Landasan Konsepsional Unsur Itikad Baik Dalam Pengelolaan Perseroan Oleh Direksi

secara pribadi terhadap perbuatan yang dilakukannya. baik kepada para pemegang saham maupun kepada pihak lainnya. 46 Dalam perkembangannya penerapan prinsip fiduciary duty telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam bagi para direksi untuk mengambil keputusan bisnisnya. Dalam dunia bisnis adalah lazim bagi Direksi untuk mengambil sebuah keputusan yang bersifat spekulatif karena ketatnya persaingan usaha. Permasalahan timbul ketika keputusan bisnis yang diambilnya ternyata merugikan perusahaan, padahal dalam mengambil keputusan tersebut, direksi tersebut melakukannya dengan jujur dan itikad yang baik. Untuk melindungi para Direksi yang beritikad baik tersebut maka muncul teori business judgement rule yang merupakan salah satu teori yang sangat popular untuk menjamin keadilan bagi direksi yang mempunyai itikad baik. Penerapan teori ini mempunyai misi utama, yaitu untuk mencapai keadilan, khusunya bagi Direksi sebuah perusahaan terbatas dalam melakukan suatu keputusan bisnis. 47

2. Landasan Konsepsional

Landasan konsepsional atau konstruksi secara internal pada pembaca untuk mendapat stimulasi atau dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan kepustakaan. 46 Bismar Nasution I., Loc. cit., hal. 6. Pemegang saham dapat melakukan suatu gugatan derivative untuk kepentingan perseroan kepada direktur yang dianggap melakukan pelanggaran prinsip Fiduciary Duty. Beberapa tindakan ganti rugi yang dapat dituntut antara lain: 1 ganti rugi atau kompenasasi 2 Pengembalian keuntungan yang diperoleh oleh direktur tersebut sebagai akibat dari tindakan yang menguntungkan dirinya secara tidak sah 3 permohonan untuk membatalkan perjanjian yang dibuat oleh direktur tersebut. 4 pengembalian harta kekayaan yang diperoleh direktur tersebut. 47 Denis Keenan Josephine Biscare., Op. cit, hal. 4. Teori Business Judgement Rule mengalami perkembangannya sebagai yurisprudensi dalam Prinsip Common Law di Amerika dimulai dengan keputusan Lousianna Supreme Court, dalam kasus Percy V Millaudon pada tahun 1829. Universitas Sumatera Utara Landasan konsepsional ini dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru dan memberikan arahan dalam penelitian, maka dengan ini dirasa perlu untuk memberikan beberapa konsep yang berhubungan dengan judul dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UUPT 2007 serta peraturan pelaksanaannya. 48 b. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. 49 c. Itikad baik good faith adalah penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan. 50 d. Pengelolaan perseroan adalah mencakup segala aturan hukum yang ditujukan untuk memungkinkan suatu perusahaan untuk dapat dipertanggungjawabkan di depan para pemegang saham perusahaan publik, seperti juga audit juga kerja dari pasar untuk mengkontrol perusahaan. Istilah itu dapat juga mengacu pada praktik 48 Pasal 1 Ayat 1 UUPT. 49 Pasal 1 angka 5, UUPT. 50 Gunawan Widjaja., Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 23-24. Universitas Sumatera Utara audit dan prinsip-prinsip pembukuan, dan juga dapat mengacu kepada keaktipan pemegang saham. 51 e. Fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang-undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan- bawahan sesaat. 52 f. Duty of care adalah prinsip pengelolaan perseroan yang mengharuskan Direksi untuk tidak bertindak ceroboh dalam melakukan tugasnya. 53 g. Duty of loyality adalah prinsip dalam pengelolaan perseroan dalam melakukan tugasnya Direksi tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas perusahaan. 54 h. Konflik kepentingan atau conflict of interest adalah suatu perbuatan atau tindakan dalam mengambil keputusan dimana terdapat unsur benturan kepentingan antara para pihak dalam pengambilan keputusan atas perseroan. 