b4
µ = Kesalahan pengganggu (disturbance term)
= Koefisien regresi
Sebelum model analisis dapat digunakan terlebih dahulu akan diuji kelayakan model melalui uji berikut ini :
3.9. Test Of Goodness of Fit
Uji ini bertujuan untuk menguji ketepatan model regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik dapat diukur dari nilai koefisien (R2
a. Koefisien Determinasi (R
) dan uji statistik F.
2
Koefisien Determinasi (R
)
2
) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Koefisien Determinasi
(69)
adalah 0 ≤ R 2 ≤ 1. Kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen akan semakin baik bila nilai nilai R2
b. Statistik F (Overall Test)
semakin mendekati 1.
Uji F yang merupakan suatu ukuran keberartian (Signifikansi) keseluruhan dari regresi yang ditaksir, juga merupakan pengujian keberartian (Signifikansi) dari Koefisien Determinasi (R2).
(70)
3.10. Uji Asumsi Klasik
Pengujian model regresi berganda dalam menguji hipotesis harus menghindari kemungkinan adanya pemyimpangan asumsi klasik. Sebuah model regresi yang menggunakan data time series harus melakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, heterokedastisitas, dan multikolinieritas.
3.10.1. Uji Normalitas Residual
Menurut Umar (2003) uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah statistic dependen dan statistic independen yang digunakan dalam penelitian mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah model yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual berdistribusi normal dengan E(ui) = 0.
Bila asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid terutama untuk jumlah sampel kecil. Dalam penelitian ini, Uji normalitas residual didasarkan pada uji statistic dengan menggunakan metode Jarque-Berra (J-B) yang dilakukan dengan menghitung skweness dan kurtosis. J-B hitung diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
... (3.2)
dimana:
(1)
2. Uji Normalitas Residual
0 2 4 6 8 10
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Series: Residuals Sample 1 44 Observations 44 Mean -1.16e-16 Median 0.037511 Maximum 1.156755 Minimum -1.229437 Std. Dev. 0.535224 Skewness 0.063853 Kurtosis 2.445004 Jarque-Bera 0.594605 Probability 0.742819
(2)
3. Uji Linieritas Model
Ramsey RESET Test:
F-statistic 2.096028 Prob. F(1,38) 0.1559
Log likelihood ratio 2.362409 Prob. Chi-Square(1) 0.1243
Test Equation:
Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 08/21/11 Time: 04:32 Sample: 1 44
Included observations: 44
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.372976 0.627347 -0.594530 0.5557
LX1 -0.077519 0.066962 -1.157663 0.2542
LX2 0.922394 0.551219 1.673371 0.1025
LX3 -1.148192 0.685788 -1.674266 0.1023
LX4 -0.781372 0.468476 -1.667900 0.1036
FITTED^2 1.429742 0.987550 1.447767 0.1559
(3)
Adjusted R-squared 0.144723 S.D. dependent var 0.599330 S.E. of regression 0.554268 Akaike info criterion 1.783786 Sum squared resid 11.67408 Schwarz criterion 2.027084 Log likelihood -33.24328 Hannan-Quinn criter. 1.874012 F-statistic 2.455223 Durbin-Watson stat 2.521081 Prob(F-statistic) 0.050558
3. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.950 .491
-1.93 4
.060
LnX1 -.011 .049 -.034 -.224 .824 .879 1.138
LnX2 .128 .050 .596 2.53
7
.015 .370 2.700
LnX3 -.161 .072 -.538
-2.22 1
.032 .348 2.871
LnX4 -.109 .065 -.268
-1.68 8
(4)
5. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.688324 Prob. F(14,29) 0.7670
Obs*R-squared 10.97427 Prob. Chi-Square(14) 0.6881 Scaled explained SS 6.229289 Prob. Chi-Square(14) 0.9604
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares
Date: 08/21/11 Time: 04:34 Sample: 1 44
Included observations: 44
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.414493 1.702901 -0.243404 0.8094
LX1 0.102111 0.211779 0.482159 0.6333
LX1^2 -0.006070 0.017133 -0.354292 0.7257
LX1*LX2 -0.021057 0.031827 -0.661596 0.5135
LX1*LX3 0.020308 0.038139 0.532474 0.5985
(5)
LX1*LX4 -0.016577 0.033011 -0.502153 0.6194
LX2 0.233187 0.250993 0.929058 0.3605
LX2^2 -0.009601 0.020649 -0.464957 0.6454
LX2*LX3 -0.002051 0.050253 -0.040810 0.9677
LX2*LX4 -0.009808 0.035808 -0.273899 0.7861
LX3 -0.355363 0.359539 -0.988385 0.3311
LX3^2 0.021121 0.037165 0.568318 0.5742
LX3*LX4 -0.004672 0.044848 -0.104182 0.9177
LX4 0.394219 0.460661 0.855769 0.3991
LX4^2 -0.016692 0.037575 -0.444224 0.6602
R-squared 0.249415 Mean dependent var 0.279955
Adjusted R-squared -0.112936 S.D. dependent var 0.340419 S.E. of regression 0.359128 Akaike info criterion 1.054649 Sum squared resid 3.740216 Schwarz criterion 1.662895 Log likelihood -8.202278 Hannan-Quinn criter. 1.280216 F-statistic 0.688324 Durbin-Watson stat 2.268071 Prob(F-statistic) 0.766969
(6)