55 i. Good Corporate Governance adalah tata kelola perusahaan yang baik dengan berpedoman kepada prinsip-prinsip: Akuntabilitas accountability, Kemandirian 51 Holly J. Gregory., dan Marshal E. Simms., “Pengelolaan Perusahaan Corporate Governance: Apa dan Mengapa Hal Tersebut Penting,” Makalah disampaikan pada “Lokakarya Pengelolaan Perusahaan Corporate Governance, kerjasama, Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of South Carolina, Jakarta, tanggal 4 Mei 2000, hal. 3-4. 52 Henry Champbell Black., Op. cit, hal. 624. 53 Denis Keenan Josephine Biscare, Op. cit, hal. 317. 54 Joel Seligman., Op. cit, hal. 231. 55 Gunawan Widjaja., Op. cit, hal. 32-33. Universitas Sumatera Utara independency, Keterbukaan transparancy, Kewajaran fairness, dan tanggung jawab responsibility. 56 j. Business judgement rule diartikan sebagai aplikasi spesifik dari standar tingkah laku Direksi pada sebuah situasi dimana setelah pemeriksaan secara wajar, Direksi yang tidak mempunyai kepentingan pribadi menggunakan serangkaian tindakan dengan itikad baik, jujur dan secara rasional percaya bahwa tindakannya dilakukan hanya semata-mata untuk kepentingan perusahaan. 57 k. Tanggung jawab pribadi adalah prinsip tanggung jawab yang digantungkan kepada faktor siapa pelaku yang melakukan kesalahan, kelalaian atau pelanggaran, maka tanggung jawab hukumnya hanya dipikulkan kepada anggota Direksi yang melakukan kesalahan itu. Tidak dilibatkan anggota Direksi yang lain secara tanggung renteng. 58 l. Tanggung jawab renteng adalah tanggung jawab yang dibebankan kepada setiap pribadi anggota Direksi. 59 56 Yusuf Wibisono., Membedah Konsep Aplikasi CSR, Gresik: Fascho Publishing, 2007, hal. 121. lihat juga, Bapepam., Cetak Biru Pasar Modal Indonesia 2000-2004, Jakarta: Bapepem, 1999, hal.17. 57 Denis Keenan Josephine Biscare., Op. cit, hal. 2. Bahwa Business Judgement Rule adalah “ a presumption that in making a business decision, the derictor of corporation acted on an informed basis in good faith and in the the honest belief that the action was taken in the best interest of the company”. 58 Pasal 95 Ayat 5, UUPT. 59 Pasal 14 Ayat 1, Pasal 37 Ayat 3, Pasal 69 Ayat 3, Pasal 97 Ayat 4, Pasal 104 Ayat 2, Pasal 114 Ayat 4, Pasal 115 Ayat 1, Pasal 142 Ayat 5, UUPT. Dalam pasal-pasal ini tidak dijelaskan defenisi mengenai tanggung jawab secara renteng akan tetapi konsep yang digunakan di atas, dibuat oleh peneliti sendiri sebagai terjemahan maksud dan tujuan secara tersirat dalam undang- undang perseroan. Universitas Sumatera Utara m. Tanggung jawab Direksi adalah mengurus perseroan daden van beheer untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan antara lain dalam pengurusan sehari-hari perseroan. 60 n. Kerugian perseroan adalah keadaan pendapatankeuntungan profit perseroan dimana bahwa keuntungan yang diperoleh mengalami penurunan yang signifikan baik terhadap pemegang saham maupun terhadap perseroan itu sendiri. 61

G. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. 62 Sedangkan penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 63 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya. 64 Dengan demikian metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan metode tertentu. 60 Bismar Nasution VI., Op. cit., hal. 2-3. 61 M. Yahya Harahap., Op. cit., hal. 382. 62 Soerjono Soekanto., Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Jakarta: Indonesia Hillco, 1990, hal. 106. 63 Soerjono Soekanto., dan Sri Mumadji., Penelitian Hukum Normatif Suatu Tijnjauan Singkat, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001, hal. 1. 64 Bambang Waluyo., Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hal. 6. Universitas Sumatera Utara

1. Jenis dan Sifat Penelitian